BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Teori
Belajar Bruner
Nama
Kelompok:
Lina
Silalahi (06111181419013)
Melysia
Monica (06111181419002)
Otrya
Wulandari (06111181419024)
Wulandari
Agustini (06111181419073)
Dosen
Pembimbing: Dr. Kistiono.,M.T.
Program
Studi Pendidikan Fiska
Jurusan
Pendidikan MIPA
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sriwijaya
2014/2015
Abstrak
Oleh
Lina Silalahi, dkk*)
Makalah
berjudul Teori Belajar Bruner, membahas tentang konsep teori belajar Bruner,
prinsip-prinsip teori belajar Bruner, model pengembangan kurikulum, pendekatan
model belajar Bruner, proses belajar mengajar menurut Bruner, alat-alat
mengajar, belajar penemuan, manfaat, dan contoh penerapan teori belajar Bruner
dalam pembelajaran. Makalah ini bertujuan agar mengetahui metode-metode dan
konsep dari teori belajar Bruner dan mengetahui prinsip-prinsip dan penerapan
teori belajar Bruner. Dari hasil diskusi yang dilakukan penulis, penulis
menyimpulkan bahwa teori belajar Bruner sangat baik di terapkan karena teori
belajar Bruner ini sangat membantu peserta didik dalam berpikir kritas dan
mengeluarkan pendapat.
Kata kunci:
Kognitif, Intelektual, Discovery Learning.
Pendahuluan
Semua teori-teori yang mendukung proses belajar
mengajar sangat berkaitan satu sama lain. Teori belajar yang sering digunakan
dan diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu teori Piaget, Bruner,
Gagne, Ausubel, Vygotsky, Skinner, A. Bandura, dan Sosial. Dasar pemikiran
teori Bruner, yaitu memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir,
dan pencipta informasi. Oleh karenanya, yang terpenting dalam belajar adalah
cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan
informasi yang diterimanya secara aktif. Bruner banyak memberikan pandangan
mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau
memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Prinsip-prinsip,
tahap-tahap, dan penerapan teori Bruner sangat membantu dalam proses belajar.
Adapun tujuan dari teori belajar Bruner ini, yaitu mengetahui konsep dan
prinsip teori belajar Bruner, model pengembangan kurikulum, pendekatan model
belajar Bruner, proses belajar mengajar dan alat-alat mengajar menurut Bruner,
belajar penemuan, dan manfaat, serta mengetahui penerapan aplikasi teori belajar
Bruner. Dari hasil diskusi ini di harapkan agar pembaca dapat menerapkan teori
belajar Bruner dalam proses belajar mengajar.
Pembahasan
Biografi
J. S. Bruner
Jerome S.Bruner seorang ahli
psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori
aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan
memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak
memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia
belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar
pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
1. Konsep
Teori Belajar Bruner
Dasar pemikiran teori Bruner
memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada
dirinya.
Awedda tiga proses kognitif
yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2)
proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan.
Menurut
Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: (1) Tahap
informasi (tahap penerimaan materi). Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang
belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
(2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi). Dalam tahap ini, informasi
yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi
bentuk yang abstrakatau konseptual. (3) Tahap evaluasi. Dalam
tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.
Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai
ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya
seperti, persegi panjang, jajargenjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi
enam, lingkaran. Adapun tahap-tahapnya, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan
tahap simbolis. (1) Model Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung
terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar
sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada
penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. (2) Model Tahap Ikonik. Tahap ikonik,
yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang
terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan
berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui
serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan
mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. (3) Model Tahap Simbolis. Dalam tahap ini
bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau
lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols),
yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang
dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya
huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun
lambang-lambang abstrak yang lain.
2. Prinsip-Prinsip
Belajar Bruner
Bruner
tidak mengembangkan teori belajar yang sistematis. Dasar pemikiran teorinya
memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta
informasi. Oleh karenanya, yang terpenting dalam belajar adalah cara-cara
bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi
yang diterimanya secara aktif.
Menurut
Bruner pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri
seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu: (1) Proses perolehan informasi baru, dapat
terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi
yang diajarkan atau mendengar/ melihat audiovisual, dan lain-lain. Informasi
ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki
atau informasi itu bersifat berlawanan (berbeda) dengan informasi yang sudah
dimiliki. (2) Proses
mentransformasikaninformasi yang diterima, suatu prose bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. (3)
Menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya,
agar belajar berjalan lancar menurut Bruner di dalam bukunya Process of Education ada tiga faktor
yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di dalam menyelenggarakan pembelajaran,
yaitu (a) pentingnya memahami struktur
mata pelajaran, (b) pentingnya
belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai
dasar untuk memahami dengan benar, dan (c) pentingnya nilai dari berpikir induktif.
Berdasarkan
pandangan Bruner ini maka ada 4 macam aspek utama yang harus menjadi perhatian
dalam pembelajaran, yaitu: pentingnya struktur mata pelajaran, kesiapan untuk
belajar, intuisi atau teknik-teknik intelektual analitis, dan motivasi.
3. Model
Pengembangan Kurikulum
Model
pengembangan kurikulum terdiri atas tiga penyajian, yaitu (a) Penyajian Enaktif.
