LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
DISUSUN
OLEH
AYU MALFA SARI 08101003034
HESTI ANDRIAYANI HARAHAP 08101003054
HESTI RIZKI AMALIA 08101003064
ONGKY RINALDO 08101003024
RIA SARI PUTRI AYU 08101003050
JURUSAN
KIMIA
KELOMPOK V
PERCOBAAN : TITRASI
ASAM-BASA (VOLUMETRI)
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
DASAR I
I.
Nomor
Percobaan :
Percobaan IV
II.
Nama
Percobaan :
Titrasi asam-basa : Volumetri
III.
Tujuan
Percobaan :
·
Mempelajari dan
menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
·
Menstandarisasi larutan
penitrasi.
IV. Dasar
Teori
Titrasi yaitu metode yang baik untuk menentukan
konsentrasi larutan yang telah diketahui standarnya, maka dapat ditentukan
konsentrasi larutan yang dititrasikan.
Analisa titrasi asam basa atau volumetri adalah
analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari zat uji ditetapkan berdasarkan
volume pereaksi (konsentrasi diketahui) yang ditambahkan kedalam larutan zat
uji hingga komponen yang akan di tetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan
pereaksi tersebut. Proses ini sering disebut dengan “TITRASI” dan analisis
volumetri dikenal juga dengan sebutan “ANALISIS TITRIMETRI”.
Suatu pereaksi dapat di gunakan sebagasi dasar
analisis titrimetri apabila memenuhi syarat – syaratr berikut reaksi harus
berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada reaksi
sampingan, reaksi harus berlangsung sampai benar – benar lengkap pada titik
ekivalen, suatu indikator harus ada menunjukan titik ekivalen, reaksi yang
berlangsung cepat sehingga titrasi dapat di lakukan dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama.
Pereaksi
yang di gunakan di namakan titran dan larutannya di namakan larutan titer atau
larutan beku. Kosentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat beku di
timbang secara seksama atau dengan penetapan yang di kenal dengan standarisasi
atau pembakuan.
Larutan standar baku
dibagi menjadi standar primer dan standar skunder.
Kedua jenis larutan standar (beku) ini dapat
digunakan untuk menganalisis suatu larutan senyawa. Beberapa jenis reaksi dapat
digunakan untuk titrasi yaitu pengendapan reaksi oksidasi-reduksi, reaksi
asam-basa dan reaksi pembentukan kompleks.
Metode titrimetri dapat diklasifikasikan menurut
beberapa metode bergantung dari aspek yang ditonjolkan dari titrasi tersebut,
yaitu berdasarkan macam reaksinya;
titrasi
asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan, titrasi kompleksometri.
Berdasarkan titran yang dipakai asidimetri, alkalimetri, idiometri, nitrimetri,
dan permanganometri. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji; titrasi
makro, titrasi semi mikro, dan titrasi mikro. Berdasarkan cara penetapan titik
akhir titrasi; titrasi visual, titrasi elektrometri, titrasi fotometri.
selain hal diatas , berdasarkan pelarut yang
digunakan dikenal titrasi bebas air (titrasi non aqua). Sedangkan teknis
pelaksanaanya dikenal pola titrasi balance.
Pada kenyataannya, jika suatu titer dari zat yang
kemurniannya tidak pasti, maka konsentrasi larutannya yang didapat belum dapat
dikatakan pasti. Oleh karena itu, untuk menyatakan konsentrasi dengan sampai
empat angka berarti, maka larutan tersebuit dapat dibakukan.
Pembakuan selanjutnya diulang secara berkala selama
penyimpanan. Pembakuan ini menggunakan alat baku yang disebut sebagai baku
primer. Selain hal itu juga, pembakuan dapat dilakukan dengan cara menggunakan
larutan yang sudah dibakukan.
Yang dimaksud dengan baku primer adalah larutan yang
konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menimbang zat secara saksama. Baku
primer harus memenuhi syarat-syarat berikut mudah di dapat, mudah ditangani,
tidak higroskopis (dipengaruhi udara), mempunyai bobot ekuivalen yang tinggi, murni
atau mudah dimurnikan dan kemurniannya diketahui, reaksi dengan zat yang
dibakukan harus stoikiometri sehingga dapat dicapai dasar perhitungan.
Perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas
pada kebanyakan titrasi asam basa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan
indikator, yaitu suatu senyawa organik asam atau basa lemah yang mempunyai
warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ion (warna basa), dimana
indikator ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara umum,
untuk titrasi asam basa, indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalaen,
yang mempunyai trayek 8,3-10,5 dimana senyawa ini tidak bewarna pada larutan
asam dan bewarna merah jambu pada larutan basa.
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi asam basa.
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi asam basa
bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan adisimetri. Dan sebaliknya, jika larutan basa sebagai titran disebut
alkalimetri.
