Saturday 31 October 2015

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN - GAYA BELAJAR



MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
GAYA BELAJAR





Program Studi Pendidikan Fisika
Jurursan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015
 



GAYA BELAJAR

Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada saat yang sama? Apa yang terjadi dengan gaya kita setelah tumbuh dewasa? Apakah gaya kita berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut sugihartono, dkk belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap kerana adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Menurut behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi, antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi, stimulus dan respon (Budiningsih, 2005).
Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan suatu aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya (Budiningsih, 2005). Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang.
Gaya belajar merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam melaksanakan tugas belajarnya baik dirumah, masyarakat maupun sekolah. Ketika seseorang dalam proses belajar sudah menemukan gaya belajar yang sesuai dengan dirinya maka akan memudahkan anak untuk memahami materi yang disampaikan guru.



1. Pandangan Umum Model-Model Gaya Belajar
Model VAK adalah dasar bagi Neuro-Linguistic Programming (NLP- kajian tentang “kata-kata dan saraf”), yang memperhitungkan melalui modalitas (indra) mana orang-orang memproses dan menyimpan informasi. Diciptakan pada 1970-an, model in sekarang digunakan secara luas untuk konseling, pembelajaran, dan pelatihan komunikasi. Dimana:
1.      Visual (belajar dengan cara melihat)
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar melalui hubungan visual (penglihatan). Dengan demikian dalam gaya belajar visual yang sifatnya eksternal, ia menggunakan materi atau media yang bisa dilihat atau mengeluarkan tanggapan indera penglihatan. Materi atau media yang bisa digunakan adalah buku, poster, majalah, rangka tubuh manusia, peta, dan lain-lain. Sedangkan gaya belajar visual yang bersifat internal adalah menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi.
Dalam gaya belajar visual ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu anak akan mempunyai kelebihan di bidang tertentu.
·         Kelebihan:
a.       Rapi dan teratur
b.      Mempunyai sifat yang teliti dan detail ketika mengerjakan sesuatu.
c.       Biasanya tidak terganggu jika harus belajar di dalam keributan atau keramaian, anak tetap akan berkonsentrasi ketika harus belajar di tempat ramai.
d.      Tulisan tangan relative rapi dan bagus.
e.       Cenderung suka membaca
·         Kekurangan:
a.       Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih kata-kata.
b.      Mengingat dalam instruksi verbal.
c.       Kurang menyukai berbicara.
d.      Biasanya sukar menginggat suatu informasi yang diberikan secara lisan.

Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya visual, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Rapi dan teratur dalam mngerjakan tugas
b.      Berbicara dengan tempo yang cepat
c.       Teliti dan rinci dalam mengerjakan tugas
d.      Biasanya lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
e.       Memiliki kemampuan dalam mengeja huruf dengan baik
f.       Tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
g.      Biasanya menyukai membaca dan tekun dalam membaca
h.      Biasanya lebih senang membaca daripada dibacakan oleh orang lain
i.        Sering lupa dalam menyampaikan pesan verbal
j.        Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”
k.      Biasanya lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat dan gambar ) daripada music
l.        Biasanya sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi sulit menuliskannya dalam tulisan
m.    Senantiasa melihat dan memperhatikan gerak bibir seseorang yang berbicara kepadanya
n.      Cenderung menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu
o.      Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain



Cara belajar visual :
a.       Catatan dan hands out
b.      Buku berilustrasi
c.       Baca sendiri
d.      Gunakan warna untuk pointers
e.       Gambar, peta, grafik, table, dll
f.       Belajar ditempat yang sepi
g.      Menghafal dengan asosiasi gambar
h.      Multimedia
i.        Ide gambar dan diagram

