Friday 20 March 2015

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN - TEORI BELAJAR BRUNER



BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Teori Belajar Bruner


 
Nama Kelompok:
Lina Silalahi (06111181419013)
Melysia Monica (06111181419002)
Otrya Wulandari (06111181419024)
Wulandari Agustini (06111181419073)
Dosen Pembimbing: Dr. Kistiono.,M.T.

Program Studi Pendidikan Fiska
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015

Abstrak
Oleh Lina Silalahi, dkk*)
Makalah berjudul Teori Belajar Bruner, membahas tentang konsep teori belajar Bruner, prinsip-prinsip teori belajar Bruner, model pengembangan kurikulum, pendekatan model belajar Bruner, proses belajar mengajar menurut Bruner, alat-alat mengajar, belajar penemuan, manfaat, dan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran. Makalah ini bertujuan agar mengetahui metode-metode dan konsep dari teori belajar Bruner dan mengetahui prinsip-prinsip dan penerapan teori belajar Bruner. Dari hasil diskusi yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar Bruner sangat baik di terapkan karena teori belajar Bruner ini sangat membantu peserta didik dalam berpikir kritas dan mengeluarkan pendapat.
Kata kunci: Kognitif, Intelektual, Discovery Learning.

Pendahuluan
Semua teori-teori yang mendukung proses belajar mengajar sangat berkaitan satu sama lain. Teori belajar yang sering digunakan dan diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu teori Piaget, Bruner, Gagne, Ausubel, Vygotsky, Skinner, A. Bandura, dan Sosial. Dasar pemikiran teori Bruner, yaitu memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karenanya, yang terpenting dalam belajar adalah cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Prinsip-prinsip, tahap-tahap, dan penerapan teori Bruner sangat membantu dalam proses belajar. Adapun tujuan dari teori belajar Bruner ini, yaitu mengetahui konsep dan prinsip teori belajar Bruner, model pengembangan kurikulum, pendekatan model belajar Bruner, proses belajar mengajar dan alat-alat mengajar menurut Bruner, belajar penemuan, dan manfaat, serta mengetahui penerapan aplikasi teori belajar Bruner. Dari hasil diskusi ini di harapkan agar pembaca dapat menerapkan teori belajar Bruner dalam proses belajar mengajar. 

Pembahasan
Biografi J. S. Bruner
Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
1.      Konsep Teori Belajar Bruner
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Awedda tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: (1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi). Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. (2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi). Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. (3) Tahap evaluasi. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegi panjang, jajargenjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran. Adapun tahap-tahapnya, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolis. (1) Model Tahap Enaktif. Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. (2) Model Tahap Ikonik. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. (3) Model Tahap Simbolis. Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

2.      Prinsip-Prinsip Belajar Bruner
Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang sistematis. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karenanya, yang terpenting dalam belajar adalah cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif.
Menurut Bruner pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu: (1) Proses perolehan informasi baru, dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar/ melihat audiovisual, dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki atau informasi itu bersifat berlawanan (berbeda) dengan informasi yang sudah dimiliki. (2) Proses mentransformasikaninformasi yang diterima, suatu prose bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. (3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, agar belajar berjalan lancar menurut Bruner di dalam bukunya Process of Education ada tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para  guru di dalam menyelenggarakan pembelajaran, yaitu (a) pentingnya memahami struktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, dan (c) pentingnya nilai dari berpikir induktif.
Berdasarkan pandangan Bruner ini maka ada 4 macam aspek utama yang harus menjadi perhatian dalam pembelajaran, yaitu: pentingnya struktur mata pelajaran, kesiapan untuk belajar, intuisi atau teknik-teknik intelektual analitis, dan motivasi.

3.      Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum terdiri atas tiga penyajian, yaitu (a) Penyajian Enaktif. Penyajian enaktif adalah penyajian yang dilakukan melalui tindakan, memiliki karakter manipulasi yang tinggi. Dengan penyajian seperti ini, seseorang dapat memahami sesuatu dari melakukan sesuatu. (b) Penyajian Ikonik. Pada masa remaja, bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir. Kemudian pada masa transisi, penyajian ikonik didasarkan pada pengindraan dilanjutkan dengan penyajian simbolik. (c) Penyajian Simbolik. Penyajian simbolik ini dibuktikan pada kemampuan seserang untuk memikirkan proposisi dibandingkan objek, memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep dan untuk memikirkan alternatif yang mungkin dalam suatu cara kombinatunal.

4.      Pendekatan Model Belajar Burner
Pendekatan model belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, yaitu: Pendekatan interaktif, pengetahuan akan diperoleh peserta didik bila di dalam pembelajaran yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya.

5.      Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain: (1) Perkembangan intelektual anak. Menurut penelitian  J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf. (a) Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. (b) Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. (c) Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.
Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar. Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: Tahap informasi (tahap penerimaan materi), Tahap transformasi (tahap pengubahan materi), dan Tahap evaluasi.
Yang ke (2), yaitu Kurikulum spiral.  J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif  keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.

6.      Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya, yaitu (1) Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll. (2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok. (3) Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. (4) Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.

7.      Belajar Penemuan dari Bruner
Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajardiman pendidik harus menciptakan situasi belajar yang problematic, menstimulus peserta didik dengan berbagai pertanyaan,mendorong peserta didik mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Menurut Bruner belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif peserta didikdengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

8.    Manfaat belajar penemuan
Manfaat dari belajar penemuan, yaitu belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna, pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan tersimpan lama dan mudah diingat, belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan adalah agar peserta didik dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterimanya, transfer dapat ditingkatkan setelah generalisasi ditemukan sendiri oleh siswa, penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar, belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

9.      Tahap-tahap penerapan belajar penemuan
Tahap-tahap penerapan belajar penemuan, yatu Stimulus, memberikan pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. Problem statement, mengidentifikasi masalah dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis. Data collection, pengumulan data untuk  membuktikan kebenaran hipotesis. Data processing, pengolahan data. Verifikasi, mencocokkan hasil hipotesis dengan pengolahan data dan Generalisasi, penarikan kesimpulan.

10.  Penerapan Teori Bruner dalam Pembelajaran
Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran, yaitu (1) sajikan contoh dan non contoh konsep-konsep yang anda ajarkan. Contoh: (a) Contohnya: manusia,ikan paus,kucing,atau lumba-lumba. (b) Noncontohnya:ayam,ikan,katak atau budayah. (2) Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Contoh: Beri pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini “apakah ada sebutan lain dari kata “rumah”? (tempat tinggal) . (3) Berikan satu pertanyaaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari jawabanya. Contoh: Bagaimana terjadinya embun. (4) Ajak dan beri semangat siswa memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Contoh: Beri siswa peta yunani kuno dan tanyakan dimana letak kota-kota utama di Yunani.
Aplikasi Teori Bruner  Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: (a) Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. (b) Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin  yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?. (c) Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?. (d) Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003).
Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan adalah proses belajardimana pendidik harus menciptakan situasi belajar yang problematic, menstimulus peserta didik dengan berbagai pertanyaan,mendorong peserta didik mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif peserta didik dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Daftar Pustaka
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: C.V.Andi Offset.
Nasution. 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Simanjutak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LPFE UI.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Panen, Paulina. 2003. Teori Belajar Bruner. https://penembushayalan.wordpress.com (internet)
Di akses pada 25 Januari 2015.






No comments:

Post a Comment

DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...