Wednesday 25 November 2015

PROFESI KEPENDIDIKAN - SUPERVISI PENDIDIKAN


SUPERVISI PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus di bina dan di kembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru di laksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well training and well qualified) (Jacobson 1954). Potensi sumber daya guru itu terus-menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melaksanakn fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha sendiri. Itulah sebabnya mengapa pengetahuan tentang supervise pendidikan itu diperlukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakna peningkatan professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia. Uraian berikut ini merupakan jawaban mengapa guru-guru memerlukan pelayanan supervise pendidikan. Pertanyaan pokok itu meliputi:
A.    Pentingnya pengembangan sumber daya manusia
B.     Perlunya supervise pengembangan pendidikan
C.     Apa yang harus di tingkatkan dan di kembangkan

A.    Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Manusia
Yang menjadi fokus bahasan dalam uraian ini adalah sumber daya manusia, khusus ketenagaan pendidikan, yaitu guru. Berbagai usaha perbaikan dan peningkatan kualitas guru baik melalui lembaga pendidikan maupun melalui penataran pendidikan dan latihan. Semua itu mengarah pada pengadaan tenaga guru yang professional. Guru yang professional memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
(1)   Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.
(2)   Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya.
(3)   Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.
Ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru diumpamakn dengan sumber air. Sumber air itu terus-menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan  kepada peserta didik. Kedua , jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon itu tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Pohon itu tidak akan berbuah dan menghasilkan buah yang lebat dan bermutu tinggi. Begitu juga  dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik pertumbuhan pribadi (personal growth) maupun pertumbuhan profesi (prosefesional growth). Setiap guru perlu menyadari pertumbuhan dan pengembangan profesi  adalah suatu condition sine qua non. Itulah sebabnya setiap guru harus belajar terus-menerus, membaca informasi yang paling baru, dan mengembangkan ide-ide kreatif. Bila tidak, guru itu tidak mungkin mengajar dengan penuh gairah dan penuh kebugaran. Itulah sebabnya diperlukan usaha mengembangkan sumber daya pendidikan, khusus sumber daya manusia, salah satunya ialah tenaga guru.

B.     Perlunya Supervisi Pengembangan Sumber Daya Guru
Seperti yang telah dijelakan sebelumnya bahwa sumber daya guru perlu untuk terus tumbuh dan dikembangkan, maka berikut ini akan dijelaskan mengapa guru sebagai salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan bantuan supervise. Berbagai kajain teoritis menunjukkan latar belakang perlunya supervisi itu. Dalam bukunya supervision of Intruction – Foundation and Dimension (1961).
Sewaringan mengungkapkan latar belakang perlunya supervise terletak berakar mendalam dalam kebutuhan rill masyarakat. Ia menyebutkan sejumlah latar belakang berikut ini:
(1)   Latar belakang kultural
(2)   Latar belakang filosofis
(3)   Latar belakang psikologis
(4)   Latar belakang social
(5)   Latar belakang sosiologis
(6)   Latar belakang pertumbuhan jabatan
1.      Latar Belakang Kultural
Pendidikan adalah bagian integral dari kebudayaan. Kebudayaan harus diartikan sebagai:
a.       Suatu kompleks gagasan, ide, norma, dan peraturan yang berlaku.
b.      Suatu pola tingkah laku yang berakar mendalam dalam masyarkat.
c.       Wujud benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1989).
Kebudayaan diciptakan oleh akal budi manusia. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan bertugas untuk menyeleksi pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta didik. Secara positif sekolah bertugas untuk menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide, pola tingkah laku, kebiasaan, berbudaya yang baik maupun berbagai benda budaya. Sejak dini pengalaman belajar maupun kegiatan belajar harus di angkat dari isi keudayaan yang hidup dalam masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang di cita-citakan. Sekolah bertugas mengkaji kreasi dalam menciptakan kebudayaan yang bersumber dari bangsa kita sendiri. Contoh: cerita-cerita lama dari tiap suku bangsa dapat digunakan di sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan dapat di permodern dengan perkembangan zaman. Disinilah letak perlunya supervise bagi yang bertugas:
1)      Mengembangkan potensi kreativitas para peserta didik.
2)      Mengkoordinasikan segala usaha dalam rangka mengembangkan kebudayaan sekolah.
Sekolah bukanlah bertumpu untuk mengisi pengetahuan saja, tetapi sekolah harus berfungsi sebagai laboratorium sosiologis dan pusat kebudayaan dimana ide, karya, serta potensi peserta didik dapat dikembangkan.

