Saturday 28 March 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR - RUMUS EMPIRIS SENYAWA (Kelompok 5)



LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA
FKIP UNSRI
INDRALAYA
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
RUMUS EMPIRIS SENYAWA


KELOMPOK 5
EKA OLSA ARDIANA
DWI NOVASARI
GURUH SUKARNO PUTRA
HARTINA HARDIANTY
NIMAS PRATIWI UTAMI

DOSEN PENGASUH: RODI EDI, S.Pd,.M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
PRAKTIKUM KE 5
RUMUS EMPIRIS SENYAWA

A.TUJUAN PERCOBAAN                       :
1.      Mencari rumus empiris dari suatu senyama dan menetapkan rumus senyawa tersebut
2.      Mempelajari cara mendapat data percepatan dan cara memakai data untuk menghitung rumus empiris

B.WAKTU PERCOBAAN             : Rabu, 8 Oktober 2014

C.ALAT                                             : 1. Cawan krus
  2. Kaki Tiga
  3. Bunsen
 4. Pipet tetes
 5. Neraca

D.BAHAN                                         : 1. Pita Mg
                                                              2. Aquadest

E.LANDASAN TEORI
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara kimia dengan cepat, tepat dan langsung, kita menggunakan lambang-lambang kimia dan rumus-rumus kimia. Secara umum dikenal rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah atom yang terdapat pada senyawa tersebut, sedangkan rumus molekul merupakan rumus untuk semua unsure dalam senyawa. Sebagai contoh karbon hidroksida terdiri dari satu atom C dan dua atom O memiliki rumus empiris . Hidrogen peroksida yang mempunyai dua atom H dan dua atom O memiliki rumus molekul dan rumus empirisnya HO.
Untuk penulisan rumus empiris walau tak ada aturan yang ketat tetapi umumnya untuk zat anorganik, unsure logam atau hydrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non logam atau metalloid dan akhirnya oksigen, sedangkan untuk zat-zat organic aturan yang umumnya berlaku adalah C, H, O, N, S, P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan rumus empiris ditentukan lewat penggabungan nisbah bobot dari unsure-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk memperlihatkan sifat berkala dan unsur-unsur. Secara sederhana penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dengan cara eksperimen. Dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang terdapat dalam zat tersebut, memakai metoda analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula massa molekul relative senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus empiris dilakukan dengan perhitungan senyawa.
Jika rumus empiris senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-sifat fisik dan kimia dari zat tersebut, yaitu : dari rumus empiris ini dfapat dilihat unsure apa yang terkandung dalam senyawa tersebut dan berapa banyak atom dari masing-masing unsure untuk membentuk molekul senyawa tersebut, dan massa molekul relative dapat ditentukan massa atom relative dari unsure-unsur yang membentuk senyawa.
Berdasarkan rumus empiris dapat dihitung jumlah relative unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut.
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa. Menentukan rumus empiris berarti menghitung jumlah mol unsure-unsur kemudian membandingkannya. Dalam penentuan tersebut diperlukan sejumlah data, yaitu : massa unsur, perbandingan massa unsure atau persentase, dan massa atom relative (Ar) unsure tersebut.
Adapun rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang menggambarkan jumlah atom dan unsure penyusun senyawa. Dalam penentuan rumus molekul, perlu ditentukan terlebih dahulu empirisnya. Selanjutnya, denganm menggunakan data massa molekul relative (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekulnya.
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul-molekul air. Molekul air yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuan jumlah molekul hidrat yang terikat dilakukan dengan cara memanaskan garam terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat (tidak mengandung air).
Rumus kimia dapat berupa rumus molekul atau rumus empiris. merupakan rumus molekul (dari etena), O merupakan rumus molekul sekaligus rumus empiris (dari air), sedangkan NaCl merupakan rumus empiris dari garam dapur. Jika suatu rumus tidak dapat disederhanakan lagi, berarti rumus tersebut pastilah rumus empiris, namun demikian mungkin juga merupakan rumus molekul. Rumus kimia senyawa ion merupakan runus empiris. Pada senyawa merupakan senyawa yang memiliki rumus empiris sekaligus rumus molekul.
Penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus molekul dari suatu senyawa yang merupakan tujuan dari analisa kuantitatif. Suatu zat murni setelah dianalisa ternyata terdiri atau tersusun oleh atom C atau atom H.
Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk menentukan rumus molekul dari suatu zat murni yang merupakan tujuan dari analisa kuantitatif. Suatu zat antara rumus empiris dan rumus molekul mempunyai hubungan yang erat atau saling berkaitan. Terdapat tiga kemungkinan hubungan yang perlu dipertimbangkan, yaitu rumus empiris dan rumus molekul dapat identik, rumus molekul dapat merupakan penggandaan atau kelipatan dari rumus empiris, suatu senyawa dalam keadaan padat dapat memiliki rumus empiris dan tidak memiliki rumus molekul.Rumus kimia zat dapat menyatakan jenis dan jumlah relative atom yang menyusun zat itu. Rumus kimia berbentuk kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Bilangan menyatakan jumlah atom masing-masing unsure dalam rumus kimia disebut angka indeks. Dalam rumus kimia airO), indeks H=2 dan indeks O=1 (indeks satu tidak ditulis).
Rumus kimia zat dapat berupa rumus empiris adalah rumus molekul, selain kedua ini terdapat struktur. Rumus struktur ini biasanya dipergunakan dalam mempelajari dan memahami senyawa organic.
Dalam kimia, rumus empiris atau komposisi kimia dari suatu senyawa adalah ekspresi sederhana jumlah relative setiap jenis atom yang dikandung. Suatu formula empiris tidak memberikan gambaran mengenai isomer, struktur, atau jumlah absolute ataom. Istilah empiris merujuk pada analisis elemental, suatu tekhnik analitik yang digunakan untuk menentukan persentasi komposisi relative perunsuran dari suatu zat kimia. Konnstanta dengan formula empiris, formula kimia mengidentifikasi jumlah absolute atom unsure-unsur yang ditemukan pada setiap molekul disenyawa tersebut.
Sebagai contoh, n-heksana memiliki rumus molekul , kimia menyatakan bahwa senyawa ini memiliki struktur rantai lurus, 6 atom karbon, dan 14 atom hydrogen. Formula kimia heksana karenanya , sedangkan rumus empirisnya adalah menunjujkkan rasio C:H sejumlah 3:7.
Rumus empiris merupakan rumus paling sederhana dari suatu senyawa. Rumus empiris tidak menunjukkan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul. Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul. Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan .
Hukum perbandingan tetap merupakan hukum yang menghendaki penulisan rumus kimia yang baik berupa rumus empiris maupun rumus molekul. Rumus empiris senyawa dapat ditentukan berdasarkan persentase massa unsure-unsur yang membentuk senyawa itu, oleh karena itu kita mengetahui massa molar masing-masing unsure, maka dari perbandingan massa unsure-unsur dalam senyawa, kita dapat menarik kesimpulan tentang perbandingan mol unsure-unsur dalam senyawa. Perbandingan mol mencerminkan pula jumlah atom, sehingga kita dapat menghitung perbandingan massa unsure-unsur dalam senyawa.