Penyajian enaktif adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki karakter
manipulasi yang tinggi. Dengan penyajian seperti ini, seseorang dapat memahami
sesuatu dari melakukan sesuatu. (b) Penyajian Ikonik. Pada masa remaja, bahasa
menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian pada masa
transisi, penyajian ikonik didasarkan pada pengindraan dilanjutkan dengan
penyajian simbolik. (c) Penyajian Simbolik. Penyajian simbolik ini dibuktikan
pada kemampuan seserang untuk memikirkan proposisi dibandingkan objek,
memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep dan untuk memikirkan
alternatif yang mungkin dalam suatu cara kombinatunal.
4. Pendekatan
Model Belajar Burner
Pendekatan
model belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, yaitu: Pendekatan
interaktif, pengetahuan akan diperoleh peserta didik bila di dalam pembelajaran
yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. Orang
mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang
tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya.
5. Proses
Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner
Pendirian yang terkenal yang
dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan
dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak
dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar
atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak.
Berhubungan dengan hal itu, antara lain: (1) Perkembangan intelektual anak. Menurut
penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi
menjadi tiga taraf. (a) Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun,
masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia
belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif
pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar
matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila
bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep
tertentu kepada anak sangat terbatas. (b) Fase operasi kongkrit, pada
taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu
masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata;
ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit
ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata.
Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau
kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. (c) Fase operasi formal,
pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan
hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya
sebelumnya.
Tahap-tahap dalam proses belajar
mengajar. Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap,
yaitu: Tahap informasi (tahap penerimaan materi), Tahap transformasi (tahap
pengubahan materi), dan Tahap evaluasi.
Yang ke (2), yaitu Kurikulum spiral. J. S. Bruner dalam belajar matematika
menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar
mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit
secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan
kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep
Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi
kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya
menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.
6. Alat-Alat
Mengajar
Jerome Bruner membagi alat
instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya, yaitu (1) Alat untuk
menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada
murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung
yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
(2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga
eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk
memahami suatu prinsip atau struktur pokok. (3) Alat dramatisasi, yakni
yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam
yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang
suatu ide atau gejala. (4) Alat automatisasi seperti “teaching machine”
atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang
teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.
7. Belajar
Penemuan dari Bruner
Menurut
Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Bruner yakin bahwa
belajar penemuan adalah proses belajardiman pendidik harus menciptakan situasi
belajar yang problematic, menstimulus peserta didik dengan berbagai
pertanyaan,mendorong peserta didik mencari jawaban sendiri, dan melakukan
eksperimen. Menurut Bruner belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan
kognitif peserta didikdengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui
dengan pengetahuan yang dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna bagi dirinya.
8. Manfaat
belajar penemuan
Manfaat
dari belajar penemuan, yaitu belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji
apakah belajar sudah bermakna, pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan tersimpan
lama dan mudah diingat, belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan
masalah sebab yang diinginkan adalah agar peserta didik dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterimanya, transfer dapat ditingkatkan setelah generalisasi
ditemukan sendiri oleh siswa, penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar, belajar penemuan meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
9. Tahap-tahap
penerapan belajar penemuan
Tahap-tahap
penerapan belajar penemuan, yatu Stimulus,
memberikan pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. Problem statement, mengidentifikasi
masalah dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis. Data collection, pengumulan data untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Data processing, pengolahan data. Verifikasi, mencocokkan hasil hipotesis
dengan pengolahan data dan Generalisasi, penarikan
kesimpulan.
10. Penerapan
Teori Bruner dalam Pembelajaran
Penerapan
teori Bruner dalam pembelajaran, yaitu (1) sajikan contoh dan non contoh konsep-konsep
yang anda ajarkan. Contoh: (a) Contohnya: manusia,ikan paus,kucing,atau
lumba-lumba. (b) Noncontohnya:ayam,ikan,katak atau budayah. (2) Bantu siswa
untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Contoh: Beri pertanyaan
kepada siswa seperti berikut ini “apakah ada sebutan lain dari kata “rumah”?
(tempat tinggal) . (3) Berikan satu pertanyaaan dan biarkan siswa untuk
berusaha mencari jawabanya. Contoh: Bagaimana terjadinya embun. (4) Ajak dan
beri semangat siswa memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Contoh: Beri
siswa peta yunani kuno dan tanyakan dimana letak kota-kota utama di Yunani.
Aplikasi
Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Penerapan teori belajar Bruner dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan: (a) Sajikan contoh dan bukan contoh dari
konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk
bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar
segitiga, segi lima atau lingkaran. (b) Bantu si belajar untuk melihat adanya
hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar
seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk
menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?. (c) Berikan
satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?. (d) Ajak
dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang
dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
(Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003).
Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan adalah proses belajardimana
pendidik harus menciptakan situasi belajar yang problematic, menstimulus
peserta didik dengan berbagai pertanyaan,mendorong peserta didik mencari
jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan pada akhirnya dapat
meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih
keterampilan kognitif peserta didik dengan cara menemukan dan memecahkan
masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang dimiliki dan menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Daftar Pustaka
Mulyati. 2005. Psikologi
Belajar. Yogyakarta: C.V.Andi Offset.
Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Simanjutak, Lisnawaty. 1993.
Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi
Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran. Jakarta:
LPFE UI.
Syah, Muhibbin. 2006.
Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Panen, Paulina. 2003. Teori Belajar Bruner. https://penembushayalan.wordpress.com
(internet)
Di akses pada 25 Januari 2015.
No comments:
Post a Comment