MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
GAYA BELAJAR
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurursan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015
GAYA BELAJAR
Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada
saat yang sama? Apa yang terjadi dengan gaya kita setelah tumbuh dewasa? Apakah
gaya kita berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut sugihartono,
dkk belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau
menetap kerana adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Menurut
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi, antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi, stimulus dan respon
(Budiningsih, 2005).
Belajar
menurut teori belajar kognitif merupakan suatu aktifitas yang melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup
pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman sebelumnya (Budiningsih, 2005). Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang mempengaruhi tingkat pemahaman
seseorang.
Gaya belajar
merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam melaksanakan tugas belajarnya
baik dirumah, masyarakat maupun sekolah. Ketika seseorang dalam proses belajar
sudah menemukan gaya belajar yang sesuai dengan dirinya maka akan memudahkan
anak untuk memahami materi yang disampaikan guru.
1. Pandangan Umum Model-Model Gaya Belajar
Model VAK adalah dasar bagi
Neuro-Linguistic Programming (NLP- kajian tentang “kata-kata dan saraf”), yang
memperhitungkan melalui modalitas (indra) mana orang-orang memproses dan
menyimpan informasi. Diciptakan pada 1970-an, model in sekarang digunakan
secara luas untuk konseling, pembelajaran, dan pelatihan komunikasi. Dimana:
1.
Visual (belajar
dengan cara melihat)
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar melalui
hubungan visual (penglihatan). Dengan demikian dalam gaya belajar visual yang
sifatnya eksternal, ia menggunakan materi atau media yang bisa dilihat atau
mengeluarkan tanggapan indera penglihatan. Materi atau media yang bisa
digunakan adalah buku, poster, majalah, rangka tubuh manusia, peta, dan
lain-lain. Sedangkan gaya belajar visual yang bersifat internal adalah
menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi.
Dalam
gaya belajar visual ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu anak akan mempunyai kelebihan di bidang tertentu.
·
Kelebihan:
a.
Rapi dan teratur
b.
Mempunyai sifat
yang teliti dan detail ketika mengerjakan sesuatu.
c.
Biasanya tidak
terganggu jika harus belajar di dalam keributan atau keramaian, anak tetap akan
berkonsentrasi ketika harus belajar di tempat ramai.
d.
Tulisan tangan
relative rapi dan bagus.
e.
Cenderung suka
membaca
·
Kekurangan:
a.
Sering kali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih
kata-kata.
b.
Mengingat dalam
instruksi verbal.
c.
Kurang menyukai
berbicara.
d.
Biasanya sukar
menginggat suatu informasi yang diberikan secara lisan.
Peserta
didik yang memiliki kemampuan gaya visual, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
:
a. Rapi
dan teratur dalam mngerjakan tugas
b. Berbicara
dengan tempo yang cepat
c. Teliti
dan rinci dalam mengerjakan tugas
d. Biasanya
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
e. Memiliki
kemampuan dalam mengeja huruf dengan baik
f. Tidak
mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
g. Biasanya
menyukai membaca dan tekun dalam membaca
h. Biasanya
lebih senang membaca daripada dibacakan oleh orang lain
i.
Sering lupa dalam
menyampaikan pesan verbal
j.
Sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”
k. Biasanya
lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat dan gambar ) daripada music
l.
Biasanya sering kali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi sulit menuliskannya dalam tulisan
m. Senantiasa
melihat dan memperhatikan gerak bibir seseorang yang berbicara kepadanya
n. Cenderung
menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu
o. Kurang
menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan
orang lain
Cara belajar visual :
a.
Catatan dan hands out
b.
Buku berilustrasi
c.
Baca sendiri
d.
Gunakan warna untuk
pointers
e.
Gambar, peta, grafik,
table, dll
f.
Belajar ditempat yang
sepi
g.
Menghafal dengan asosiasi
gambar
h.
Multimedia
i.
Ide gambar dan diagram
2.
Auditori
(belajar dengan cara mendengar)
Gaya belajar ini cenderung
menggunakan pendengaran/audio sebagai sarana mencapai keberhasilan dalam
belajar. Gaya belajar auditori yang bersifat eksternal adalah dengan mengeluarkan suara atau ada suara.