Pada saat berbicara masalah larutan, kita pasti berbicara juga tentang solvent atau pelarut, dimana jumlahnya lebih besar dan solut atau zat terlarut yang jumlahnya lebih kecil. Hal ini sudah biasa namun tidak selalu dapat diikuti, kadang pelarutnya mempunyai jumlah lebih kecil dari terlarutnya dalam beberapa kasus. Larutan H2SO4 contoh dari kasus ini. Kita menemukan bahwa air sebagai pelarut walaupun kuantitasnya kurang dari H2SO4.    
Komponen dan sifat cairan baru ini, yaitu larutan berbeda dari air murni. Larutan adalah campuran karena terdiri dari dua zat atau lebih. Larutan ini homogen karena sifatnya diseluruh cairan, campuran air dan pasir adalah campuran heterogen larutan.
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihsilkan. Cara yang digunakan bermacam – macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer .
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunya tidak dapat dibedakan secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan dalam larutan elektrolit dan nnon elektrolit.
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, maupun ion dari dua zat atau lebih suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat diubah – ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati bagian – bagian yang berlainan bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian – bagian atau fase – fase yang terpisah.
           

Laju reaksi tergantung pada banyaknya tumbukan antara molekul-molekul zat-zat yang bereaksi dan prosentase tumbukan yang efektif. Banyaknya tumbukan ditentukan oleh konsentrasi, suhu, keadaan kekasaran zat yang homogen atau heterogen. Sedangkan pada prosentase tumbukan yang efektif ditentukan oleh afinitas katalis dan dipengaruhi pula oleh suhu.
Suatu laju reaksi ditentukan oleh sifat-sifat dari senyawa yang bereaksi, suhu serta konsentrasi dari reaktan-reaktan yang ada. Suhu yang meningkat akan diikuti atau akan menyebabkan kecepatan reaksi akan semakin cepat. Berdasarkan kenyataan yang ada, terdapat beberapa reaksi yang apabila terjadi kenaikan suhu 100ºC dapat meningkatkan laju reaksi sebesar dua kali lipat atau bahkan dapat lebih dari dua kalinya. Bila konsentrasi meningkat akan dapat pula mempercepat laju reaksi, akan tetapi beberapa reaksi ordo nol, konsentrasi tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan sifat reaksi tersebut jika ditambah suatu apapun reaksi tidak dapat dipercepat.
 Kecepatan reaksi adalah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang atau dapat diukur dengan cepatnya hasil reaksi yang timbul. Kecepatan ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat-zat yang bereaksi, temperatur campuran reaksi, macam zat dan adanya katalisator positif. Biasanya reaksi antara ion dengan ion (reaksi metatesis) yang tidak bersifat oksidasi-reduksi, berjalan sangat cepat (instant dan neous).