2.      Latar Belakang Filsafat
Suatu sistem pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup suatu bangsa. Di Indonesia sistem Among seperti yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa yang mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya nasional (pada saat itu Jawa). Ia mendasarkan pendidikan pada asas:
(a)    Kodrat alam,
(b)   Kebebasan,
(c)    Kemanusiaan,
(d)   Kebudayaan,
(e)    Kebangsaan.
Suatu sistem pendidikan harus berakar pada sistem filsafat dan nilai-nilai yang di junjung tinggi oleh bangsa itu. Yang menjadi masalah ialah bagaimana menterjemahkan filsafat dan sistem nilai yang hidup ke dalam bahasa program pendidikan. Bila kita mampu menterjemahkan dengan tepat pemikiran filsafat itu ke dalam bahasa kita pendidikan, maka kita tidak menempuh kekeliruan dalam tindakan mendidik.

3.      Latar Belakang Psikologis
Secara psikologis supervise itu terletak berakar mendalam pada pengalaman manusia. Pengalaman diartikan sebagai kegiatan atau usaha mengembangkan arti dari peristiwa atau situasi, sehingga orang dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang akan datang. Pengalaman merupakan tindakan yang selanjutnya. Pengalaman harus dipelajari dan dialami sendiri. Pengalaman yang luas memungkinkan kita memperoleh pengertian yang mendalam tentang suatu masalah, sehingga memperbesar kemampuan untuk mencipta. Sifat dasar manusia ialah kemampuan untuk mencipta. Pendidikan bertugas untuk memberi dorongan untuk mencipta dan membina kreativitas. Kondisi kreativitas itu tidak datang  dengan sendirinya, tapi harus dilatih dan diajarkan. Aristoteles mengatakan, to play the fluit you must play the fluit. Disekolah dikemukakan bahwa kebanyakan kondisi yang mendorong dan menghambat kreativitas, bersumber pada kegiatan jiwa seperti pengalamatan, persepsi, petimbangan, dan perasaan. Contoh: secara negative perasaan takut, kecewa, sikap keras, kurang percaya diri, akan menghambat kreativitas seseorang. Secara positif saling percaya, harga menghargai, saling mempehatikan, mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dapat mendorong kreativitas. Jelaslah bahwa penciptaan perhatian dapat mendorong kreativitas seseorang. Jelaslan bahwa penciptaan suasana psikologis dapat mendorong kreativitas seseorang. Tugas supervise ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri dan disilah letak perlunya supervise pendidikan.