2.      Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran/audio sebagai sarana mencapai keberhasilan dalam belajar. Gaya belajar auditori yang bersifat eksternal adalah dengan mengeluarkan suara atau ada suara. Mereka dapat membaca keras, mendengarkan rekaman kuliah, diskusi dengan teman, mendengarkan musik, kerja kelompok, dan lain-lain. Gaya auditori yang bersifat internal adalah memerlukan suasana yang tenang-hening sebelum mempelajari sesuatu. Setelah itu diperlukan perenungan beberapa saat terhadap materi apa saja yang telah dikuasai dan yang belum.
·         Kelebihan:
a.       Ketika harus mempresentasikan hasil pekerjaannya maka dapat melaksanakannya dengan baik.
b.      Mudah menirukan ucapan oranglain dengan waktu yang relatif cepat.
c.       Mempunyai tata bahasa yang baik.
d.      Mudah menginggat nama orang.
e.       Suka berbicara.
f.       Tidak takut ketika harus berbicara didepan kelas, akan menonjol ketika terjadi diskusi dikelas.
g.      Berbicara dalam irama yang berpola
·         Kekurangan:
a.       Kurang baik ketika membaca (membaca relatif pelan).
b.      Kurang bisa menginggat ketika dibacakan tidak dengan disuarakan.
c.       Kurang baik ketika menulis karangan.
d.      Sulit diam untuk waktu yang relatif lama.
e.       Mudah terganggu oleh keributan.
Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya auditori, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja atau belajar
b.      Biasanya mudah terganggu oleh keributan atau suara yang berisik ketika sedang belajar
c.       Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca
d.      Biasanya lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca sendiri
e.       Jika membaca biasanya dengan menyaringkan suara
f.       Seseorang yang mengalami keseulitan untuk menuliskan sesuatu, tapi pandai dalam bercerita
g.      Biasanya fasih dalam bercerita
h.      Lebih menyukai seni music dibandingkan seni yang lainnya
i.        Cara belajarnya dengan mendengarkan (dibacakan) kemudian mendiskusikan.
j.        Seseorang yang senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
k.      Terkadang mengalami kesulitan  dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
l.        Pandai mengeja dan mengucapkan kata-kata secara keras
m.    Lebih menyukai humor atau gurauan lisan daripada membaca komik atau buku humor.
n.      Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok
o.      Mengenal banyak sekali lagu / iklan TV
p.      Suka berbicara.
q.      Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
r.        Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
s.       Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis
t.        Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya.

Cara belajar auditory :
a.       Lebih mengutamakan mendengarkan penjelasan guru ketika sedang menerangkan
b.      Merekam lebih efektif
c.       Berpartisipasi dalam pidato, diskusi dan presentasi
d.      Membaca dengan bersuara, merangkai materi dengan music
e.       Menghafal dengan bersuara
f.       Menulis dengan bersuara atau mendiktekan

3.      Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Orang yang bergaya belajar kinestetik belajar melalui gerakan-gerakan sebagai sarana memasukkan informasi ke dalam otaknya. Penyentuhan dengan bidang objek sangat disukai karena mereka dapat mengalami sesuatu dengan sendiri. Gaya belajar jenis ini yang bersifat eksternal adalah melibatkan kegiatan fisik, membuat model, memainkan peran, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan gaya belajar kinestetika yang bersifat internal menekankan pada kejelasan makna dan tujuan sebelum mempelajari sesuatu hal.
Dalam pelaksanaannya penggunaan gaya belajar ini tentunya akan menimbulkan suatu kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut:
·         Kelebihan:
a.       Biasanya anak cenderung berpenampilan rapi.
b.      Mempunyai kelebihan dalam bidang olahraga.
c.       Menyukai pekerjaan di laboraturium.
d.      Koordinasi antara mata dan tangan bagus.\

·         Kekurangan:
a.       Cenderung frustasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan kuliah dalam jangka waktu yang relatif lama, oleh karena itu mereka break (istirahat) dalam waktu kuliah berlangsung.
b.      Kemampuan kurang dalam mengeja atau spelling.
c.       Menggunakan jari telunjuk ketika membaca.
d.      Tidak dapat mengerti geografi, kecuali sudah berkali-kali datang ketempat tersebut.
Peserta didik yang memiliki kemampuan gaya kinestik, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Berbicara dengan perlahan
b.      Biasanya menanggapi perhatian fisik
c.       Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
d.      Seseorang yang menyukai gerak ( secara fisik)
e.       Cara belajarnya melalui praktek langsung
f.       Cara menghafalkan sesuatu dengan berjalan atau melihat langsung
g.      Menggunakan  jari menunjukkan kata ketika sedang membaca
h.      Seseorang yang banyak menggunakan bahasa tubuh
i.        Tidak dapat duduk diam disuatu tempat untuk waktu yang lama
j.        Mengalami kesulitan membaca peta kecuali orang tersebut pernah mengunjunginya
k.      Biasanya tulisannya jejek
l.        Lebih menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan diri
m.    Ingin melakukan segala sesuatu dengan segala hal
Cara belajar teknik kinestik :
a.       Aktifitas fisik selama menghafal atau belajar
b.      Berbicara lambat, angota tubuh  begerak
c.       Membaca dengan jari
d.      Umum ke khusus
VISUAL
AUDITORI
KINESTETIK
a.    Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
b.    Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c.    Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
d.   Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
e.    Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
f.     Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu
a.   Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
b.   Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televisi/ radio
c.   Cenderung banyak omong
d.  Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
e.   Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
f.    Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
g.   Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
a.   Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
b.  Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
c.   Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
d.  Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
e.   Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambang
f.   Menyukai praktek/ percobaan
g.  Menyukai permainan dan aktivitas fisik

