MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
OLEH:
KELOMPOK 3
DWI NOVASARI
GURUH SUKARNO PUTRA
YUNI PUTRI UTAMI
DOSEN PENGASUH:
Drs.Romli Menarus S.U
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
Landasan & Asas-asas Pendidikan dan Penerapannya
Pendidikan sebagai usaha sadar yang
sistematis-sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah asas-asas tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang memegang peranan penting
dalam menentukan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi
akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.
A.Landasan
Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dari
ke generasi ke generasi di mana pun di dunia ini.
1.Landasan
Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan, landasan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan. Landasan filosofis adalah landasan yang bedasarkan filsafat. Sesuai dengan sifatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Ada berbagai macam filsafat pendidikan lima diantaramya yang dominan adalah :
a) Esensial (klasik) Filsafat
pendidikan esensialisme memandang bahwa yang berhakiki atau yang esensi ialah kebudayaan klasik yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya di masysrakat. Filsafat ini menghendaki pendidikan berfikir yang logis Penganut filsafat ini berpendapat bahwa bila seorang bisa berfikir logis maka ia akan mudah melakukan tugas dalam kehidupannya sehari-hari.Filsafat ini mementingkan pendidikan logika.
b) Tradisionalis Filasafat
pendidikan tradisionalisme memiliki kesamaan dengan filsafat pendidikan esensialisme dalam segi materi yang dipelajari. Bedanya ialah kalau esensialisme menekankan pada bahasa latinnya sebagai alat pengasah otak untuk memiliki logika yang baik, maka tradisionalisme menekankan pada kebudayaan sebagai sarana untuk membentuk emosi atau cita rasa yang indah.
c) Perenilisme Filsafat
pendidikan perenialisme bertitik tolak pada sesuatu yang abadi adalah suatu yang bersumber dari Tuhan. Mereka yakin bahwa sesuatu yang abadi inilah yang paling benar maka pendidikan pun harus sejalan dengan ini muncul dan berkembang pesat abad zaman pertengahan sebagian besar Negara-negara di Eropa dikuasai oleh dewa gereja akibat pengaruh filsafat ini.
d) Progresifisme Filsafat
pendidikan progresifisme lahir di Amerika. Sejalan dengan jiwa Amreika sebagai bangsa yang dinamis berjuang mencari hidup baru di negeri seberang, maka dinamika ini pun tercermin dalam filsafatnya.. Demikianlah progresifisme mempunyai jiwa perubahan, relatifitas. Kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perubahan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran ini bersifat relatif. Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itupun tidak pasti. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu artinya jika tujuan dan alatpun berubah. Pendidikan yang di inginkan filsafat ini adalah pendidikan yang selalu mencari sesuatu yang lebih baik beberapa prinsip pendidikan ditujuankan untuk mampu mencapai cita-cita yang lebih baik.
e) Rekonstruksionalisme Filsafat
rekonstruksionalisme berupaya mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total semua segi kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Aliran filsafat yang ekstrim ini berupaya merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan
2.Landasan
Sosiologis
Pendidikan
berlangsung dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Dapatnya anak
didik bergaul karena baik pendidik maupun anak didik adalah merupakan makhluk
sosial, yaitu makhluk yang selalu saling berintegrasi, saling tolong menolong,
saling ingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri, hidup dalam
kebersamaan dan lain sebagainya.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa faktor berikut:
a. Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya
b. Sifat adaptability dan intelegensi
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. Landasan sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu (pendidik dan peserta didik) bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Pengembangan diri tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Oleh karena itu kegiatan pendidikan dapat berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu kajian sosiologis tentang pendidikan mencakup semua jalur pendidikan tersebut.
Pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia. Oleh karena itu proses sosialisasi dimulai dari keluarga dimana anak mulai mengembangkan diri. Dalam keluarga itulah mulai ditanamkan nilai-nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Nilai-nilai agama, nilai-nilai moral, budaya dan ketrampilan perlu dikembangkan dalam pendidikan keluarga.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat dengan perencanaan dan pelaksanaan yang mantap. Selanjutnya disamping sekolah, proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok kecil dalam masyarakat. Seperti kelompok keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dll. Yang menjadi penekanan dalam kegiatan ini adalah aspek sosiologis, dan pada aspek pembaharuan masyarakat. Dalam pelaksanaan di berbagai Negara diupayakan keseimbangan antara pelestarian dan pengembangan budaya dan masyarakat.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa faktor berikut:
a. Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya
b. Sifat adaptability dan intelegensi
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. Landasan sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu (pendidik dan peserta didik) bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Pengembangan diri tersebut dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Oleh karena itu kegiatan pendidikan dapat berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu kajian sosiologis tentang pendidikan mencakup semua jalur pendidikan tersebut.
Pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia. Oleh karena itu proses sosialisasi dimulai dari keluarga dimana anak mulai mengembangkan diri. Dalam keluarga itulah mulai ditanamkan nilai-nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Nilai-nilai agama, nilai-nilai moral, budaya dan ketrampilan perlu dikembangkan dalam pendidikan keluarga.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat dengan perencanaan dan pelaksanaan yang mantap. Selanjutnya disamping sekolah, proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok kecil dalam masyarakat. Seperti kelompok keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dll. Yang menjadi penekanan dalam kegiatan ini adalah aspek sosiologis, dan pada aspek pembaharuan masyarakat. Dalam pelaksanaan di berbagai Negara diupayakan keseimbangan antara pelestarian dan pengembangan budaya dan masyarakat.