4.      Latar Belakang Sosial
Dua pertanyaan pokok yang dikemukakan
1.      Apakah sekolah harus bercermin pada satu kekuatan sosial politik suatu negara, atau sekolah harus mencermati kekuatan sosial politik yang berkuasa dalam negara itu.
2.      Mungkinkah sekolah dapat menerapkan cara beritndak dan bersikap demokratis ditengah-tengah masyarakat yang strata masyarakatnya feodal dan sistem pemerintahan yang otokrasi atau masyarakat yang strata masyarakatnya mengalami pseoda demokratis.
Jawaban atas kedua pertanyaan itu bergantung pada pemahaman kita tentang arti dari demokratis itu sendiri. Unsur-unsur demokratis menampakkan diri dalam tata kehidupan sebagai berikut:
(1)   Menghargai manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang patut untuk di hargai dan di cintai.
(2)   Menghargai martabat sebagai makhluk yang memiliki keunikan pribadi, bahwa setiap manusi berbeda satu dengan yang lainnya.
(3)   Tiap individu harus menghargai indivu yang lain. Dengan demikian aspek sosialitas manusia diakui dan di junjung tinggi mengakui kebersamaan bukan berarti harus merebut dalam kebersamaan . Epiktetos (ahli filsafat Yunani) pernah mengatakan:. Epiktetos (ahli filsafat Yunani) pernah mengatakan:hati-hatilah dengan kebersamaan itu.
(4)   Menghargai cara berfikir orang lain, walaupun bertentangan dengan pendapat diri sendiri.
(5)   Pengakuan kebebasan individu berarti menyadari bahwa di luar diri sendiri ada juga orang lain.
Dalam kaitan ini setiap tugas pemimpin sebagai supervisor berfungsi membantu, mendorong, menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama sejalan dengan jalan berpikir yang dikemukakan di muka, Mackenzie (dalam Swearingan 1961: 360 mengemukakan 6 fungsi kepemimpinan sebagai supervisor sebagai berikut:
(1)   Setiap pemikiran yang di berikan oleh anggota kelompok harus di lihat sebagai sumbangan bagi kelompok dan perlu di terima dengan sikap terbuka dan positif.
(2)   Pemimpin harus memiliki pemikiran yang mantap.
(3)   Pemikiran membantu dalam mengembangkan keterampilan dan memperlengkapi stafnya.
(4)   Pemimpin bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbuhkan rasa aman pada diri orang lain.
(5)   Pemimpin bertugas menentukan batas kebebasan (autonomy) dan saling berinteraksi.
(6)   Pemimpin harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba.
Maksudnya mampu menanggung resiko dari setiap langkah yang ditempuhnya. Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya, ia harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang lain yang di bina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervise harus bersumber pada kondidi masyarakat. Sebenarmya sekolah harus mampu mengubah masyarakat agar menjadi masyarakat yang demokratis. Dalam masyarakat demokratis setiap orang berkesempatan dan berkemampuan untuk menstimulasi usaha-usaha kreativitas untuk beriubah menuju yang lebih baik. Berkerja dengan komitmen yang tinggi terhadap usaha bersama. Disinilah letaknya fungsi supervise pendidikan.
5.      Latar Belakang Sosilogis
Mayarakat ini selalu beubah. Setiap perubahan punya pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam era globalisasi telah terjadi pergeseran tata nilai. Salah satu nilai yang berpengaruh terhadap pendidikan masa kini adalah nilai jual. Dulu orang mengukur nilai suatu pendidikan dari nilai moral, akhlak mulia, dan berbudi luhur. Tetapi dalam era globalisasi, yang di tandai dengan persaingan bebas, alat ukur adalah nilai ekonomis, yaitu uang. Kualitas seseorang diukur dengan uang. Pengaruh perubahan masyarakat membawa akibat pada proses pendidikan dan hasil pendidikan itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi serta sistem informasi telah membawa masyarakat kita serba mekanis dan bersifat individualitas. Bukan lagi bersifat kreatif dan produktif tapi bersifat pasif dan konsumtif. Menghadapi perubahan seperti ini guru-guru memerlukan supervisor untuk mengadakan tugas mengukur ide dan pengalaman tentang mana yang tervaik dalam menghadapi perubahan tata nilai yang serba meragukan. Disinilah letak perlunya supervise pendidikan.
6.      Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan
Guru adalah pencerahan zaman (Langeveld, 1950). Guru seharusnya punya visi masa depan. Ketajaman visi mendoring guru-gury untuk mampu mengembangkan misinya. Untuk dapat mewujudkan misinya, guru harus belajar terus menjadi guru yang professional. Guru yang prifesional memiliki kualifikasi sebagai berikut:
(a)    Ia ahli (expert) dalam bidang diajarkan.
(b)   Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
(c)    Memiliki rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya sebagai suatu karier hidup.

