Thursday, 5 March 2015

MAKALAH - PERKEMBANGAN ASTRONOMI MODERN




Makalah Sejarah Fisika
Perkembangan Astronomi Modern

Disusun Oleh :
Kelompok                              : IX ( Sembilan )
Anggota Kelompok               : 1. Monasari ( 06111011002)
                                                  2. Muthohharoh ( 06111011004)
                                                  3. Suci Aprilia ( 06111011013 )
                                                  4. Rerrysta Yolanda ( 06111011015 )
                                                  5. Widya Mega Reza ( 06111011046 )
Prodi                                       : Pendidikan Fisika
Dosen Pembimbing               : Drs. Abidin Pasaribu, M.M.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2011/2012





Kata Pengantar

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah Sejarah Fisika yang berjudul “ Perkembangan Astrinomi Modern “ dengan tepat waktu .
Kerangka materi yang tersaji dalam makalah ini disusun berdasarkan buku-buku referensi, serta website yang berkaitan dengan mata kuliah Perkembangan Astronomi Modern. Adapun materi yang disajikan dalam makalah ini secara ringkas adalah Hakekat Asronomi, Sejarah Perkembangan Astronomi Modern, Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Bidang Astronomi, Perkembangan Astronomi pada Zaman Modern dan Perkembangan Astronomi di Indonesia
Akhirnya, penyusun menyadari kalau makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai referensi untuk perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya.Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Inderalaya,   April 2012

Penyusun



Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................1
Daftar Isi………………………………………………………………………2
Bab 1 Pendahuluan
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………..3
1.2  Tujuan Penulisan Makalah…………………………………………………4
1.3  Rumusan Makalah………………………………………………………….4
Bab 2 Pembahasan
2.1 Hakikat Astronomi
·         2.1.1 Pengertian dasar astronomi………………………………………5
·         2.1.2 Cabang-cabang ilmu astronomi………………………………….6
2.2 Sejarah Perkembangan Astronomi Modern……………………………….8
2.3 Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Bidang Astronomi…………………..14
2.4 Perkembangan Astronomi pada Zaman Modern………………………….19
2.5 Perkembangan ilmu Astronomi di Indonesia……………………………..19
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….23
3.2 Kritik dan Saran…………………………………………………………..24
Daftar Pustaka………………………………………………………………..25



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai 'ratu sains'.Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia.Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa.Fenomena langit sangatlah menarik rasa ingin tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah para ilmuan yang mencoba untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut
Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen.
Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan astronomi pada zaman sekarang begitu pesat seiring dengan temuan temuan terbaru seperti penemuan akan adanya sebuah kehidupan di planet mars karena didalamnya terdapat air, pnemuan planet-planet baru dan pengobservasian fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih.
Mengkaji ilmu astronomi adalah hal yang sangat menarik, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap berjalan dan selalu berkembang. Oleh karena itu kami mencoba mengkaji bagaimana perjalanan atau sejarah perkembangan ilmu astronomi modern



1.2  Tujuan Penulisan Makalah

1.      Mahasiswa dapat memahami hakikat dari astronomi mulai dari pengertian dasar astronomi dan cabang-cabang ilmu astronomi
2.      Mahasiswa dapat mengkaji dan memahami sejarah perkembangan astronomi modern
3.      Mahasiswa dapat mengetahui kontribusi ilmuwan muslim dalam bidang astronomi
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perkembangan astronomi pada zaman modern dan perkembangan astronomi di Indonesia

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan pokok yang menjadi fokus dalam makalah ini antara lain :
1.      A. Jelaskan pengertian dasar dari astronomi ?
B. Sebutkan dan jelaskan cabang-cabang ilmu astronomi ?
      2. Jelaskan bagaimana sejarah perkembangan astronomi modern ?
      3. Sebutkan dan jelaskan  beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang
telah disumbangkan bagi perkembangan ilmu astronomi ?
4.Jelaskan bagaimana perkembangan astronomi pada zaman modern?
      5. Jelaskan bagaimana perkembangan astronomi di Indonesia ?


.
BAB 2
 PEMBAHASAN
A.    Hakekat Astronomi

1.      Pengertian Dasar Astronomi
Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka, kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi.
Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang sama. Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku, "astronomi" bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi di luar atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi tersebut"sedang "astrofisika" adalah cabang dari astronomi yang berurusan dengan "tingkah laku, sifat-sifat fisika, serta proses-proses dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena langit".Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank Shu, "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi fisika. Namun demikian, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika.Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemen-departemen fisika atau tidak.Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika.Untuk ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara.Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.

2.      Cabang-Cabang Ilmu Astronomi
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi teoretis.
Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spectrum Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu astronomi sebagai berikut :
• Astrometri:
cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa, meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan revolusinya.. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.
•Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya.
•Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
•Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
•Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka.
•Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya.
• Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
• Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka sebagai bintang sisa.
• Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.