Secara ringkas, reaksi asam basa atau netralisasi
disebabkan oleh proton (H+) dari asam yang bereaksi dengan OH-
dari basa. Reaksi yang terjadi adalah:
H+(aq) + OH-(aq) à H2O(aq)
Beberapa teori asam basa; teori Arhenius “asam basa
adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air berdisosiasi menghasilkan
ion hydrogen sebagai ion positif, dan ion negatifnya adalah ion hidroksi”. Teori
bronsted lowry menyatakan asam adalah suatu zat yang cenderung melepas proton,
sedangkan basa adalah zat yang menerima proton. Teori Lewis “asam merupakan
akseptor electron sedangkan basa merupakan donor electron”. (Keenan. 1979.Kimia
Untuk Universitas. Halaman: 414)
Campuran
asam dengan basa, reaksi asam dengan basa di sebut reaksi penetralan. Namun
demikian campuran ekivalen asam dengan basa kuat saja. Sedangkan campuran asam
basa yang melibatkan asam atau basa lemah. Reaksi antara asam kuat dengan basa
kuat dapat di tuliskan sebagai reaksi ion H+ dengan ion OH-.
Dalam hal ini, ion H+ mewakili asam, sedangkan ion OH-
mewakili basa.
pH
larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi adalah 7 netral. Untuk
menunjukan titik ekivalen dapat digunakan indikator metal merah bromtimol biru
atau fenolftalaen. Indikator-indikator itu mengalami perubahan warna disekitar
titik ekivalen. Oleh karena itu perubahan warna indikator fenelftalaen lebih
tajam (lebih mudah diamati), maka indikator fenolftalaen lebih sering
digunakan.
(Mitchael Purba. 2006.
Kimia. Halaman: 84)
Prinsip
titrasi asam basa, titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
maupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen
(artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut titik ekuivalen.
Dalam
metode titrasi asam basa larutan uji, atau larutan standar ditambahkan secara
eksternal, biasanya dari dalam buret bentuk larutan standar ini ditentukan
sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan sekunder yang telah
diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,
digunakan suatu zat yang berupa indikator. Analisa perhitungan molaritas
larutan dilakukan pada saat sudah terjadi kesetaraan dan proses penetesan
larutan penguji dihentikan.
Tidak
semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut berlangsung sempurna, tunggal dan menurut
persamaan yang jelas ( dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada petunjuk
akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus mudah
didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bila disimpan. (Ady Mara. 2010. Penuntun Praktikum Kimia
Dasar I. Halaman: 21)
V. Alat dan bahan
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Air suling
- Indikator fenolftalein
- HCl 0,1 M
- NaOH 0,1 M
cuci dengan baik buret 50 ml, selanjutnya bilas
dengan air suling, tutup ceratnya masukan kira - kira 5 ml larutan NaOH
yang akan distandarisasi
|
a. standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Miringkan dan putar buret untuk membasahi
permukaan buret. Keluarkan larutan dari buret dan ulangi proses pembilasan
sekali atau dua kali dengan larutan NaOH.
|
isi buret dengan larutan hingga skala 0, alirkan
larutan untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret dan isi buret
kembali.
|
Cuci 3 erlenmeyer 250ml dan kemudian bilas
dengan air suling, pipet 15 ml larutan HCl standar 0.1 M ke dalam setiap
Erlemeyer. Tambahkan ke dalam erlenmeyer masing - masing 15 ml air suling
dan 3 tetes indicator fenolffalein.
|
Catat kedudukan awal larutan NaOH pada buret
kemudian alirkan sedikit demi sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama.
Titik akhir tercapai bila warna merah jambu bertahan selama 30 detik
setelah pencampuran.
|
Catat volume akhir dalam buret, isi buret
kembali dan titrasi pada Erlenmeyer kedua dan ketiga. Hitunglah Molaritas
larutan standar NaOH.
|
VII . Pertanyaan Prapraktek
1
. Apa yang dimaksud dengan asam , basa , titik ekivalen , dan indikator !
·
Asam adalah suatu zat yang larutan airnya berasa
asam dan memerahkan lakmus biru , bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen dan menetralkan basa atau zat yang dapat
melarutkan dalam air dan memberikan ion H+ donor proton H+
dan aseptor electron .
·
Basa adalah suatu zat
yang larutannya berasa pahit , membirukan lakmus merah , terasa licin . dan
memberikan ion OH- dan donor electron .
·
Titik ekivalen adalah
titik dimana asam dan basa tepat bereaksi .
·
Indikator adalah senyawa yang memiliki warna yang
berbeda dalam larutannya dan warna ini bergantung pada konsentrasi ion H+
dalam larutan .
2.
Jelskan perbedaan titik akhir titrasi
dengan titik ekivalen !
Jawab
:
Perbedaannya yaitu titik akhir titrasi merupakan
dimana pereaksi adalah indicator pH saat indicator berubah warna . Sedangkan
titik ekivalen merupakan titik dimana asam dan basa tepat bereaksi atau asam
dan basa tepat habis bereaksi , tidak terdapat hasil reaksi dan tidak terjadi
perubahan warna indicator .
3.