Model sistem 4MAT dikembangkan pada awal 1980-an dan didasarkan pada dominasi otak-kanan dan otak-kiri, yang memberikan wawasan mengenai cara manusia pertama kali menerima dan kemudian memproses informasi. Ini berfungsi sebagai model untuk pengajaran dan digunakan disekolah-sekolah untuk meningkatkan teknik-teknik intruksional.
Model Dunn dan Dunn dikembangkan untuk membantuanak-anak yang “dirugikan di bidang pendidikan”. Penelitian dimulai pada akhir 1960-an untuk mengidentifikasi preferensi preferensi individu pada para pelajar selama berlangsungnya proses belajar. Merupakan model pembelajaran yang paling komprehensif dan paling cermat diteliti dan tersedia dalam dua versi: LSI (Learning Styles Inventory) untuk anak-anak sekolah dan PEPS (Productivity Environmental Preference Survey) untuk orang dewasa.
Brain Quadrants dari Hermann Brain Dominance Model menjabarkan preferensi-preferensi untuk fungsi mental dan dominasi otak. Didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan otak, model ini diciptakan pada akhir 1970-an dan digunakan dalam pelatihan manajemen untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas orang-orang.
Gregorc Enegic Model of Mindstyles, yang diciptakan pada pertengahan 1970-an, menyajikan cara yang terorganisasi untuk mempertimbangkan bagaimana pikiran bekerja. Model ini mengidentifikasi empat kualitas yang terdapat didalam empat aliran mediasi dasar. Butler menyempurnakannya, dan model ini digunakan bagi strategi-strategi intruksional untuk meningkatkan pengajaran kelas.
Working Style Analysis didasarkan atas model asli Dunn dan Dunn, tetapi telah dikembangkan dalam dua wilayah: indriawi dan dominasi otak kiri/kanan. Model ini diciptakan bersama pada 1993, dikomputerkan di selandia baru pada 1994, dan terutama bisa diterapkan pada orang-orang ditempat kerja dan untuk perencanaan karier.

2. Gaya Belajar Analitis Dan Holistis
Penelitian terhadap Model Gaya Belajar dari Dunn dan Dunn telah membuktikan bahwa tipe orang yang memproses dengan otak kiri (analitis) lebih menyukai lingkungan belajar dan bekerja yang: sunyi, pencahayaan yang terang, dan dirancang secara formal. Mereka tidak memerlukan makanan camilan, dan bisa belajar dengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran figur yang berwenang.
Sebaliknya, kebanyakan tipe orang yang memproses dengan otak-kanan lebih menyukai “penglihatan”: kebisingan atau musik, pencahayaan redup, rancangan informal, makanan camilan, mobilitas dan interaksi dengan rekan lain di tempat kerja atau selama belajar atau ketika sedang berkonsentrasi.
Perbedaan lain gaya belajar Analitis dan Holistis
ANALITIS
HOLISTIS
Belahan otak kiri
Belahan otak kanan (R.sperry)
Refleksi/analitis
Impulsif/global (Dunn dan Dunn)
Berurutan
Sekaligus (Dunn dan Prashing)
Introver
Ekstrover (R. Ornstein)
Peraih tingkat tinggi
Peraih tingkat rendah (R. Ornstein)
Tenang dan berhati-hati
Membebaskan (R. Ornstein)
Jalur-tunggal
Jalur-memajemuk (A. Gore)
c. Maskulin
Feminin (J. Nicholson)
Otak-kiri logis
Otak kanan intuitif (H. Alder)
Kotak dan segitiga
Lingkaran dan garis bergelombang (S. Dellinger)
S dan C tinggi
D dan I tinggi (profil DISC)
Bagian akademik
Kegiatan Kreatif (G. Dryden)