B. Sejarah Perkembangan Astronomi Modern
Awal perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach (1423-1461) di universitas Wina serta lebih khusus lagi oleh muridnya Yohanes muller (1436-1476).Johanes Muller pergi ke Italia khusus untuk belajar karya asli Ptolemeus tentang astronomi bersama temannya Walther (1430-1504).
Walther adalah seorang yang kaya, ia memiliki observatorium pribadi, serta mesin percetakan pribadi. Muller bersama Walther membuat penanggalan berdasarkan benda-benda langit yang banyak dipakai oleh para pelaut Spanyol dan Portugis.
Muller kemudian pergi ke Roma untuk melakukan pembaruan kalender di sana, akan tetapi ia meninggal sebelum dapat melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya, Walther dan Albrecht Durer.
Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543) memulai karyanya, telah terdapat cukup banyak karya hasil pengamatan astronomi.
Sistem Copernicus yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis gerakan bumi itu adalah gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya),
gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya.
Teori Copernicus tersebut ditulis tangan dan diedarkan di antara kawan-kawannya pada tahun 1530.Teori Copernicus menjadi semakin terkenal dan menarik perhatian seorang ahli matematika dari wittenberg bernama George Rheticus (1514-1576). Rheticus kemudian belajar bersama Copernicus dan pada tahun 1540 menerbitkan buku tentang teori Copernicus.Akhirnya Copernicus menerbitkan hasil karyanya sendiri pada tahun 1543 berjudul On the Revolutions Of the Celestial Orbs.
Buku copernicus dicetak di Nuremberg, pada awalnya di bawah supervisi Rheticus, kemudian dilanjutkan di bawah supervisi Andreas Osiander, seorang pastor Lutheran. Osiander menambahkan kata pengantar untuk karya Copernicus dengan menyatakan bahwa teori yang baru itu tidak harus benar,
dan dapat dipandang semata-mata sebagai suatu kecocokan metode matematis tentang benda-benda langit.Copernicus sendiri tidak berpendapat begitu. Ia berpendapat bahwa sistem semesta yang dikemukakannya adalah nyata.
Copernicus berpendapat bahwa sistem yang dikemukakan oleh ptolemous ‘tidak cukup tepat, tidak cukup memuaskan pikiran’, karena ptolemous beranjak langsung dari karya kelompok Pythagoras. Untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit, ptolemous menganggap bahwa benda-benda langit itu bergerak melingkar dengan kecepatan angular yang tidak sama relatif terhadap pusatnya, kecepatan anguler itu hanya sama terhadap titik di luar pusat lingkaran itu. Menurut copernicus, asumsi itu merupakan kesalahan pokok dari sistem ptolemous. Akan tetapi hal ini bukan hal pokok yang dikemukakan oleh copernicus. Kritik utama yang dikemukakan oleh copernicus kepada para ahli astronomi pendahulunya adalah, dengan menggunakan aksioma-aksiomanya, mereka telah gagal menjelaskan gerakan benda-benda langit yang teramati dan juga teori-teori yang mereka kembangkan melibatkan sistem yang rumit yang tidak perlu. Copernicus menilai para pendahulunya dengan mengatakan : “di dalam metode yang dikembangkan, mereka telah mengabaikan hal-hal penting atau menambahkan hal-hal yang tidak perlu”.
Copernicus memusatkan perhatian pada hal yang terakhir.Ia melihat bahwa para leluhurnya telah menambahkan tiga gerakan bumi untuk setiap benda langit agar sampai pada kesimpulan bahwa bumi berada diam di pusat putaran. Ketiga lingkaran tersebut telah ditambahkan untuk setiap benda langit di dalam sistem geometris bangsa Yunani untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan bumi sebagai pusatnya.Copernicus berpendapat bahwa lingkaran-lingkaran tersebut tidak diperlukan dengan berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbuhnya setiap hari dan bergerak melintasi orbitnya mengitari matahari setiap tahun. Dengan cara demikian, Copernicus mengurangi jumlah lingkaran yang diperlukan untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit.
Dengan sistem yang dikemukakannya itu, Copernicus memberikan jawaban yang paling sederhana untuk menjawab pertanyaan yang diajukan bangsa Yunani tentang bagaimana menjelaskan gerakan benda-benda langit dalam suatu gerakan yang melingkar dan seragam.Tidak ada hal yang baru dalam metode tersebut, hal itu telah dipergunakan oleh para astronom sejak jaman Pythagoras. Dengan menggunakan konsepsi yang dipakai oleh Pythagoras, ia mencampakkan sistem yang dikembangkan oleh bangsa yunani. Akan tetapi, ada satu konsep yang tidak dipakainya, yaitu bahwa benda-benda langit adalah mulia.
Di dalam sistem Copernicus, bumi berputar mengitari matahari, seperti planet-planet lainnya.Bumi menjalani gerakan yang seragam dan melingkar sebagai benda langit, suatu gerakan yang sejak lama diyakini sebagai gerakan yang sempurna. Lebih jauh, copernicus menekankan kesamaan antara bumi dengan benda-benda langit lainnya bahwa semuanya memiliki gravitasi. Gravitasi ini tidak berada di langit, melainkan bekerja pada materi, seperti bumi dan benda-benda langit memiliki gaya ikat dan mempertahankannya dalam suatu lingkaran yang sempurna. Untuk hal ini penjelasan copernicus agak berbau teologis : “menurut saya gravitasi tidak lain daripada suatu kekuatan alam yang diciptakan oleh pencipta agar supaya semuanya berada dalam kesatuan dan keutuhan. Kekuatan seperti itu mungkin juga dimiliki oleh matahari, bulan dan planet-planet agar semuanya tetap bundar”
Sistem copernicus lebih bagus dan lebih sederhana daripada sistem ptolomeus. Di dalam sistem lama, benda-benda langit memiliki baik gerakan timur-barat maupun rotasi pada arah yang berlawanan. Dalam sistem copernicus, bumi dan semua planet bergerak mengitari matahari dengan arah yang sama dan laju yang berkurang semakin jauh dari matahari. Sementara itu, matahari yang berada di pusat dan bintang-bintang yang berada di luar tatasurya berada pada tempatnya yang tetap.Sekarang dapat dijelaskan mengapa planet-planet kelihatan mendekati dan menjahui bumi. Planet-planet itu pada suatu saat berada pada satu sisi yang sama dengan bumi, tetapi pada saat yang lain berada pada sisi yang berseberangan
Dengan sistem Copernicus, perhitungan astronomi dibuat menjadi lebih mudah, karena melibatkan jumlah lingkaran yang lebih sedikit.Tetapi prakiraan posisi planet-planet dan perhitungan lainnya tidak lebih tepat daripada dihitung dengan menggunakan sistem ptolemous, keduanya masih memiliki kesalahan sekitar satu persen.Selanjutnya terdapat keberatan-keberatan terhadap sistem Copernicus.Pertama, dan mungkin tidak terlalu serius ketika itu, adalah kenyataan bahwa pusat tata surya tidak tepat berada pada matahari.Copernicus menempatkan pusat tatasurya pada pusat orbit bumi, yang tidak persis berada pada matahari, untuk menjelaskan perbedaan panjang musim-musim.Beberapa filsuf berpendapat bahwa pusat tata surya haruslah berada pada suatu obyek nyata, meskipun banyak juga yang menerima bahwa titik geometris dapat dipakai sebagai pusat tatasurya. Selanjutnya, para pendukung aristoteles berpendapat bahwa gravitasi bekerja ke arah titik geometris tersebut, sebagai pusat tatasurya, yang tidak harus sama dengan pusat bumi.