C.    Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
1.      Apakah Supervsis itu?
Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabakan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan baik karena takut dipersalahkan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah:
(1)               Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, terencana dan kontinu.
(2)               Objektif dalam pengertian ada data yang di dapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
(3)               Menggunakan latar pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik  untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran dikelas.
Berikut ini berbagai pendapat para ahli dalam mendefiisikan supervisi itu. Dalam bukunya: Basic of Education of Supervision, Adams dan Dickey (1959: 2) mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal belajar dan mengajar. (Sahertian, 2000: 17). Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujauan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Semua defisini yang diuraikan diatas bersifat umum. Perkembangan konsep supervisi yang selanjutnya sudah menuju kepada sasaran yang khusus. Dalam buknya Supervision For Today’s Schools, Peterf F. Oliva menitikberatkan pada supervisi pengajaran (1984:9), mengemukakan beberapa pandangan seperti berikut ini. Menurut Harris (dalam Oliva 1984), supervisi pengajaran ialah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Alfono R.J et al (1981); dalam Oliva (1984): supervisi pengajaran adalah tindak lanjut pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Sehingga dapat dirumuskan supervisi tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pemberi supervise pada akhirnya  ialah memberi layanan dan bantuan. (Sahertian, 2000:19)

2.      Tujuan Supervisi Pendidikan
Seperti yang telah dijelakan di atas, menurut Sahertian (2000:19). Kata kunci dari supervisi ialah memberi layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga potensi kualitas gutu. Pendapat ini sesuai dengan apa yang di kemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah:
(1)               Mengembangkan kurikulum yang sedanng dilaksanakan di sekolah
(2)               Meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah.
(3)               Mengembangkan kemampuan seluruh staf di sekolah.

3.      Prinsip Supervisi Pendidikan
Menurut Baharuddin Harahap (1983: 8), prinsip supervisi adalah:
a.       Supervisi merupakan bagian dari supervisi pendidikan sebagai salah satu kesatuan
b.      Pada dasarnya guru dan kepala sekolah memerlukan supervisi dan mereka terlibat dalam supervise itu. Oleh sebab itu, supervisi harus dilaksanakan seefektif mungkin.
c.       Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan dan sasaran pendidikan.
d.      Supervisi membantu menciptakan hubungan manusiawi antarstaf sekolah (guru, kepala sekolah, pengawas lain) sebab menjalankan supervsisi terhadap pelaksana suatu kegiatan, yang dengan sendirinya menampakkan hubungan anatara manusia.
e.       Tanggung jawab program supervisi terletak pada guru, kepala sekolah pemilik/pengawas.
f.       Supervisi akan efektif jika biaya supervisi di sediakan.
g.      Sepervisi harus memperhatikan dan mampu menerangkan hasil penemuan /riset).
Sedangkan menurut Sahertian (2000:20), prinsip supervisi yang dilaksanakan adalah sebagian berikut:
a.      Prinsip Ilmiah (scientific)
Kegiatan supervisi di laksanakan berdasarkan data objektif yang di peroleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
b.      Prinsip Demokratis
Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru didasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat, sehingga guru-guru merasa aman dalam menjalankan tugasnya.
c.       Prinsip Kerja Sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah asingnya supervise sharing of idea, sharing of experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
d.      Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan pitebsi dan kreativitasnya jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Bahkan melalui cara-cara yang menakutkan.

D.    Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth Jane, maupun Ayer (dalam Encycloedia of Education Research; Chester Harris, 1958 : 1442), mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan. Fungsi utama sepervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik (Burton & Brucker 1995 ;3). Adapun menurut Sahertian (2000;21), bahwa fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Fungsi-fungsi tersebut meliputi kegitatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
e. Memberikan fasilitas dan penelitian terus-menerus
f. Menganalisis situasi belajar mengajar
g. Memperlengkapi staf dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru
h. Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk                                       kemampuan-kemampuan 