Mereka dapat membaca keras, mendengarkan rekaman kuliah, diskusi dengan teman,
mendengarkan musik, kerja kelompok, dan lain-lain. Gaya auditori yang bersifat
internal adalah memerlukan suasana yang tenang-hening sebelum mempelajari
sesuatu. Setelah itu diperlukan perenungan beberapa saat terhadap materi apa
saja yang telah dikuasai dan yang belum.
·
Kelebihan:
a.
Ketika harus mempresentasikan hasil
pekerjaannya maka dapat melaksanakannya dengan baik.
b.
Mudah menirukan ucapan oranglain dengan
waktu yang relatif cepat.
c.
Mempunyai tata bahasa yang baik.
d.
Mudah menginggat nama orang.
e.
Suka berbicara.
f.
Tidak takut ketika harus berbicara didepan
kelas, akan menonjol ketika terjadi diskusi dikelas.
g.
Berbicara dalam irama yang berpola
·
Kekurangan:
a.
Kurang baik ketika
membaca (membaca relatif pelan).
b.
Kurang bisa
menginggat ketika dibacakan tidak dengan disuarakan.
c.
Kurang baik ketika
menulis karangan.
d.
Sulit diam untuk
waktu yang relatif lama.
e.
Mudah terganggu
oleh keributan.
Peserta didik
yang memiliki kemampuan gaya auditori, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Sering berbicara
sendiri ketika sedang bekerja atau belajar
b.
Biasanya mudah
terganggu oleh keributan atau suara yang berisik ketika sedang belajar
c.
Menggerakan bibir dan
mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca
d.
Biasanya lebih senang
mendengarkan (dibacakan) daripada membaca sendiri
e.
Jika membaca biasanya
dengan menyaringkan suara
f.
Seseorang yang
mengalami keseulitan untuk menuliskan sesuatu, tapi pandai dalam bercerita
g.
Biasanya fasih dalam
bercerita
h.
Lebih menyukai seni
music dibandingkan seni yang lainnya
i.
Cara belajarnya dengan
mendengarkan (dibacakan) kemudian mendiskusikan.
j.
Seseorang yang senang
berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
k.
Terkadang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan visualisasi
l.
Pandai mengeja dan
mengucapkan kata-kata secara keras
m.
Lebih menyukai humor
atau gurauan lisan daripada membaca komik atau buku humor.
n.
Mampu mengingat dengan
baik materi yang didiskusikan dalam kelompok
o.
Mengenal banyak sekali
lagu / iklan TV
p.
Suka berbicara.
q.
Pada umumnya bukanlah
pembaca yang baik.
r.
Kurang dapat mengingat
dengan baik apa yang baru saja dibacanya
s.
Kurang baik dalam
mengerjakan tugas mengarang/menulis
t.
Kurang memperhatikan
hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.
Cara
belajar auditory :
a. Lebih
mengutamakan mendengarkan penjelasan guru ketika sedang menerangkan
b. Merekam
lebih efektif
c. Berpartisipasi
dalam pidato, diskusi dan presentasi
d. Membaca
dengan bersuara, merangkai materi dengan music
e. Menghafal
dengan bersuara
f. Menulis
dengan bersuara atau mendiktekan
3.
Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh)
Orang yang bergaya
belajar kinestetik belajar melalui gerakan-gerakan sebagai sarana memasukkan
informasi ke dalam otaknya. Penyentuhan dengan bidang objek sangat disukai
karena mereka dapat mengalami sesuatu dengan sendiri. Gaya belajar jenis ini
yang bersifat eksternal adalah melibatkan kegiatan fisik, membuat model,
memainkan peran, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan
gaya belajar kinestetika yang bersifat internal menekankan pada kejelasan makna
dan tujuan sebelum mempelajari sesuatu hal.
Dalam
pelaksanaannya penggunaan gaya belajar ini tentunya akan menimbulkan suatu
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai
berikut:
·
Kelebihan:
a.
Biasanya anak
cenderung berpenampilan rapi.
b.
Mempunyai kelebihan
dalam bidang olahraga.
c.
Menyukai pekerjaan
di laboraturium.
d.
Koordinasi antara
mata dan tangan bagus.\
·
Kekurangan:
a.
Cenderung
frustasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan kuliah dalam jangka waktu
yang relatif lama, oleh karena itu mereka break (istirahat) dalam waktu kuliah
berlangsung.
b.
Kemampuan
kurang dalam mengeja atau spelling.
c.
Menggunakan
jari telunjuk ketika membaca.
d.
Tidak
dapat mengerti geografi, kecuali sudah berkali-kali datang ketempat tersebut.