Keberatan kedua, yang lebih serius, menyatakan bahwa bila bumi berputar, maka udara cenderung tertinggal di belakang, hal ini akan menimbulkan angin yang arahnya ke timur. Copernicus memberikan dua jawaban untuk keberatan timur. Pertama, yang merupakan suatu jenis penjelasan abad pertengahan, yaitu udara berputar bersama-sama dengan bumi karena udara berisi partikel-partikel bumi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan bumi. Maka bumi menarik udara berputar bersama-sama dengan bumi karena udara bersisi partikel-partikel bumi.Maka bumi menarik udara berputar dengan bumi.Jawaban kedua yang bersifat modern, udara berputar tanpa hambatan karena udara berdampingan dengan bumi yang terus menerus berputar. Keberatan yang sama adalah apabila sebuah batu dilemparkan ke atas maka batu itu akan tertinggal oleh bumi yang berputar, sehingga kalau batu itu jatuh akan berada di sebelah barat proyeksi batu itu. Untuk keberatan ini, copernicus menjawab ‘karena benda-benda yang ditarik ke tanah oleh beratnya adalah terbuat dari tanah, maka tidak diragukan bahwa benda-benda itu memiliki sifat yang sama dengan bumi secara keseluruhan, sehingga berputar bersama-sama dengan bumi’
Keberatan lebih jauh terhadap sistem copernicus adalah bila bumi berputar, maka bumi akan hancur berkeping-keping oleh gaya sentrifugal. Copernicus menjawab bahwa bila bumi tidak berputar maka bola yang lebih besar yang ditempati oleh bintang-bintang pasti bergerak dengan kecepatan yang sangat besar dan lebih rentan oleh pengaruh gaya sentrifugal.
Nampaknya copernicus tidak menerima teori aristoteles juga tidak menerima teori adanya gaya dorong. Copernicus berpendapat bahwa spin dan gerakan dalam suatu lingkaran adalah gerakan-gerakan yang spontan, merupakan sifat alami dari suatu bentuk bola dimana bumi dan benda-benda langit ada. Oleh karena itu, copernicus tidak menggunakan hirarki para malaikat untuk menggerakan benda-benda langit, yaitu malaikat yang lebih berkuasa menggerakan benda yang lebih tinggi hirarkinya. Menurut copernicus benda-benda langit bergerak secara spontan.
Maka bersama copernicus muncul suatu sistem cosmos yang betul-betul baru. Penggerak alam semesta tidak lagi penting. Matahari sebagai pusat tatasurya menjadi pengatur alam semesta.Terdapat figur perantara di antara pendukung aristoteles yang mendukung adanya penggerak alam semesta dan copernicus yang menyatakan matahari sebagai pusat tatasurya yaitu nicolas Cusa.
Kiranya dapat dikatakan bahwa copernicus berusaha mempromosikan suatu nilai baru dengan sistem yang dikemukakannya. Karena apabila ia sekedar ingin mengembangkan suatu sistem yang lebih sederhana, terdapat suatu sistem yang dipakai oleh tycho brahe (1546-1601). Di dalam sistem itu planet-planet berputar mengelilingi matahari, sementara itu matahari bersama-sama dengan planet-planet yang mengelilinginya sebagai satu kesatuan, berputar mengelilingi bumi yang diam yang berada pada pusat semesta. Sistem itu secara matematis ekuivalen dengan sistem copernicus, dan juga sistem itu tidak menimbulkan persoalan fisis. Tetapi sistem itu tetap mempertahankan nilai-nilai lama dalam sistem cosmos yaitu bumi sebagai pusat alam semesta. Itulah mungkin sebabnya copernicus mengajukan suatu sistem baru, heliosentris.
Dalam seluruh hidupnya, Copenicus menganut pandangan bangsa yunani bahwa gerakan benda-benda langit adalah melingkar dengan kecepatan tetap, maka meskipun sistem yang dibuat copernicus lebih sederhana dibandingkan dengan sistem ptolomeus, tetapi tetap rumit dibandingkan dengan sistem Kepler (1571-1630). Copernicus menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan menggunakan tiga puluh empat lingkaran, sementara itu kepler hanya menggunakan tujuh elips. Seperti dikatakan oleh kepler, copernicus tidak menyadari akan adanya suatu bangunan yang sangat baik yang ada dalam genggamannya. Copernicus mengetahui bahwa gabungan beberapa lingkaran dapat menghasilkan elips, akan tetapi ia tidak pernah menggunakan elips untuk menggambarkan benda-benda langit. Lagipula, pada tahap-tahap awal, copernicus sangat menghargai hasil observasi bangsa kuno. Copernicus menentang werner yang menyatakan bahwa hasil-hasil pengamatan terakhir lebih cocok dengan sistem ptolemous daripada dengan sistem copernicus. Kenyataannya memang tiga kali lebih tepat.
Pengamatan paling penting dalam bidang astronomi modern adalah yang dilakukan oleh Ticho Brahe.Hasil pengamatan Ticho Brahe limapuluh kali lebih tepat dari hasil muller, hasil terbaik yang dapat dilakukan dengan mata telanjang.Tycho Brahe adalah orang Denmark terhormat.Raja Frederick II dari Denmark memberi tempat tinggal dan pulau Hveen untuk melakukan kegiatan astronominya.Di pulau itu Tycho Brahe membangun kastil, bengkel, percetakan pribadi, dan observatorium.Ia bekerja di pulau itu dari tahun 1576 sampai 1597. Ia berpendapat bahwa adalah tidak mungkin melakukan pengamatan tanpa panduan suatu teori. Ia menganut pendangan geosentris.
Ketika raja Frederick II wafat, fasilitas yang diterima Tycho Brahe tidak diperpanjang, kemudian Ticho Brahe pergi ke Praha pada tahun 1599, di mana ia mendapat tunjangan dari raja Rudolph II. Tahun-tahun berikutnya ia bergabung dengan astronom jerman, Johann Kepler, seorang matematikawan. Kepler adalah anak seorang tentara wurtemburg.Ia mempelajari sistem copernicus di Tubingen. Kerja sama antara Kepler dengan Ticho Brahe tidak berlangsung lama karena Ticho Brahe meninggal dunia. Setelah Ticho Brahe meninggal, Kepler tetap tinggal di Praha.
Karya pertama Kepler dalam bidang astronomi berjudul The Mysteri of the Universe yang diterbitkan pada tahun 1596. Di dalam buku itu, ia berusaha mencari suatu keselarasan antara orbit-orbit planet menurut copernicus dengan hasil pengamatan Ticho Brahe. Akan tetapi Kepler tidak berhasil menemukan keselarasan antara sistem-sistem yang dikembangkan oleh Copernicus maupun Ptolemous dengan hasil pengamatan Tycho Brahe. Oleh karena itu ia meninggalkan sistem ptolemous dan Copernicus lalu berusaha mencari sistem baru. Pada tahun 1609, Kepler menemukan ternyata elips sangat cocok dengan hasil pengamatan Ticho Brahe.Kepler tidak lagi menggunakan lingkaran sebagai lintasan benda-benda langit melainkan elips.