3.Landasan
Kultural
A.Pengertian tentang landasan kultural
Kebudayaan sebagai gagasan
dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan
pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat
berwujud :
1) Ideal seperti ide, gagasan,
nilai, dan sebagainya.
2) Kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, dan
3) Fisik yakni benda hasil
karya manusia.
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau
dikembangkan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau
kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan.
Sebagai contoh dalam
penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan mengajarkan kepada
anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana
mengatakannya, dan kepada siapa mengatakannya. Dengan mempelajari tingkah laku
yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah lakunya sendiri
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, anak-anak harus
diajarkan pola pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem pendidikan
adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang essensial
tersebut.
Cara-cara untuk mewariskan
kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda
dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat
diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi
di dalam keluarga, dan nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan
lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal
tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.
Kalau masyarakat hanya mentransmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada
generasi penerus maka tidak akan diperoleh kemajuan.
Pada masyarakat primitive,
transmisi kebubayaan dilakukan secar informal dan nonformal, sedangkan pada
masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal,
nonformal dan formal. Pada masyarakat yang sudah maju, sekolah sebagai lembaga
social mempunyai peranan penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk
mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga
berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan
dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi
ganda pendidikan, yakni sebgai proses sosialisasi dan sebgai agen pembaruan.
B.Kebudayaan
Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Seperti telah dikemukakan,
yang dimaksud dengan sisidiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia. (UU-RI No. 2/1989) Pasal 1 Ayat 2. Karena masyarakat
Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka
kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai
kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu
dan yang diterima secara nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu,
kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yanag dinamis
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai
dengan asa bhineka tunggal ika.
Pada awal perkembangannya,
suatu kebudayaan terbentuk berkat kemampuan manusia mengatasi kehidupan
alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi
kehidupannya. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan
dan lingkungan alamiah itu, dan menghadapi dua system sekaligus yaitu system
kebudayaan dan system linmgkungan alam. Individu dalam masyarakat modern sangat
dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya kehidupan masyarakat modern dan
kecanggihan kebudayaannya. Ini berarti bahwa individu hanya dapat hidup dalam
masyarakat atau kebudayaan modern, apabila ia mau dan mampu belajar terus
menerus.
Salah satu upaya
penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakng social
budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan local di dalam kurikulum
sekolah, utamanya di sekolah dasar (SD). Kebijakan ini bukan hal baru, karena
gagasannya telah berlaku sejak dulu, umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah
dan atau penggunaan bahasa daerah di dalam proses belajar mengajar. Keragaman
social budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan
tata karma pergaulan, kesenian, bahasa, dan sastra daerah, maupun kemahiran dan
keterampilan yang tumbuh dan terpelihara di suatu daerah tertentu.
Keanekaragaman itu sejak awal kemerdekaan telah mencoraki kurikulum sekolah,
utamanya sekolah dasar, dengan berbagai variasi yakni mulai sebagai mata
pelajaran (umpama bahasa daerah) ataupun sebagai bagian dari bahan ajaran dan
atau cara penyampaiannya. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari
setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebhinekaan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka
pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia sebagai sisi
ketunggal ika-an.
4.Landasan
Psikologis
Landasan
psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya
sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu
pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam
setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan
demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
5.Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang sangat erat. Saat ini iptek
menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan kata lain, pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain
setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasikan oleh pendidikan. Selain
itu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek. Dengan
perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan
dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasi perkembangan itu, baik
perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat.
Pengertian
tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran,
intuisi, dan wahyu. Pengetahuan yang telah memenuhi kriteria dari segi
ontologism, epistemologis, dan aksiologis secara konsekuen biasa disebut ilmu.
Dengan demikian pengetahuan mencakup berbagai cabang ilmu. Oleh karena itu,
istilah ilmu atau ilmu pengetahuan dapat bermakna kumpulan informasi, carqa
memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu sendiri. Ketiga sisi ilmu
tersebut seharusnya mendapatkakn perhatian yang proporsional dalam penentuan
bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan
iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar iptek dan calon pakar
iptek.
Perkembangan
Iptek Sebagai Landasan Ilmiah.
Iptek merupakan salah satu
hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah
dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pengembangan dan pemanfaatan iptek
pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian dasar, penelitian terapan,
pengembangan teknologi, dan penerapan teknologi serta biasanya diikuti pula
dengan evaluasi ethis-politis-religius. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan
jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek.
Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran harusnya hasil dari perkembangan
iptek mutakhir.
B.Asas-asas pokok pendidikan meliputi:
1.Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini dilengkapi dengan dua semboyan, yaitu:
- Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh),
- Ing madya mangun karsa (jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi),
- Sedangkan Tut Wuri Handayani sendiri berarti jika di belakang, mengikuti dengan awas.
2.Asas belajar sepanjang hayat
meliputi:
- Dimensi vertikal, yakni kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan, dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
- Dimensi horizontal, yakni kurikulum sekolah meliputi keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.Asas kemandirian dalam belajar.
Pendidikan tidak boleh mengecap seseorang
Alat dan metode membuat peserta didik menjadi rajin , senang belajar agar
tercapai suatu tujuan
No comments:
Post a Comment