             
F.PROSEDUR PERCOBAAN
1.      ambil cawan krus dan tutupnya, alat ini harus bersih dan kering.
2.      Timbang krus dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 g, cataat bobotnya.
3.      Ambil sepotong pita Mg (5 cm) yang telah disediakan, bersihkan dengan kertas tisu untuk menghilangkan kotoran minyak.
4.      Gulung pita magnesium hingga dapat masuk sesuai dengan dengan dasar krus.
5.      Msukkan gulungan magnesium ini ke dalam krus dan timbang.
6.      Letakkan krus dan isinya di atas kaki tiga yang dilengkapi dengan segitiga porselin dan panaskan krus beserta isinya dengan pembakar bunsen (api biru) hingga dasar krus berpijar.
7.      Setelah di[anasi 20 menit, ambil penjepit krus dan buka tutup krus sedikit agar udara dapat masuk. Lanjutkan pemanasan selama 20 menit lagi.
8.      Matikan bunsen dan biarkan dingin sekitar 15 menit. (selama pemanasan dengan tutup terbuka sedikit, logam Mg breaksi dengan nitrogen udara membentuk magnesium nitrit)
9.      Dengan menggunakan pipet tetes, teteskan 40 air ke dalam cawan krus.
10.  Panaskan krus dalam keadaan tertutup dengan api kecil selama 5 menit hingga tidak ada asap yang timbul.
11.  Matikan bunsen dan dinginkan krus selama 15 menit lalu timbang.
12.  Lanjutkan pemanasan dengan api kecil (nyala biru) sekitar 20 menit, lalu dinginkan.
13.  Timbang krus dengan isi dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 g.






G. HASIL PENGAMATAN

No

Senyawa magnesium

Deskripsi

Ulangan 1

Ulangan 2

1

2


3

4


5

6

7

8

9


10

11

Botol cawan krus + tutup

Botol cawan krus + Magnesium

Bobot Magnesium

Bobot cawan krus+ tutup+ MgO

Bobot Magnesium Oksida

Bobot Oksida

Bobot Atom Magnesium

Bobot atom Oksigen

Jumlah Mol atom  Magnesium

Jumlah Mol Atom Oksigen

Rumus Empiris Magnesium Oksida

Menimbang

Menimbang


(2)-(1)

Menimbang


(4)-(1)

(4)-(2)

T.Periodik

T.Periodik

14,858

14,095


0,047

14,900


0,042

-(0,005)*

24,3

16,0

0,0019


(-0,0003125)*

(MgO)2**

14,858

14,095


0,047

14,900


0,042

-(0,005)*

24,3

16,0

0,0019


(-0,0003125)*

(MgO)2**

*) Terjadi sebuah Kesalahan dalam praktikum
**) Nilai Secara Teori


H. ANALISA DATA
Perhitungan Bobot Satu Per Satu (Rerata U1+U2)
Bobot Cawan Krus + tutup                            =  14,858 gram
Bobot Cawan Krus + Magnesium                  =  14,095 gram
Bobot Magnesium                                           = 14,905-14,858
                                                                        = 0,047 gram
Bobot Cawan Krus+tutup+MgO                    =  = 14,900 gram
Bobot Magnesium Oksida                              = 14,900-14,858
                                                                        = 0,042 gram
Bobot Oksida                                                  = 0,042-0,047
                                                                        = (-0,005)* gram
Mol Magnesium                                              =  
                                                                        =  = 0,0019 mol
Mol Oksigen                                                   =  
                                                                        =  = (-0,0003125)* mol

Perhitungan Rumus Empiris Tidak Dapat dilakukan dari hasil Praktikum Karena hasil yang didapat berupa hasil Negatif
Akan tetapi Kami menganalisa Rumus empiris berdasarkan teori saja
Secara teoritis rumus empiris dari MgO adalah (XY)n

I.PEMBAHASAN

            Pada praktikum kali ini kami akan membahas cara mencari rumus empiris suatu senyawa. Rumus empiris suatu senyawa adalah perbandingan mol atom atom yang menyusun zat tersebut

Rumus Empiris (XY) =
             :

Pada praktikum kali ini , kami tidak dapat membandingkan hasil teori dan praktek karena terjadi kesalahan yang menurut perkiraan kami disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
1.      Terjadi kesalahan dalam pengukuran massa
2.      Waktu pembakaran yang terlalu lama


J.KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa
1.      Kita dapat Mencari rumus empiris dari suatu senyama dan menetapkan rumus senyawa tersebut
2.      Kita dapat Mempelajari cara mendapat data percepatan dan cara memakai data untuk menghitung rumus empiris



M. DAFTAR PUSTAKA

Bakti , Rifai dkk. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Inderalaya : UNSRI.
http://www.belajarkimia.com
http://kimia.upi.edu/
http://www.wikipedia.wiki.org/rumus_empiris
Olsa, Dkk. 2014.  LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I . Indralaya:UNSRI
Team kimia Dasar.2003. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I. Indralaya:UPPSB UNSRI
             


DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...