C.Kontribusi Ilmuwan Musim Dalam Bidang Astronomi
Seperti yang dijelaskan pada materi sejarah perkembangan astronomi modern dapat diketahui bahwa Copernicus sebagai penemu ilmu astronomi modern.Selain itu, tokoh-tokoh astronomi Eropa lainnya seperti Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani ( salah satu Ilmuwan Astronomi Islam )
Astronomi Islam Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 - 15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.
Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains' itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip.
Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.
Geliat perkembangan astronomi di dunia Islam diawali dengan penerjemahan secara besar-besaran karya-karya astronomi dari Yunani serta India ke dalam bahasa Arab. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur, Almagest. Berpusat di Baghdad, budaya keilmuan di dunia Islam pun tumbuh pesat.
Sejumlah, ahli astronomi Islam pun bermunculan, Nasiruddin at-Tusi berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana. Ahli astronomi lainnya, seperti Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Astronom Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.
Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku 'De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum' itu kini masih disimpan di Vatikan. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya 'De Revoltionibus Orbium Clestium' mengaku berutang budi pada Al-Battani.
Dunia astronomi juga tak bisa lepas dari bidang optik. Melalui bukunya Mizan Al-Hikmah, Al Haitham mengupas kerapatan atmofser. Ia mengembangkan teori mengenai hubungan antara kerapatan atmofser dan ketinggiannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan ketinggian atmosfir akan homogen di ketinggian lima puluh mil.
Teori yang dikemukakan Ibn Al-Syatir tentang bumi mengelilingi matahari telah menginspirasi Copernicus. Akibatnya, Copernicus dimusuhi gereja dan dianggap pengikut setan. Demikian juga Galileo, yang merupakan pengikut Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.
Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani Kuno, dan Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama abad kesembilan. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayang, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.
Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan `ratu sains' itu.