Peserta
didik yang memiliki kemampuan gaya kinestik, mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Berbicara dengan perlahan
b. Biasanya menanggapi perhatian fisik
c. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
d. Seseorang yang menyukai gerak ( secara fisik)
e. Cara belajarnya melalui praktek langsung
f. Cara menghafalkan sesuatu dengan berjalan atau melihat langsung
g. Menggunakan jari
menunjukkan kata ketika sedang membaca
h. Seseorang yang banyak menggunakan bahasa tubuh
i.
Tidak dapat
duduk diam disuatu tempat untuk waktu yang lama
j.
Mengalami
kesulitan membaca peta kecuali orang tersebut pernah mengunjunginya
k. Biasanya tulisannya jejek
l.
Lebih
menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan diri
m. Ingin melakukan segala sesuatu dengan segala hal
Cara belajar teknik kinestik :
a. Aktifitas fisik selama menghafal atau belajar
b. Berbicara lambat, angota tubuh
begerak
c. Membaca dengan jari
d. Umum ke khusus
VISUAL
|
AUDITORI
|
KINESTETIK
|
a.
Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang
sedang mengajar
b.
Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c.
Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu,
biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
d.
Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula
mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi Kurang mampu
mengingat informasi yang diberikan secara lisan
e.
Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
f.
Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan
ramai tanpa terganggu
|
a.
Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan
kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
b.
Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/
lagu di televisi/ radio
c.
Cenderung banyak omong
d. Tak suka membaca
dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat
dengan baik apa yang baru saja dibacanya
e.
Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
f.
Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
g.
Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan
sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok
kelas, dll
|
a.
Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
b. Sulit berdiam diri
atau duduk manis, selalu ingin bergerak
c.
Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya
aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil
tangannya asyik menggambar
d. Suka menggunakan
objek nyata sebagai alat bantu belajar
e.
Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol
dan lambang
f.
Menyukai praktek/ percobaan
g. Menyukai permainan
dan aktivitas fisik
|
Model sistem 4MAT dikembangkan pada awal 1980-an dan didasarkan pada dominasi
otak-kanan dan otak-kiri, yang memberikan wawasan mengenai cara manusia pertama
kali menerima dan kemudian memproses informasi. Ini berfungsi sebagai model
untuk pengajaran dan digunakan disekolah-sekolah untuk meningkatkan
teknik-teknik intruksional.
Model Dunn dan Dunn dikembangkan
untuk membantuanak-anak yang “dirugikan di bidang pendidikan”. Penelitian
dimulai pada akhir 1960-an untuk mengidentifikasi preferensi preferensi
individu pada para pelajar selama berlangsungnya proses belajar. Merupakan
model pembelajaran yang paling komprehensif dan paling cermat diteliti dan
tersedia dalam dua versi: LSI (Learning Styles Inventory) untuk anak-anak
sekolah dan PEPS (Productivity Environmental Preference Survey) untuk orang
dewasa.
Brain Quadrants dari Hermann Brain
Dominance Model menjabarkan preferensi-preferensi untuk fungsi mental dan
dominasi otak. Didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan otak, model ini
diciptakan pada akhir 1970-an dan digunakan dalam pelatihan manajemen untuk
meningkatkan kreativitas dan produktivitas orang-orang.
Gregorc Enegic Model of Mindstyles,
yang diciptakan pada pertengahan 1970-an, menyajikan cara yang terorganisasi
untuk mempertimbangkan bagaimana pikiran bekerja. Model ini mengidentifikasi
empat kualitas yang terdapat didalam empat aliran mediasi dasar. Butler
menyempurnakannya, dan model ini digunakan bagi strategi-strategi intruksional
untuk meningkatkan pengajaran kelas.
Working Style Analysis didasarkan
atas model asli Dunn dan Dunn, tetapi telah dikembangkan dalam dua wilayah:
indriawi dan dominasi otak kiri/kanan. Model ini diciptakan bersama pada 1993,
dikomputerkan di selandia baru pada 1994, dan terutama bisa diterapkan pada
orang-orang ditempat kerja dan untuk perencanaan karier.
2. Gaya Belajar Analitis Dan Holistis
Penelitian terhadap Model Gaya Belajar dari Dunn dan Dunn telah
membuktikan bahwa tipe orang yang memproses dengan otak kiri (analitis) lebih
menyukai lingkungan belajar dan bekerja yang: sunyi, pencahayaan yang terang,
dan dirancang secara formal. Mereka tidak memerlukan makanan camilan, dan bisa
belajar dengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran figur yang
berwenang.