3. Mengenali Gaya Belajar Peserta Didik
1.    Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa
Guru masa kini tahu bahwa berbagai cara dimana para siswa belajar sangat bervariasi. Seoarang siswa memiliki kekuatan dan kelemahan tertentu yang dapat dibangun dan ditingkatkan melalui pengajaran yang efektif. Pelajaran berbasis proyek dengan teknologi adalah cara yang tepat untuk menggunakan kekuatan siswa untuk membantunya menjadi pemikir yang lebih baik dan pelajar yang lebih mandiri.
Berbagai tugas proyek yang mengijinkan siswa untuk menggunakan gaya belajarnya sendiri bagaimanapun bukan jalur langsung menuju pemikiran tingkat tinggi. Adalah mungkin untuk membuat berbagai produk yang mencerminkan pemikiran yang dangkal. (Ennis, 2000). Bagaimanapun, berbagai factor yang memotivasi berasosiasi dengan pilihan saat gaya belajar individu dibahas dalam proyek, menyarankan bahwa mengajarkan kecakapan berpikir dalam konteks gaya belajar individu meningkatkan kemungkinan bahwa para siswa akan mempelajarinya.
Penggunaan teknologi dalam proyek juga memberikan berbagai kesempatan bagi siswa untuk membuat berbagai pilihan tentang bagaimana mereka mereka belajar, mengijinkan mereka untuk mengambil keuntungan dari berbagai kekuatan gaya belajar mereka. Menggunakan software dan hardware untuk membuat video, slide shows, publikasi dan komposisi musik dapat membantu para siswa mempelajari berbagai kecakapan berpikir dan subyek isi masalah dalam berbagai cara yang mengakui berbagai bakat dan minat mereka.
Kita telah memahami bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungannya dengan kita akan merasa dirugikan. Inilah yang disebut dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak jiwa (mental) anak dan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi dimasa mendatang. Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya mengenali gaya belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan dalam proses pembelajaran.

2.      Mengetahui Cara Belajar Siswa
Dalam praktiknya juga tidak mudah mengetahui gaya belajar siswa. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar siswa,
Cara pertama: menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.
Cara kedua: Dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.
 Cara ketiga: Dengan metode pembelajaran menggunakan praktik atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka miliki.
Cara keempat: Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktik langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir. Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktikkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.
 Cara Kelima: Dengan melakukan survey atau test gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun test ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan test tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau test psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa.
Menurut Don Schuster, profesor di lowa State University, sistem pengajaran yang revolusioner jelas mampu mempercepat proses belajar dengan cara:
1)      Menggunakan sugesti-sugesti yang seperti iklan untuk menghindari penghalang-penghalang umum dari proses belajar cepat;
2)      Membuat siswa merasa santai dan menjadikan proses belajar menyenangkan;
3)      Menjadikan pembelajaran yang secara dramatis mampu membantu siswa membuat perumpamaan yang nyata;
4)      Mengulang pelajaran dengan cara yang tenang diiringi musik barok yang ritmis.
3.      Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda
Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka. Bagaimana kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka masing-masing?
Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
1)      Biarkan mereka duduk di bangku paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis,
2)      Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu,
3)      Putarkan film,
4)      Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan,
5)      Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar,
6)      Tulis ulang apa yang ada di papan tulis,
7)      Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan,
8)      Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna,
9)      Beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat dengan aneka warna.
Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa adalah:
1)      Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll),
2)      Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras,
3)      Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka, membuat diskusi kelas,
4)      Menggunakan rekaman,
5)      Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata,
6)      Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran,
7)      Belajar berkelompok.
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan kinestetik, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut :
1)      Gunakan selalu alat bantu visual/alat peraga/media yang bisa dilihat, diraba, dimanipulasi siswa saat mereka belajar agar merangsang rasa ingin tahu siswa
2)      Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas
3)      Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap
4)      Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas
5)      Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret

4.      Hubungan antara gaya belajar peserta didik dengan hasil belajar peserta didik
Hasil belajar peserta didik berkaitan dengan pencapaian peserta didik dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Tujuan yang direncanakan ini bisa berupa nilai semester atau nilai ulangan harian. Namun bukan hanya sekedar nilai semester atau nilai ulangan harian melainkan perubahan tingkah laku (dari ketidak-tahuan) peserta didik. Hasil belajar ini terjadi karena evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Guru sebagai seseorang yang mengevaluasi hasil belajar peserta didik sebaiknya melakukan perubahan jika hasil evaluasi menunjukkan hasil yang kurang baik. Ada banyak strategi yang dapat dilakukan pendidik dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, diantaranya :
·         Untuk peserta didik yang menonjol tipe visual
a.       Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b.      Gunakan warna untuk hal-hal penting.
c.       Ajak peserta didik untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d.      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e.       Ajak peserta didik untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
·         Untuk peserta didik yang menonjol tipe auditory
a.       Ajak peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di  dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b.      Memotivasi peserta didik untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c.       Gunakan musik untuk mengajarkan peserta didik.
d.      Diskusikan ide dengan peserta didik secara verbal.
e.       Biarkan peserta didik merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan memotivasi peserta didik untuk mendengarkannya sebelum tidur.
·         Untuk peserta didik yang menonjol tipe kinestik :
a.       Jangan paksakan peserta didik untuk belajar sampai berjam-jam.
b.      Ajak peserta didik untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya:saat mempelajari materi statistic, peserta didik diajak untuk mengamati   kendaraan roda empat yang melintas dalam waktu 30 menit, setelah pengamatan selesai pendidik bisa menanyakan berapa kendaraan yang melintas apabila waktu yang digunakan hanya 5 menit, nah disini peserta didik mengetahui konsep rata-rata suatu data).
c.       Gunakan warna terang untuk hal-hal penting dalam bacaan. Cocok atau tidaknya antara gaya belajar  peserta didik dengan gaya pengajaran yang dilakukan oleh pendidik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
5.      Implementasi gaya belajar dalam pembelajaran
Pada dasarnya karakter siswa yang satu berbeda dengan siswa lainnya dan kemampuan tiap anak dalam menguasai serta memahami suatu bahan pelajaran berbeda-beda pula. Dalam hal ini siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara belajar dan hasil belajar. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran yaitu dengan memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara pengelompokan berdasarkan gaya belajar.
Dalam proses pembelajaran di kelas, hendaknya guru tidak hanya memperhatikan strategi dalam mengajarnya saja tapi juga memperhatikan perbedaan karakteristik masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat mengarahkan mereka untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki sehingga dapat dengan mudah menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Upaya yang dapat dilakukan pengajar adalah memperhatikan gaya belajar siswa dengan cara pengelompokan berdasarkan gaya belajar.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pengajar adalah memperkenalkan siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri dengan mempergunakan angket gaya belajar, kemudian setelah guru menganalisisnya, hasil angket disampaikan kepada siswa dan mereka dianjurkan mengambil langkah-langkah belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya.
Guru memberikan pembelajaran yang beragam sehingga mengakomodasi ketiga jenis gaya belajar, yang harus dilakukan guru terhadap siswa yaitu:
1.      Siswa gaya belajar visual  :
a.       Memberikan pembelajaran dengan menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu berupa slide, film, gambar ilustrasi, catatan, coretan-coretan, dan kartu gambar dengan warna warni menarik yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
b.      Dorong siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan simbol/warna.
c.       Gunakan salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa selanjutnya siswa mendefinisikan dengan bahasanya sendiri.
d.      Gunakan gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran.
e.       Pergunakan setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai sumber pembelajaran.

2.      Siswa gaya belajar auditorial :
a.       Menerapkan pembelajaran dengan berdiskusi kelompok dan menjelaskan pokok bahasan dengan panjang lebar yang kemudian oleh siswa diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami, atau siswa dapat juga menggunakan tape perekam yang digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau penjelasan guru untuk kemudian di dengar kembali.
b.      Variasikan vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume suara, ataupun kecepatannya.
c.       Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan (jelaskan berulang-ulang).
d.      Tutor sebaya.
e.       Sekali-kali, ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan, pendiktean, diskusi, atau rekaman audio yang bisa didengar siswa.
f.       Selingi dengan musik.



3.      Siswa gaya belajar kinestetik :
a.       Memberikan pembelajaran dengan cara selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
b.      Belaar melalui pengalaman dengan menggunakan model atau alat peraga, belajar di
c.       Menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.
d.      Saat membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di samping siswa.
e.       Buat aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas.
f.       Peragakan konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap.
g.      Biasakan berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas.
h.      Gunakan drama/simulasi konsep secara konkret.