Sebanyak 0,7742 gr kalium hydrogen dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan
dengan air suling kemudian dititrasi dengan larutan NaOH . Bila terpakai 33,60
ml NaOH . Berapa molaritas larutan NaOH
?
Jawab :
Dik : m =
0,7742 gr
Mr = 232
V = 33,60 ml = 0,0336 L
Dit
: M … ?
Penyelesaian
:
M =
=
=
= 0,09931 M
VIII.
Data Hasil Pengamatan
·
V1 NaOH
= 6,0 ml
·
V2 NaOH
= 5,2 ml
·
V3 NaOH
= 5,7 ml
IX. Reaksi dan Perhitungan
-
REAKSI
HCl +
NaOH → NaCl + H2O
- PERHITUNGAN
NaOH =
=
=
=
5,63 ml
M1NaOH . V1 = M2HCl . V2
M1 NaOH =
=
=
= 0,17 M
%
Kesalahan =
x
100%
=
x
100%
=
x
100%
=
70%
X. Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metode penentuan
kadar atau konsentrasi suatu larutan dengan laruatan lain yang telah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukkan reaksi kompleks dan sebagainya.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran
dan titer tepat hab is bereaksi). Keadaan ini disebut titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses
titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Titik akhir titrasi merupakan keadaan
dimana reaksi telah berjalan dengan yang
biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yaitu senyawa organik asam atau
basa lemah yang mempunyai warna molekul (asam) berbeda dengan warna ion (basa)
dimana ion memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indikator yang
ditambahkan ke dalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin,
sehingga indikator tidak mempengaruhi Ph larutan, dengan demikian jumlah titran
yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.
Indikator
yang digunakan pada percobaan ini yaitu phenolphthalein (PP). Indikator ini
memiliki trayek pH 8,3 – 10,5. Pada asam indicator ini akan bertwarna bening,
sedangkan pada basa indicator ini akan berwarna merah muda.
Larutan standar dalam titrasi memegang
peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan karena larutan ini telah
diketahui konsentrasinya secara pasti. Larutan standar merupakan istilah kimia
yang menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat dua macam larutan standar yaitu
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti, sehingga tidak
distandarisasi. Ciri-ciri dari larutan standar primer yaitu antara lain mudah
didapat, konsentraasinya tinggi, berat molekul tinggi, dan tidak bersifat
higroskopis. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl.
Larutan standar sekunder yaitu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui, tetapi belum tetap sehingga harus
distandarisasi lagi. Ciri-ciri dari larutan standar sekunder yaitu antara lain sulit didapat, konsentrasinya rendah,
berat molekul rendah, dan bersifat higroskopis. Contoh dari larutan standar
sekunder yaitu NaOH. NaOH bersifat higroskopis, maksudnya mudah bereaksi dengan udara sehingga kalau
terbuka terus maka lama-kelamaan akan habis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan kali ini yaitu HCl, NaOH, air dan phenolphthalein (PP). Fungsi dari
HCl yaitu sebagai larutan standar primer yang berperan dalam proses
standarisasi NaOH. NaOH berfungsi sebagai larutan yang akan distandarisasi. Air
berfungsi sebagai pelarut. Phenolphthalein berfungsi sebagai indicator yang
menentukan perubahan warna.
Analisa yang digunakan pada oercobaan ini
yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif digunakan
pada saat kita mengamati proses perubahan warna pada larutan yang dititrasi.
Sedangkan analisa kuantitaif digunakan pada saat kita menghitung konsentrasi
larutan yang distandarisasi berdasarlkan data dari hasil percobaan.
Teori asam basa menurut Arrhenius yaitu
asam merupakan suatu zat yang di dalam air menghasilkan ion H+.
Sedangkan basa merupakan suatu zat yang di dalam air menghasilkan ion OH-.
Teori asam basa menurut Bronsted-Lawry
yaitu asam merupakan suatu zat yang memberikan proton atau donor proton H+.
Sedangkan basa merupakan suatu zat yang menerima proton atau akseptor proton OH-.
Teori asam basa menurut Lewis yaitu asam
merupakan suatu zat yang menerima atau akseptor elektron. Sedangkan basa
merupakan suatu zat yang memberikan atau donor elektron.
XI. Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menentukan konsentrasinya suatu larutan asam basa .
2. Titrasi asam basa adalah metode
volumetri , untuk menetapkan konsentrasi
asam basa .
3. Indikator merupakan senyawa yang
memiliki warna yang berbeda dalam larutannya dan warna ini bergantung pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan .
4. Titik akhir titrasi merupakan
titik akhir dimana pereaksi adalah indicator atau pH saat indicator berubah
warna .
5. Titik ekivalen merupakan titik
dimana asam dan basa tepat nereaksi , tidak terdapat hasil reaksi dan tidak
terjadi perubahan warna indicator .
DAFTAR
PUSTAKA
Keenan.
1979. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Mara,
Ady. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar
I. Inderalaya: Universitas
Sriwijaya.
Purba,
Mitchael. 2006. Kimia. Jakarta:
Erlangga.
No comments:
Post a Comment