Sebaliknya, kebanyakan tipe orang
yang memproses dengan otak-kanan lebih menyukai “penglihatan”: kebisingan atau
musik, pencahayaan redup, rancangan informal, makanan camilan, mobilitas dan
interaksi dengan rekan lain di tempat kerja atau selama belajar atau ketika
sedang berkonsentrasi.
Perbedaan lain gaya belajar Analitis dan Holistis
ANALITIS
|
HOLISTIS
|
Belahan otak kiri
|
Belahan otak kanan (R.sperry)
|
Refleksi/analitis
|
Impulsif/global (Dunn dan Dunn)
|
Berurutan
|
Sekaligus (Dunn dan Prashing)
|
Introver
|
Ekstrover (R. Ornstein)
|
Peraih tingkat tinggi
|
Peraih tingkat rendah (R. Ornstein)
|
Tenang dan berhati-hati
|
Membebaskan (R. Ornstein)
|
Jalur-tunggal
|
Jalur-memajemuk (A. Gore)
|
c. Maskulin
|
Feminin (J. Nicholson)
|
Otak-kiri logis
|
Otak kanan intuitif (H. Alder)
|
Kotak dan segitiga
|
Lingkaran dan garis bergelombang (S. Dellinger)
|
S dan C tinggi
|
D dan I tinggi (profil DISC)
|
Bagian akademik
|
Kegiatan Kreatif (G. Dryden)
|
3. Mengenali Gaya Belajar Peserta Didik
1. Pentingnya
Memahami Gaya Belajar Siswa
Guru masa kini tahu bahwa berbagai
cara dimana para siswa belajar sangat bervariasi. Seoarang siswa memiliki
kekuatan dan kelemahan tertentu yang dapat dibangun dan ditingkatkan melalui
pengajaran yang efektif. Pelajaran berbasis proyek dengan teknologi adalah cara
yang tepat untuk menggunakan kekuatan siswa untuk membantunya menjadi pemikir
yang lebih baik dan pelajar yang lebih mandiri.
Berbagai
tugas proyek yang mengijinkan siswa untuk menggunakan gaya belajarnya sendiri
bagaimanapun bukan jalur langsung menuju pemikiran tingkat tinggi. Adalah
mungkin untuk membuat berbagai produk yang mencerminkan pemikiran yang dangkal.
(Ennis, 2000). Bagaimanapun, berbagai factor yang memotivasi berasosiasi dengan
pilihan saat gaya belajar individu dibahas dalam proyek, menyarankan bahwa
mengajarkan kecakapan berpikir dalam konteks gaya belajar individu meningkatkan
kemungkinan bahwa para siswa akan mempelajarinya.
Penggunaan
teknologi dalam proyek juga memberikan berbagai kesempatan bagi siswa untuk
membuat berbagai pilihan tentang bagaimana mereka mereka belajar, mengijinkan
mereka untuk mengambil keuntungan dari berbagai kekuatan gaya belajar mereka.
Menggunakan software dan hardware untuk membuat video, slide shows, publikasi
dan komposisi musik dapat membantu para siswa mempelajari berbagai kecakapan
berpikir dan subyek isi masalah dalam berbagai cara yang mengakui berbagai
bakat dan minat mereka.
Kita
telah memahami bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas belajar atau gaya
belajar yang berbeda-beda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenankan
untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita
paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungannya dengan kita akan merasa
dirugikan. Inilah yang disebut dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak
jiwa (mental) anak dan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi
dimasa mendatang. Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya
mengenali gaya belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan dalam proses pembelajaran.
2. Mengetahui
Cara Belajar Siswa
Dalam praktiknya juga tidak mudah
mengetahui gaya belajar siswa. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk
mengetahui gaya belajar siswa,
Cara pertama: menggunakan observasi
secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode
belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah
siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa
yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka
sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung
mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe
siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
Cara kedua: Dengan memutar film,
menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram.
Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang
mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan
visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.
Cara
ketiga: Dengan metode pembelajaran menggunakan praktik atau simulasi. Para
pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar
mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa
terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah
memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka miliki.