1. Al-Battani (858-929)
Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.
2. Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3.      Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.
4. Ibnu Yunus (1009 M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.
5.      Al-Farghani

Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.
6.      Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
7.      Jabir Ibn Aflah (1145 M)

Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah.

D.  Perkembangan Ilmu Astronomi Pada Zaman Modern
Perkembangan astronomi pada zaman modern sudah sangat pesat sekali. Ssebagai bukti pesatnya perkambangan astronomi adalah banyaknya penemuan-penemuan benda-benda luar angkasa seperti halnya planet-planet baru dan galaksi-galaksi baru. Dengan adanya peralatan yang canggih yang telah diciptakan para ilmuan khususunya ilmuan barat sangat mendukung perkembangan ilmu astronomi. Seperti halnya satelit-satelit NASA yang diterbangkan ke luar angkasa sangatlah mendukung untuk pengamatan fenomena luar angkasa.
Para pakar astronomi pada zaman sekarang sudah mulai meneliti keadaan planet-planet luar angkasa dengan menerbangkan beberapa astronot untuk melakukan obserfasi ke planet-planet sebagai salah satu contohnya adalah planet mars. Planet merah (Mars) merupakan planet yang mendapatkan konsentrasi penuh dari para astronom. Bahkan mereka sampai membuat sebuah robot yang mampu menelusuri dataran Mars. Nasa Phoenix berhasil mendarat di Mars pada bulan Mei lalu. Dari sinilah diketahui bahwa planet Mars mampu dihidupi oleh manusia karena terdapat sumber air di dalamnya.

E.     Perkembangan Ilmu Astronomi Di Indonesia
Sejarah telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada sejak beberapa abad silam. Penanggalan kalender jawa, penentuan musim hujan, kemarau, panen, dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan. Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku seorang pelaut”, mereka pun mahir menggunakan rasi-rasi bintang sebagai penunjuk arah.
Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat, dimana Matahari terbenam. Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan bintang polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa
Mulai abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak Bumi-Matahari. Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari, membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769. Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran transit Venus yang kemudian dipublikasikan dalam Philosophical Transaction.
Tahun 1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara Kota Bandung itu. Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan, hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”. Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan setelah instalasi teleskop, K.A.R. Bosscha meninggal, dan observatorium itu dinamai Observatorium Bosscha.
Kini, observatorium bersejarah itu sudah berusia hampir 80 tahun. Di usianya yang mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian. Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930, dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959.
Minat masyarakat terhadap ilmu yang menjadi “anak tiri” di Indonesia ini telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Melihat antusiasnya masyarakat dan media ketika terjadi fenomena langit yang jarang terjadi seperti saat melintasnya komet Halley (1986), oposisi Mars (2003), transit Venus (2004), dan lainnya. Juga dengan terbentuknya perkumpulan-perkumpulan pecinta Astronomi yang mulai marak. Dan beberapa media di dunia maya mulai dari millis, website, forum diskusi dan banyak blog yang berisikan info-info Astronomi.
Secara Internasional, astronomi di Indonesia pun sudah ‘cukup dipandang’. Terbukti dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM, ajang berkumpulnya para astronom dunia, pada tahun 2005 silam, juga sebagai tuan rumah olimpiade Astronomi Internasional tahun 2008 mendatang. Belum lagi banyaknya siswa yang membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.
Kini, setelah melihat perkembangan ilmu Astronomi yang cukup pesat, akankah pemerintah lebih memperhatikan perkembangan ilmu alam ini? Seperti sudah menjadi hal umum jika ilmu alam kurang diperhatikan di negara tercinta ini. Padahal, sangatlah penting untuk membuka kesadaran sains di mata masyarakat Indonesia. Agar menjadi masyarakat yang cinta ilmu, yang bisa banyak membaca dari alam sekitarnya, dari tingginya langit hingga dalamnya lautan.
Kita bisa mencotoh negara-negara maju seperti Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) ataupun Badan Antariksa Eropa (ESA), yang menyiapkan divisi khusus untuk pelayanan informasi Astronomi bagi publik. Mulai dari informasi informal hingga terprogram seperti pelatihan guru sekolah dan bantuan implementasi kurikulum ilmu pengetahuan alam. Memasukkan astronomi dalam kurikulum pelajaran siswa sekolah, mengapa tidak?
Indonesia, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke hanya memiliki sedikit sekali fasilitas astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta. Ide pembuatan observatorium di daerah-daerah terpencil sudah ada sejak dulu. Yang sudah mulai berjalan seperti Planetarium di Palembang dan Tenggarong, Kalimantan. Juga adanya rencana menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran satelit. Para pecinta Astronomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki mimpi agar dapat dibangun lagi observatorium-observatroium di daerah-daerah ataupun pulau-pulau terpencil lainnya. Selain belum banyak terjamah manusia, hingga tingkat polusinya kecil dan memungkinkan untuk melihat langit sangat cerah, pembangunan fasilitas astronomi itu juga menjadi sebuah ajang penyebaran pendidikan sains yang tentunya dapat mengurangi tingkat kebodohan masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia dan para pecinta Astronomi dapat bekerja sama dalam menyebarkan ilmu astronomi. Dengan tersedianya fasilitas media yang cukup banyak, keinginan adanya majalah atau tabloid astronomi tentunya mimpi yang harus diwujudkan. Kesediaan pemerintah untuk menyokong dana riset ataupun kegiatan keilmuan ini juga sangatlah diharapkan.




BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi sangat menarik perhatian manusia yang didasari atas rasa ingin tahu akan fenomena alam .Sehingga manusia selalu mengembangkan ilmu pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan teknelogi untuk mengungkap fenomena alam tersebut.
Dalam sejarah perkembangan astronomi modern,pendapat dan teori yang berkembang di Eropa sangat dipengaruhi oleh adanya pendapat yang telah dikemukakan dan penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun diadopsi serta dikagumi para saintis Barat seperti Copernicus sebagai penemu ilmu astronomi moderndan  tokoh-tokoh astronomi Eropa lainnya seperti Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani ( salah satu Ilmuwan Astronomi Islam )
Pada mulanya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis . Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Bahkan pada zaman sekarang manusia sudah mulai meneliti akan adanya kehidupan diplanet selain bumi.
Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi manusia mampu menciptakan alat-alat teknologi canggih yang dipakai untuk mengobservasi fenomena alam sehingga ilmu astronomi semakin berkembang dengan temuan–temuan terbarunya dari zaman ke zaman.

3.2 Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat.Tentunya dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kesempuranaan baik dalam penyusunan kalimat, isi, maupun sistematika penulisan karena itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapakan demi perbaikan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif dalam perkembangan khazanah ilmu pengetahuan.










Daftar Pustaka
·         http://nurmaatus.blogdetik.com/2009/09/21/sejarah-panjang-ilmu-astronomi-modern/. Diakses pada tanggal 16 april 2012 pukul 20.00 WIB
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi. Diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 19.00 WIB
·         http://apipblog.wordpress.com/2010/11/28/ilmuwan-muslim-dalam-bidang-astronomi/. Diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 20.00 WIB
·         Muhyiddin Khazin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka.












SESI TANYA JAWAB
  1. Dahlia Oktamia
Siapa tokoh yang berperan dalam periode 4 dan apa subangsinya?
Jawab
Monasari ( 06111011002)
1.   Perlu diperjelas bahwa pembagian astronomi dalam 4 periode ini adalah perkembangan astronomi islam bukan astronomi secara keseluruhan.
Dimana Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode.Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid.Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus.Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan sehingga tidak ada data yang jelas siapa tokoh yang berperan berikut kontribusinya

  1. Wahyu Permatasari
Jelaskan yang dimaksud dengan  girasi?
Jawab
Monasari ( 06111011002)
2.         Girasi adalah jarak yang menunjukkan distribusi massa (atau area) dari benda tersebut. Pada daerah lingkaran dengan jari-jari tersebut dianggap massa (atau area) terdistribusi secara sama.
Misal sebuah benda bermomen inersia sebesar I = A.m.r2
Keterangan : A = Konstanta
Maka dikatakan massa sejumlah A.m terdistribusi secara merata pada lingkaran berjari-jari r di sekitar titik pusatnya.

  1. Wardah  Intan Meidina
Apa latar belakang ilmuwan atronomi ke arab?
Jawab
Muthohharoh ( 06111011004)
3.         Saat di benua Eropa sedang mengalami masa kegelapan dimana Runtuhnya Kekaisaran Roma berakibat pada mundurnya perkembangan ilmu pengetahuan di dataran Eropa. Bagaimanapun juga kebudayaan di timur tengah terus berkembang pesat, banyak ilmuwan dari Yunani yang mencari dukungan dan bantuan di timur tengah ini. Akhirnya ilmuwan muslim pun berhasil mengembangkan ilmu astronomi dan matematika, yang akhirnya menemukan bidang ilmu pengetahuan baru yaitu kimia. Setelah bangsa Arab menaklukkan Persia, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat di Persia dan ilmuwan terus bermunculan yang akhirnya dengan giatnya memindahkan ilmu yang telah ada dari kebudayaan Yunani ke timur tengah yang saat itu sedang mundur dari Eropa yang mulai memasuki abad kegelapan.