E.     Model Supervisi Pendidikan
Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah konsep, ataupun pola. Harjanto ( 2006 ) mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga artikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya “globe” merupakan bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah “ model” digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan “model dasar” dipakai untuk menunjukkan model yang “genetik” yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson ( dalam Harjanto, 2006 ) mengartikan model diartikan sebagai “ asetofparts united by some form of interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. Contohnya sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus dalam bahasan ini adalah model yang berkaitan supervisi, penulis lebih tepat menggunakan istilah acuan yang di pakai dalam melaksanakan supervisi. Sehertian (2000) membagi model supervsi menjadi empat bentuk:
a)      Model konvensional (tradisional),
b)      Model ilmiah,
c)      Model klinis, dan
d)     Model artistic.
a)      Model konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuaaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisilah mengadakan inpeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini di sebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervsisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi “untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisior yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tudak puas dan ada sikap yang tampak dalam kinerja guru:
(1)   Acuh tak acuh (membodohkan), dan
(2)   Menantang (agresif).
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti itu adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaiamana cara kita mengkonsumsikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b)             Model Supervisi Ilmiah
Supervise yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1)   Dilaksanakan secara berencana dan kontinu;
(2)   Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
(3)   Menggunakan instrument pengumpulan data;
(4)   Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan rill.
Dengan menggunakan meritrating, skala penilainan atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa melalui proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian di berikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada catu atau semester yang lalu. Dan ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaann alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih mansiawi.
c)                  Model Supervisi Klinis
Supervise klinis adalah bentuk yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melaui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan anatar tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih lengkap tentang super klinis dalam uraian tersendiri.
d)                 Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengjar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervsisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan, dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working hrough the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.

F.      Peranan Supervsi Pendidikan
Dalam bukunya tentang supervisi pendidikan, Sahertian (2000:25) mengemukakan bahwa “supervisi berfungsi membantu (assisting) memberi support (supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing) dalam Kimball Wiels, 1955. Dilihat dari fungsinya, tampak dalam kinerja supervior yang melaksanakan tugasnya. Mengenai peranan supervisi dapat dikemukakan pendapat berbagai para ahli. Seorang supervisor dapat berperan sebagai:
1.      Coordinator
2.      Konsultan
3.      Pemimpin kelompok
4.      Evaluator
(Peter F. Olivia, 1976: 19-20)

G.    Sasaran supervisi pendidikan
a.              Secara umum
Secara Umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Karena itu supervisi pendidikan menaruh perhatian utama pada upaya-upaya peningkatan provesionalitas guru sehingga memiliki kemampuan:
1)    Merencanakan kegiatan pembelajaran,
2)    Melaksanakan pembelajaran,
3)    Menilai proses dan hasil pembelajaran,
4)    Memanfaatkan hasil penilaian
5)    Memberikan umpan balik,
6)    Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,
7)    Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
8)    Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,
9)    Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,
10)  Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),
11)  Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.
b.             Secara khusus
Secara Khusus dapat diklasifikasikan:
1)    Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran
2)    Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran.

H. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan yang diguakan dalam menerapkan supervisi modern di dasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilih-milih guru dalam empat  pprototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu cara berpikir abstark dan komitmen seta kepeduliaan. Berdasarkan paradigma itulah maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasar data yang sebenarnya yang perlu layanan supervisi. Berikut ini akan di sajikan beberapa pendekatan, perilaku supervisor.
(1)   Pendekatan langsung
(2)   Pendekatan tidak langsung
(3)   Pendekatan kolaboratif

(1)   Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari reflex, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oeh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu di berikan rangsang agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisior dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakuakn dengan perilaku supervisor seperti berikut ini:
1)      Menjelaskan,
2)      Menyajikan,
3)      Mengarahkan,
4)      Memberi contoh,
5)      Menerapkan tolok ukur, dan
6)      Menguatkan.
(2)   Pendekatan tidak langsung
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, taori ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistic. Psikologi humanistic sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu di hormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang di hadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang di alami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:
1)      Mendengarkan,
2)      Memberi penguatan,
3)      Menjelaskan,
4)      Menyajikan, dan
5)      Memecahakn masalah.
(3)   Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang di hadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan daam supervisi berhubungan pada dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perialku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1)      Menyajikan,
2)      Menjelaskan,
3)      Mendengarkan,
4)      Memecahkan masalah,dan
5)      Negosiasi.