Cara keempat: Dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan
bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang
bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam
menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktik langsung dengan
mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan
yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan,
baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang
diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir. Pembelajar
visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih
cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian
rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk
tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan
tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik
akan langsung mempraktikkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan
bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk
tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas
ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.
Cara
Kelima: Dengan melakukan survey atau test gaya belajar. Namun demikian,
alat survey ataupun test ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau
psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan test tersebut harus
membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal.
Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya
survey atau test psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga
memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa.
Menurut Don Schuster, profesor di
lowa State University, sistem pengajaran yang revolusioner jelas mampu
mempercepat proses belajar dengan cara:
1) Menggunakan
sugesti-sugesti yang seperti iklan untuk menghindari penghalang-penghalang umum
dari proses belajar cepat;
2) Membuat
siswa merasa santai dan menjadikan proses belajar menyenangkan;
3) Menjadikan
pembelajaran yang secara dramatis mampu membantu siswa membuat perumpamaan yang
nyata;
4) Mengulang
pelajaran dengan cara yang tenang diiringi musik barok yang ritmis.
3. Mengajar
dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda
Setelah mengetahui gaya belajar siswa
dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya sebagai
guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana kita menyesuaikan
diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana
lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan
untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
1) Biarkan
mereka duduk di bangku paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa
yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis,
2) Selain
tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan
sesuatu,
3) Putarkan
film,
4) Minta
mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan,
5) Gunakan
berbagai ilustrasi dan gambar,
6) Tulis
ulang apa yang ada di papan tulis,
7) Gunakan
warna-warni yang berbeda pada tulisan,
8) Mendorong
siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna,
9) Beri
kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat
dengan aneka warna.
Untuk pembelajar auditori, di mana
mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa
dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah:
1) Gunakan
audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll),
2) Saat
belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras,
3) Seringlah
memberi pertanyaan kepada mereka, membuat diskusi kelas,
4) Menggunakan
rekaman,
5) Biarkan
mereka menjelaskan dengan kata-kata,
6) Biarkan
mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran,
7) Belajar
berkelompok.
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan kinestetik, guru
hendaknya melakukan hal-hal berikut :
1)
Gunakan
selalu alat bantu visual/alat peraga/media yang bisa dilihat, diraba,
dimanipulasi siswa saat mereka belajar agar merangsang rasa ingin tahu siswa
2)
Buat aturan
main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas
3)
Peragakan
konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap
4)
Biasakan
berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas
5)
Gunakan
drama/simulasi konsep secara konkret
4. Hubungan
antara gaya belajar peserta didik dengan hasil belajar peserta didik
Hasil
belajar peserta didik berkaitan dengan pencapaian peserta didik dalam
memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Tujuan yang
direncanakan ini bisa berupa nilai semester atau nilai ulangan harian. Namun
bukan hanya sekedar nilai semester atau nilai ulangan harian melainkan
perubahan tingkah laku (dari ketidak-tahuan) peserta didik. Hasil belajar ini
terjadi karena evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Guru
sebagai seseorang yang mengevaluasi hasil belajar peserta didik sebaiknya
melakukan perubahan jika hasil evaluasi menunjukkan hasil yang kurang baik. Ada
banyak strategi yang dapat dilakukan pendidik dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik, diantaranya :
·
Untuk peserta didik
yang menonjol tipe visual
a. Gunakan
materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b. Gunakan
warna untuk hal-hal penting.
c. Ajak
peserta didik untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d. Gunakan
multi-media (contohnya: komputer dan video).
e. Ajak
peserta didik untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
·
Untuk peserta didik
yang menonjol tipe auditory
a. Ajak
peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam
kelas maupun
di dalam keluarga.
b. Memotivasi
peserta didik untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c. Gunakan
musik untuk mengajarkan peserta didik.
d. Diskusikan
ide dengan peserta didik secara verbal.
e. Biarkan
peserta didik merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan memotivasi peserta didik untuk mendengarkannya
sebelum tidur.
·
Untuk peserta didik
yang menonjol tipe kinestik :
a. Jangan
paksakan peserta didik untuk belajar sampai berjam-jam.
b. Ajak
peserta didik untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya:saat
mempelajari materi statistic, peserta didik diajak untuk mengamati kendaraan roda empat yang melintas dalam
waktu 30 menit, setelah pengamatan selesai pendidik bisa menanyakan berapa
kendaraan yang melintas apabila waktu yang digunakan hanya 5 menit, nah disini
peserta didik mengetahui konsep rata-rata suatu data).
c. Gunakan
warna terang untuk hal-hal penting dalam bacaan. Cocok atau tidaknya antara
gaya belajar peserta didik dengan gaya
pengajaran yang dilakukan oleh pendidik sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik.