4.      Sepri  Rahayu
Percobaan apa yang  dilakukan ilmuan Al-batthani dalam menentukan penemuan besar?
Jawab
Muthohharoh ( 06111011004)
4.   Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
           Astronom Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.
           Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Jadi Al-Battani dalam menemukan waktu satu tahun dan satu hari dengan melakukan penelitian dan evaluasi perhitungan ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu

5.      Yuli Fransiska
Tentang  Nicholas Copernicus , di slidekan dijelaskan  tentang  tiga gerakan Bumi. Berdasarkan pernyataannya itu baru sekedar prinsip saja atau sudah berdasarkan penelitian?
Misalnya sudah ada penelitiannya, bagaimana penelitiannya itu?
Jawab
Suci Aprilia ( 06111011013 )
5.         Nicholas Copernicus tentang  tiga gerakan Bumi pernyataannya sudah berdasarkan penelitian.
Tiga jenis gerakan bumi , yaitu :
a.       Gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya)
b.      Gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari)
c.       Suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang        dan malam sama panjangnya.
           Penelitian Nicholas Copernicus Seorang ahli astronomi Polandia yang mencetuskan pandangan bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum pada masanya, melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya.Pola berani ini disajikan dalam bukunya Mengenai Perkisaran Bola-Bola Angkasa yang terbit ditahun wafatnya.Polanya itu lebih memudahkan penjelasan tentang gerakan planet sesuai pengamatan.teorinya didukung oleh pengamatan Galileo dan dibenarkan oleh perhitungan Johannes Kepler.
           Copernicus untuk mencari penjelasan alternative atas pergerakan yag aneh dari planet-planet. Untuk menompang teorinya, Copernicus merekontruksikan peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu.Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan Copernicus menghitung jarak relatif antara palnet-planet dan matahari. Selama bertahun-tahun , Copernicus berupaya menentukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bmi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta.