Ketiga macam pendekatan ini dilakuakn dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervsisi sebagai berikut:
1)      Percakapan awal (pre-conference)
2)      Observasi
3)      Analisi/interpretasi
4)      Percakapan akhir (pascaconference)
5)      Analisiakhir
6)      Diskusi.

I. Teknik-teknik supervisi pendidikan
a.    Kunjungan kelas,
b.    Pertemuan pribadi
c.    Rapat dewan guru,
d.    Kunjungan antar kelas,
e.    Kunjungan sekolah,
f.     Kunjungan antar sekolah
g.    Penerbitan buletin, dan
h.    Penataran atau pendidikan dan pelatihan.
Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi
 Teknik supervisi Pendidikan adalah atat  yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.  Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210). Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut  :
1.    Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
 Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik  supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara  bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).  
 Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 – 227)
a.    Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervisee (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86). Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal – hal sebagai berikut (Sahertian 2008 : 86) :
§  Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
§  Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah.
§  Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
§  Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
§  Ada juga melalui perkunjungan ke tempat – tempat tertentu yang berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar.
§  Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini adalah makan bersama.
§  Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima dalam kelompok guru lain.

b.    Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71). Tujuan teknik supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 212) dan Pidarta (2009 : 171) adalah sebagai berikut :
§  Menyatukan pandangan – pandangan guru tentang masalah – masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
§  Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan melaksanakan tugas – tugasnya dengan baik serta dapat mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal.
§  Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna pencapaian pengajaran yang maksimal.
§  Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan proses pembelajaran.
§  Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara bersama dengan semua guru disekolah.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain : 
1.      Tujuan – tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan konkrit.
2.      Masalah – masalah yang akan menjadi bahan rapat harus merupakan masalah yang timbul dari guru – guru yang dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
3.      Masalah pribadi yang menyangkut guru di lembaga pendidikan tersebut perlu mendapat perhatian.
4.      Pengalaman – pengalaman baru yang diperoleh dalam rapat tersebut harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap siswa.
5.      Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan sebaik – baiknya.
6.      Persoalan kondisi setempa, waktu, dan tempat rapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.

c.       Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut :
§  Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
§  Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk mendapatkan bantuan pemechan masalah pada materi pengajaran.
§  Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu bidang studi atau bidang – bidang studi yang serumpun.

d.      Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor  dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213).  Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari – hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.   
Hal – hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus mampu :
§  Menentukan tema perbincangan yang lebih spesifik ;
§  Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan dan topik yang dibahas dalam diskusi.
§  Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua anggota dan dapat memecahkan masalah dalam pengajaran.
§  Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan dan diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama.
§  Mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang dipimpinnya.

e.       Workshop 
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain :
1.      Masalah yang dibahas bersifat “Life cntred” dan muncul dari guru tersebut,
2.      Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.

f.       Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain. Langkah – langkah melakukang sharing antara lain :
§  Menentukan tujuan yang akan dicapai.
§  Menentukan pokok masalah yang akan dibahas.
§  Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat pendapat mereka
§  Merumuskan kesimpulan. 

  2.    Teknik Individual dalam Supervisi 
 Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a.       Teknik Kunjungan kelas. 
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara, yatiu :
§  Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
§  Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
§  Kunjungan kelas atas undangan guru, 
§  Saling mengunjungi kelas.

b.      Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti, dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.
c.       Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan – keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. mendorong agar yang sudah baik lebih di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan untuk memperbaikinya.
d.      Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan kekurangan berdasarkan pengalaman masing – masing. Sehingga masing – masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi layanan belajar kepada peserta didiknya.
e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar.  Adapun cara  untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan mengadakan “profesional reading “. Ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber materi untuk mengajar memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik beratkan kepada kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku – buku yang dimiliki oleh guru pada saat mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
f.       Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru di muka kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa.
3.      Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka akan melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing sehingga guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya sifat cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang ahli.
4.      Seminar  
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok untuk mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu masalah yang berhubungan dengan topik.  Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam seminar ini dapat dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi, bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana mengatasi anak – anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll. Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide – ide menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya. 
5.    Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.
 6.    Demonstrasi mengajar
Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan gurudalam mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
 7.    Buletin supervisi 
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati peristiwaperistiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar,tingkah laku siswa,dan sebagainnuya.Diharapkan ini dapat membantu guruuntuk menjadi lebih baik.
J. Kelemahan Dan Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
1.    Kelemahan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
§  Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang efektif.
§  Perlu penyediaan waktu yang tepat
§  Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
§  Kurang demokratis
§  Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan
§  Agak sulit menentukan dan cukup menyita waktu
§  Agak sulit menemukan waktu
§  Guru merasa canggung dan kurang bebas