5. Implementasi
gaya belajar dalam pembelajaran
Pada
dasarnya karakter siswa yang satu berbeda dengan siswa lainnya dan kemampuan
tiap anak dalam menguasai serta memahami suatu bahan pelajaran berbeda-beda
pula. Dalam hal ini siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
lainnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara belajar dan hasil
belajar. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran yaitu dengan memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara
pengelompokan berdasarkan gaya belajar.
Dalam
proses pembelajaran di kelas, hendaknya guru tidak hanya memperhatikan strategi
dalam mengajarnya saja tapi juga memperhatikan perbedaan karakteristik
masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Dengan
mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat mengarahkan mereka untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki sehingga dapat dengan mudah
menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Upaya yang dapat
dilakukan pengajar adalah memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara
pengelompokan berdasarkan gaya belajar.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pengajar adalah
memperkenalkan siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri dengan mempergunakan
angket gaya belajar, kemudian setelah guru menganalisisnya, hasil angket
disampaikan kepada siswa dan mereka dianjurkan mengambil langkah-langkah
belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya.
Guru memberikan pembelajaran yang beragam sehingga mengakomodasi
ketiga jenis gaya belajar, yang harus dilakukan guru terhadap siswa yaitu:
1.
Siswa gaya belajar visual :
a.
Memberikan pembelajaran dengan menggunakan beragam bentuk
grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu
berupa slide, film, gambar ilustrasi, catatan, coretan-coretan, dan
kartu gambar dengan warna warni menarik yang bisa digunakan untuk menjelaskan
suatu informasi secara berurutan.
b.
Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan
simbol/warna.
c.
Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa
selanjutnya siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.
d.
Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media
pembelajaran.
e.
Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai
sumber pembelajaran.
2.
Siswa gaya belajar auditorial :
a.
Menerapkan pembelajaran dengan berdiskusi kelompok dan
menjelaskan pokok bahasan dengan panjang lebar yang kemudian oleh siswa
diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan
dipahami, atau siswa dapat juga menggunakan tape perekam yang digunakan
untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau penjelasan guru untuk
kemudian di dengar kembali.
b.
Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti
intonasi, volume suara, ataupun kecepatannya.
c.
Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan
(jelaskan berulang-ulang).
d.
Tutor sebaya.
e.
Sekali-kali, ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk
percakapan, pendiktean, diskusi, atau rekaman audio yang bisa didengar siswa.
f.
Selingi dengan musik.
3.
Siswa gaya belajar kinestetik :
a.
Memberikan pembelajaran dengan cara selalu berorientasi pada
fisik dan banyak bergerak.
b.
Belaar melalui pengalaman dengan menggunakan model atau alat
peraga, belajar di
c.
Menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di
lapangan.
d.
Saat membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di
samping siswa.
e.
Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di
dalam kelas.
f.
Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa
memahaminya secara bertahap.
g.
Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di
dalam kelas.
h.
Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret.
Sebaiknya guru dapat melayani semua siswa dengan ketiga gaya
belajar tersebut. Guru membantu setiap siswa untuk melibatkan seluruh gaya
belajar yang dimilikinya, karena dengan melibatkan seluruh gaya belajar
tersebut akan dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang
diterimanya. Pada pembelajaran ini, guru akan mengalami kerepotan di awal
pembelajaran pada saat menyiapkan bahan ajar karena guru harus bisa melayani
keperluan siswa sesuai gaya belajarnya. Hal ini berarti guru harus menyampaikan
bahan ajar dengan cara yang bervariasi. Jika bahan ajar disampaikan sesuai
dengan jenis gaya belajar maka siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Contoh yang dapat diaplikasikan dalam merangsang ketiga gaya
belajar adalah sumber belajar untuk siswa (bahan ajar dan LKS) dan instrumen
pembelajaran disesuaikan dengan ketiga gaya belajar. Selain itu dapat juga
dengan cara guru menugaskan setiap siswa, misalnya bagi siswa visual dapat
diberikan tugas/proyek untuk membuat peta pikiran atau bisa juga membuat power
point tentang materi yang akan dipelajari. Bagi siswa auditorial dapat
ditugaskan membuat rekaman suara (berupa nyanyian) tentang materi yang akan
dipelajari. Bagi siswa kinestetik, guru dapat menugaskan kepada mereka untuk
membuat ringkasan mengenai percobaan tentang materi yang akan dipelajari.