6.      Anggraini Pusparini
Sebutkan bukti bahwa perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah maju?
Jawab
Suci Aprilia ( 06111011013 )
6.         Bukti bahwa perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah maju antara lain:
a.       Dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM, ajang berkumpulnya para astronom dunia, pada tahun 2005 silam.
b.      Indonesia sebagai tuan rumah olimpiade Astronomi Internasional.
c.       Banyaknya siswa yang membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasifik.
7.      Dessiana Irma Yuanita
Bagaimana pengaruh islam terhadap perkembangan astronomi modern?
Jawab
Rerrysta Yolanda ( 06111011015 )
7.         Langit dengan segala yang berada disekitarnya adalah fenomena menarik dikalangan bangsa-bangsa kuno Babilonia, Mesir, Cina, India, Persia, Yunani, dll. Peradaban Babilonia adalah peradaban yang punya pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan. Orang-orang Babilonia dikenal hobi dengan ilmu eksperimental, membuat peradaban ini bertahan dan terus berkembang. Sumbangsih besar, sekaligus masalah besar peradaban Babilonia yang telah mengakar hingga saat ini adalah Astrologi. Astrologi lahir sekitar 2000 tahun SM di Lembah Mesopotamia (di antara sungai Eufrat dan Tigris). Dapat dibayangkan, langit yang gemerlap oleh ribuan bintang-bintang tentunya sangat inspiratif untuk para Astrolog dan pendeta Babilonia ketika itu. Mengamati sekaligus meramal kejadian dilangit adalah kebiasaan mereka dahulu, mereka beranggapan bahwa setiap gerak benda-benda dilangit adalah pesan dari penguasa alam yang harus diterjemahkan. Astrologi banyak diminati dahulu bahkan hingga kini dikarenakan ia bicara tentang manusia dengan segala karakter dan nasibnya. Datangnya Islam, secara tegas melarang praktek ini.
Astronomi dengan Astrologi sangatlah berbeda, meski kedua-duanya sama, sama dalam menerjemahkan alam raya (langit), keduanya memang tidak lepas dari pemaknaaan dan penerjemahan benda-benda langit. Astrologi mempelajari hubungan kedudukan rasi-rasi bintang (zodiak) terhadap karakter dan nasib seseorang. Sementara Astronomi menerjemahkan langit demi pengembangan peradaban, dan khusus dalam Islam berguna dalam kepentingan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dll. Astronomi mempelajari alam secara fisika-matematika dan hukum-hukum alamnya. Sehingga kesimpulannya bahwa benda-benda di atas sana adalah benda langit, bukan dewa-dewi atau makhluk luar biasa.
Sejak dulu, orang meyakini bahwa Bumi adalah sebagai pusat Tata Surya (Geosentris), antara lain dipelopori oleh Claudius Ptolemeus dari Yunani dalam Almagestnya. Namun, sekitar tiga belas abad kemudian, sistem Geosentris ini runtuh oleh teori Heliosentris Nicholas Copernicus (w.1543 M) di tahun 1512. Ia menuturkan, planet dan bintang bergerak mengelilingi Matahari dengan orbit lingkaran (da'iry). Johanes Kepler (w.1630 M) mendukung gagasan itu di tahun 1609 melalui teorinya bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, Kepler juga memperbaiki orbit planet menjadi bentuk elips (ihlijy) yang dikenal dengan tiga hukum Keplernya. Di tahun yang sama, Galileo Galilei (w.1642 M) menciptakan Teleskop monumental  di dunia. Dari pengamatannya, ia berkesimpulan bahwa Bumi bukan pusat gerak. Penemuan Teleskopnya, selain memperkuat konsep Heliosentris, juga membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu Astronomi modern.
Ilmu Falak (Astronomi) Masa Islam
Dalam Islam, pada awalnya Ilmu Falak tidak lebih hanya sebagai kajian 'nujumisme' (Astrologi). Hal ini terjadi antara lain dengan dua alasan:
1.      Kebisaan hidup mereka dipadang pasir yang luas serta kecintaan mereka pada bintang-bintang untuk mengetahui tempat terbit dan terbenamnya, mengetahui pergantian musim, dan lain-lain.
2.      Keterpengaruhan mereka terhadap kebiasaan bangsa-bangsa sebelumnya yang punya kebiasaan Astrologi.
Datangnya Rasulullah S.a.w. beserta risalah-Nya dengan membawa cahaya al-Qur’an, menebas habis paham nujum tersebut. Bahagia dan celaka (nasib) mutlak dalam kekuasaan Allah S.w.t. Ilmu falak terus berkembang dengan kontrol al Qur'an, hingga akhirnya banyak melahirkan sarjana-sarjana falak berpengaruh dalam Islam seperti al Biruni, al Battani, Ibnu Yunus, Ibnu Syathir, Ibnul Majdi, dan lain-lain.
Dinasti Abbasiyyah masa Al Mansur berjasa meletakkan Ilmu Falak pada posisi istimewa, setelah Ilmu Tauhid, Fikih, dan Kedokteran. Ketika itu, Ilmu Falak dikenal juga dengan Astronomi- tidak hanya dipelajari dan dilihat dalam perspektif keperluan praktis ibadah saja, namun lebih dari itu, ilmu ini lebih dikembangkan sebagai pondasi dasar terhadap perkembangan science lain seperti ilmu pelayaran, pertanian, kemiliteran, pemetaan, dan lain-lain.
8.      Maisyaroh
Sebutkan bukti pesat adanya perkembangan ilmu astronomi modern?
Jawab
Rerrysta Yolanda ( 06111011015 )
8.         Bukti pesatnya perkembangan astronomi adalah banyaknya penemuan-penemuan benda-benda luar angkasa seperti halnya planet-planet baru dan galaksi-galaksi
contohnya adalah planet mars.
Mereka membuat sebuah robot yang mampu menelusuri dataran Mars. Nasa Phoenix berhasil mendarat di Mars pada bulan Mei lalu.Dari sinilah diketahui bahwa planet Mars mampu dihidupi oleh manusia karena terdapat sumber air di dalamnya.


9.      Depi  Oktasari
Apakah massa astronomi Yunani Hipparcus yang berhasil membuat catalog perbintangan termaksud ke dalam bagian astronomi modern?
Jika bukan, apakah yang menjadi dasar perbedaan antara perkembangan astronomi pramodern dengan modern?
Jawab


Widya Mega Reza ( 06111011046 )
9.        Massa astronomi Yunani Hipparcus yang berhasil membuat catalog perbintangan tidak termasuk dalam perkembangan astronomi modern karena meski demikian, Hipparcus tetaplah ilmuwan astronomi yang hidup di zaman Yunani sedangkan Awal perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach dan Yohannes Muller dan Copernicus  pada zaman kebangkitan ( renaissance ) setelah Eropa mengalami masa kegelapan.
Yang menjadi dasar perbedaan astronomi pra modern dan astronomi modern jelas adalah Zaman pembabakan ilmu pengetahuan astronomi itu sendiri.

10.  Bustan Hidayat
Apakah beda bintang dengan satelit?
Jawab

Widya Mega Reza ( 06111011046 )
10.      Perbedaan antara bintang dengan satelit adalah kalau Bintang merupakan benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber cahaya. Bintang yang terdekat dengan bumi adalah matahari. Matahari dikelilingi oleh planet-planet anggota tata surya seperti pelanet bumi, merkurius, venus, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus dan jupiter. Sedangkan, Satelit merupakan benda yang mengelilingi planet yang memiliki orbit peredaran sendiri.Satelit bersama planet yang dikelilinginya secara bersama-sama mengelilingi bintang.Bulan adalah satelit alami yang dimiliki oleh bumi yang bersama bumi mengelilingi matahari, sedangkan satelit palapa, satelit b1, dan sebagainya adalah satelit buatan manusia yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti untuk komunikasi, mata-mata, riset, dan lain sebagainya.



No comments:

Post a Comment

DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...