Sebaiknya guru dapat melayani semua siswa dengan ketiga gaya belajar tersebut. Guru membantu setiap siswa untuk melibatkan seluruh gaya belajar yang dimilikinya, karena dengan melibatkan seluruh gaya belajar tersebut akan dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang diterimanya. Pada pembelajaran ini, guru akan mengalami kerepotan di awal pembelajaran pada saat menyiapkan bahan ajar karena guru harus bisa melayani keperluan siswa sesuai gaya belajarnya. Hal ini berarti guru harus menyampaikan bahan ajar dengan cara yang bervariasi. Jika bahan ajar disampaikan sesuai dengan jenis gaya belajar maka siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Contoh yang dapat diaplikasikan dalam merangsang ketiga gaya belajar adalah sumber belajar untuk siswa (bahan ajar dan LKS) dan instrumen pembelajaran disesuaikan dengan ketiga gaya belajar. Selain itu dapat juga dengan cara guru menugaskan setiap siswa, misalnya bagi siswa visual dapat diberikan tugas/proyek untuk membuat peta pikiran atau bisa juga membuat power point tentang materi yang akan dipelajari. Bagi siswa auditorial dapat ditugaskan membuat rekaman suara (berupa nyanyian) tentang materi yang akan dipelajari. Bagi siswa kinestetik, guru dapat menugaskan kepada mereka untuk membuat ringkasan mengenai percobaan tentang materi yang akan dipelajari.
Aktivitas-aktivitas yang berbeda memerlukan cara berpikir yang berbeda pula, jadi keuntungan untuk mengetahui dominasi otak adalah cara dominan yang mana yang dapat dilakukan dan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan cara berpikir yang lain. Siswa yang berbakat tampaknya dapat belajar dengan cara yang sama baik secara visual, auditorial, dan kinestetik. Mereka lebih seimbang dalam mengunakan belahan otak kanan dan otak kiri.
Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar dan berhubungan dengan temannya dengan mengembangkan gaya belajar yang paling tidak disukai. Siswa visual dapat mengembangkan cara-cara auditorial dan kinestetik dengan berbicara mengenai berbagai hal dan melakukannya dengan gerakan tubuh. Misalnya setelah menghadiri suatu seminar, siswa visual menceritakan kepada temannya secara terperinci dengan menggunakan tangan dan tubuhnya untuk menekankan hal-hal dan informasi penting.
Siswa auditorial, menunggu sampai seminar selesai kemudian membuat peta pikiran dari informasi yang ditangkap, dengan menggunakan beraneka macam warna, simbol, dan grafik. Seperti orang-orang visual, siswa juga dapat mengembangkan cara kinestetik dengan melakukan konsep-konsep kunci dengan gerakan tubuh atau dengan benar-benar membentuk model untuk mendemonstrasikannya, kalau ini memungkinkan.
Siswa kinestetik, juga dapat membuat peta pikiran dari materi yang didapatkan dan menarik gambaran dari hal tersebut (siswa kinestetik suka menggambar) untuk mengembangkan gaya visual siswa. Lalu berbicara dengan suara keras, dengan mengatur atau mengubah-ubah nada dan keras suara untuk menekankan bagian-bagian penting dan mencoba untuk berbicara dengan irama.



DAFTAR PUSTAKA
Adi Gunawan, Genius Lesrning. 2004. Strategy Petunjuk Proses Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi dan Mike Henarcki. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta:  PT Rineka Cipta.
Ennis, R. H. (2000). Goals for a critical thinking curriculum and its assessment. In A. L. Costa (Ed.), Developing minds: A resource book for teaching thinking, (pp. 44-46). Alexandria, VA: ASCD.
Prashnig, Barbara. 2007. The Power of Learning Styles. Bandung: Kaifa.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wiyono, Ketang dan Abidin Pasaribu. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran.
Indralaya : Universitas Sriwijaya.

Diah. 2012. Macam-macam Gaya Belajar. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-gaya-belajar-karakteristik.html (online) diakses pada 18 November 2014
Gusrayani, diah. Gaya Belajar Siswa.  http://file.upi.edu/Direktori/KD-ZMEDANG/197808222005012003-DIAH_GUSRAYANI/Buku_Ajar_BI/bab2-gaya_belajar_siswa.pdf (online) diakses pada 19 November 2014
HR, Mansur. 2014.  Mengenal Gaya Belajar Peserta Didik. http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/259_MENGENAL%20GB%20PESERTA%20DIDIK.pdf (online) diakses pada 19 November 2014
Anonim. Gaya Belajar. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/GAYA%20BELAJAR.pdf (online) diakses pada 19 November 2014
Sudarno. Tahun. Mengenali Gaya Belajar Siswa Untuk Menciptakan Suasana Pembelajaran Yang Kondusif Dan Menyenangkan. http://guraru.org/guru-berbagi/mengenali_gaya_belajar_siswa_untuk_menciptakan_suasana_pembelajaran_yang_kondusif_dan_menyenangkan/ (online) diakses pada 18 November 2014
Handayani , Arini. 2014. Gaya Belajar. http://sdplusalamin.wordpress.com/2014/05/08/gaya-belajar/. (online) diakses pada 20 Januari 2015


DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...