2.    Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
§  Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan
§  Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan, pertukaran pikiran secara umum
§  Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat didiskusikan
§  Dapat memberikan bimbingan aktual
§  Guru dapat menunjukan hasil usahanya
§  Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
§  Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan.


K.    Undang-Undang Supervisi Pendidikan
Pada UU Sisdiknas 2003 mengenai pengawasan mempunyai bab khusus yaitu Bab XIX Pasal 66. Adapun pada bab itu isinya:
1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masin-masing.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
3. Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sayangnya sampai saat ini belum dikeluarkan Peraturan Pemerintah yang baru untuk mengatur pengawasan (supervisi) dalam pendidikan sesuai amanat UU Sisdiknas 2003 kecuali Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Pelaksanaan Supervisi dilaksanakan oleh orang yang sudah profesional, sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 Pasal 20 Ayat 3 “untuk menjadi pengawas perlu adanya pendidikan khusus” .
Tugas seorang supervisor bukanlah untuk mengadili tetapi untuk membantu, mendorong dan memberikan keyakinan kepada guru bahwa proses belajar mengajar dapat dan harus diperbaiki. Pengembangan berbagai pengalaman pengetahuan, sikap dan keterampilan guru harus dibantu secara profesional sehingga dapat berkembang dalam pekerjaannya.
            Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ciri utama supervisi adalah perubahan, dalam pengertian peningkatan ke arah efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan baik karena tuntutan dari dalam kegiatan proses belajar mengajar itu sendiri maupun karean adanya tuntutan lingkungan yang selalu berubah pula. Ada dua jenis supervisi dilihat dari peranannya dalam perubahan itu, yaitu:
            a. Supervisi Traktif, artinya supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahan kecil karena menjaga kontinuitas. Supervisi traktif ini misalnya dapat dilihat dari kegiatan rutin seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil, memberikan informasi tentang prosedur yang telah disepakati dan memberikan arahan dalam prosedur standar operasi (PSO) dalam suatu kegiatan.
            b. Supervisi dinamik, yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktek-praktek pengajaran tertentu. Tekanan perubahan ini diletakan kepada diskontinuitas, gangguan terhadap praktek yang ada sekarang untuk diganti dengan yang baru.

Hubungan UU RI Nomor 20 tahun 2003 dengan Supervisi Pendidikan
            Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pertama pembahasan bahwa pengertian supervisi mencakup arti yang terkandung dalam beberapa istilah seperti Inspeksi, penilikan atau pengawasan, dan evaluasi. Dan bila disangkut-pautkan dengan UU No 20 tahun 2003 maka jelas istilah-istilah tersebut sangat berhubungan, diantaranya terdapat pada :
1. Pasal 1 ayat 21 : “evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan”.
2. Pasal 39 ayat 1 : “Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.
3. Pasal 66 tentang pengawasan.
Supervisi pendidikan ini juga sangat berhubungan dengan UU RI No 20 tahun 2003 terutama pada pasal 1 ayat 21 tentang evaluasi, pasal 39 ayat 1 tentang tenaga kependidikan dan pada pasal 66 tentang pengawasan.




DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto, Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta ; Rineka Cipta.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung, Citra Umbara.

Wiyono, Ketang. 2015. Profesi Kependidikan. Indralaya: Universitas Sriwijaya.

Darmaningtyas. 2007. Pendidikan Rusak-rusakan. Yogyakarta: LKis

Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sahertian, Piet A dan Frans Mataheru. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional,






DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...