Aktivitas-aktivitas yang berbeda memerlukan cara berpikir
yang berbeda pula, jadi keuntungan untuk mengetahui dominasi otak adalah cara
dominan yang mana yang dapat dilakukan dan apa yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan cara berpikir yang lain. Siswa yang berbakat tampaknya dapat
belajar dengan cara yang sama baik secara visual, auditorial, dan kinestetik.
Mereka lebih seimbang dalam mengunakan belahan otak kanan dan otak kiri.
Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar dan
berhubungan dengan temannya dengan mengembangkan gaya belajar yang paling tidak
disukai. Siswa visual dapat mengembangkan cara-cara auditorial dan kinestetik
dengan berbicara mengenai berbagai hal dan melakukannya dengan gerakan tubuh.
Misalnya setelah menghadiri suatu seminar, siswa visual menceritakan kepada
temannya secara terperinci dengan menggunakan tangan dan tubuhnya untuk
menekankan hal-hal dan informasi penting.
Siswa auditorial, menunggu sampai seminar selesai kemudian
membuat peta pikiran dari informasi yang ditangkap, dengan menggunakan beraneka
macam warna, simbol, dan grafik. Seperti orang-orang visual, siswa juga dapat
mengembangkan cara kinestetik dengan
melakukan konsep-konsep kunci dengan gerakan tubuh atau dengan benar-benar
membentuk
model untuk mendemonstrasikannya, kalau ini memungkinkan.
Siswa
kinestetik, juga dapat membuat peta pikiran dari materi yang didapatkan dan
menarik gambaran dari hal tersebut (siswa kinestetik suka menggambar) untuk
mengembangkan gaya visual siswa. Lalu berbicara dengan suara keras, dengan
mengatur atau mengubah-ubah nada dan keras suara untuk menekankan bagian-bagian
penting dan mencoba untuk berbicara dengan irama.
DAFTAR
PUSTAKA
Adi Gunawan, Genius Lesrning. 2004.
Strategy Petunjuk Proses Mengajar. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih, Asri.
2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi dan Mike Henarcki. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful
Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ennis, R. H.
(2000). Goals for a critical thinking curriculum and its assessment. In A. L.
Costa (Ed.), Developing minds: A resource book for teaching thinking, (pp.
44-46). Alexandria, VA: ASCD.
Prashnig, Barbara.
2007. The Power of Learning Styles.
Bandung: Kaifa.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wiyono,
Ketang dan Abidin Pasaribu. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran.
Indralaya
: Universitas Sriwijaya.
Diah. 2012. Macam-macam
Gaya Belajar. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-gaya-belajar-karakteristik.html
(online) diakses pada 18 November 2014
Gusrayani, diah.
Gaya Belajar Siswa. http://file.upi.edu/Direktori/KD-ZMEDANG/197808222005012003-DIAH_GUSRAYANI/Buku_Ajar_BI/bab2-gaya_belajar_siswa.pdf
(online) diakses pada 19 November 2014
HR,
Mansur. 2014. Mengenal Gaya Belajar Peserta
Didik. http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/259_MENGENAL%20GB%20PESERTA%20DIDIK.pdf (online)
diakses pada 19 November 2014
Anonim. Gaya
Belajar. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/GAYA%20BELAJAR.pdf
(online) diakses pada 19 November 2014
Anonim. 2007. Gaya
Belajar. http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/id/id/documents/project-design/skills/styles.pdf
(online) diakses pada 19 November 2014
Sudarno. Tahun. Mengenali Gaya Belajar Siswa Untuk
Menciptakan Suasana Pembelajaran Yang Kondusif Dan Menyenangkan. http://guraru.org/guru-berbagi/mengenali_gaya_belajar_siswa_untuk_menciptakan_suasana_pembelajaran_yang_kondusif_dan_menyenangkan/
(online) diakses pada 18 November 2014
Handayani , Arini. 2014. Gaya Belajar. http://sdplusalamin.wordpress.com/2014/05/08/gaya-belajar/.
(online) diakses pada 20 Januari 2015