MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR
BEHAVIORISME
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurursan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015
TEORI BELAJAR
BEHAVIORISME
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek-aspek mental. Denga kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia
merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Teori belajar behaviorisme sangat menekankan
perilakau atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya
molekul-molekul.
Pandangan Belajar Menurut Teori Behaviorisme
Para
penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman
tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah
laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran karena tidak
dapat dilihat. Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati
secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (Semiawan,
2002:3). Menurut aliran psikologi ini proses belajar lebih dianggap sebagai
suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang
terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.
Sebagaimana
pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme juga melihat
bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku. Ciri yang paling
mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
adalah berdasarkan paradigma S-R (Stimulus
Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap
sesuatu yang datang dari luar.
Proses
S-R ini terdiri dari beberapa unsur dorongan (drive). Pertama seseorang
merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Kedua, rangsangan atau stimulus.
Kepada seseorang diberikan stimulus yang akan menyebabkannya memberikan
respons. Ketiga, adalah respons, di
mana seseeorang akan memberikan reaksi atau respons
terhadap stimulus yang diterimanya dengan melakukan suatu tindakan yang
dapat diamati. Keempat, unsur penguatan atau reinforcement, yang perlu diberikan kepada seseorang agar ia
merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.
Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah belajar apabila ia telah
dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting
adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Mengajar
menurut pandangan ini yaitu memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar bukan
menggali makna. Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan
pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari.
Masalah Belajar dan Pembelajaran dalam
Teori Behaviorisme
Masalah
belajar dan pembelajaran dalam teori ini ada dua masalah yaitu:
1.
Ketaatan
kepada peraturan dipandang sebagai suatu penentu keberhasilan, jadi dapat
diartikan jika kita tidak taat dan patuh terhadap aturan maka kita tidak akan
berhasil.
2.
Kontrol
belajar dipegang oleh sistem diluar diri pelajar atau peserta didik tersebut.
Seharusnya pengendalian belajar itu dilakukan oleh peserta didik atau pelajar
itu sendiri bukan tergantung sama yang lain.
Prinsip-Prinsip Teori Behaviorisme
1.
Reinforcement and punishment
Menambahkan ataTu mengurangi rangsangan
2.
Primary and Secondary
Kebutuhan pokok, rangsangan dari
asumsi seseorang
3.
Schedules of reinforcement
Rangsangan secara terjadwal
4. Contingency management
Berhubungan dengan kesehatan mental
5. Stimulus control in operant learning
Mengendalikan rangsangan untuk
menghasilkan perilaku yang diharapkan
6. The elimination of responses
Penghapusan perilaku yang tidak
diinginkan.
Pada intinya, teori behaviorisme adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa suatu proses pembelajarn terjadi bila adanya stimulus. Pada
teori behaviorisme tujuannya adalah mencptakan stimulus respon
sebanyak-banyaknya.
Tokoh-Tokoh Aliran Teori
Behaviorisme Beserta Teori Teorinya
1. Teori
Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
Menurut
Thorndike dasar dari belajar adalah Trial
dan Error atau secara aslinya
disebut sebagai learning by selecting and
connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya
dengan Puzzle Box. Atas dasar
pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, Thorndike sampai pada
kesimpulan bahwa hewan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa
sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan
percobaan itu sama, yaitu apabila hewan percobaan, dalam hal ini kucing yang
digunakan dan dihadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam
eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering disebut
dengan hukum primer dalam belajar.
a) Hukum Kesiapan
(Law of Readiness)
Apabila
suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya
apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan
terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan
membentuk asosiasi (connection)
antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
b) Hukum Latihan
(Law of Exercise)
Artinya
bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dipakai dan akan semakin
berkurang apabila tidak digunakan. Prinsip Law
of Exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang)
dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan
melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
c) Hukum Akibat
(Law of Effect)
Hukum
akibat yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini
menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan.
Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan
lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi
belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku dari kegiatan
belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak
kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati. Namun demikian,
teorinya telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh
lain yang datang kemudian. Teori Thorndike ini disebut juga sebagai aliran
Koneksionisme (Connectionism).
2. Teori
Belajar Menurut Ivan Petrovich Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849
di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi
seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari
Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi.
Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan.
Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology
behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands
(1902) dan
Conditioned Reflexes(1927).
Classic
conditioning (pengkondisian
atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Teori ini didasarkan atas reaksi sistem
tak terkontrol didalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh
sisrem urat syaraf otonom serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari
luar.
Stimulus
tidak terkontrol Respons tidak terkontrol
(US) (UR)
Stimulus
tidak terkontrol atau tidak terkondisi (US) merupakan stimulus yang secara
biologis dapat menyebabkan adanya respons dalam bentuk refleks (UR). Disini
respons dapat terbentuk tanpa adanya proses belajar.
Classic conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannnya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov
dan ahli yang lainnya tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme,
dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran
mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu.
Pengkondisian
klasik adalah tipe pembelajaran di mana organisme belajar untuk mengaitkan atau
mensosialikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik stimulus netral diasosiasikan
dengan stimulus bermakna dan menghasilkan kapasitas untuk menghasilkan respon
yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik oleh Pavlov harus memahami
dua tipe stimuli dan dua tipe respon: Uncontioned
stimulus, Unconditioned respon, Conditioned stimulus, Conditioned respon.
Dari
eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
a) Law of Respondent Conditioning
Yakni,
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
stimulan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
b)
Law of Respondent Extinction
Yaitu,
hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
3. Teori
Belajar Menurut Watson
Watson
adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike.
Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal
tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak
dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
Watson adalah
seseorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur.
Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan
perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah sesorang melakukan tindak
belajar. Para tokoh behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal
yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan
mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal
itu penting.
4. Teori
Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga
menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang
dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua
fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup
manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul dapat
bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak
digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan
teorinya. Namun teori ini masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen
di laboratorium.
5. Teori
Belajar Menurut Edwin Guthrie
Demikian
juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variable hubungan stimulus dan
respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa
stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis
sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dijelaskan bahwa hubungan
antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu
dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus
agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan,
agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan
berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
perana penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun setelah Skiner
mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi
dipentingkan dalam belajar.
6. Teori
Belajar Menurut Burrhus Frederic Skinner
Seperti halnya kelompok penganut psikologi
modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah
laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior
of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori
operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan
yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of
Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam
jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori
oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal
sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.
Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa
hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan
latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag
tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (
penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang
telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi
dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung
makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir
listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan.
Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia
menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara
bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini
disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan
burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1.
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar.
3.
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.
Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5.
dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan
aktifitas sendiri.
6.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi
hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel
Rasio rein forcer.
7.
Dalam pembelajaran digunakan shaping.
Skinner
dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. namun apa yang mereka sebut dengan
penguat negatif (negative reinforcement)
cenderung membatasi siswa untuk bebas berpikir dan berimajinasi. Menurut
Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. namun, ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1.
Pengaruh hukuman
terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2.
Dampak psikologis yang
buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila
hukuman berlangsung lama.
3.
Hukuman mendorong si
terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari
hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan
hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.
7. Teori
Belajar Menurut Robert Gagne
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang
terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam
instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia
kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori
Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai
Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal
pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan
paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam
hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang
harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks (belajar SR, rangkaian SR,
asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar
yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan
masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi
stimulus respon.
8. Teori
Belajar Menurut Albert Bandura
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di
Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia
seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial
serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar
observasi adalah:
1.
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan
karakteristik pengamat.
2.
Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode
pengkodean simbolik.
3.
Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik,
kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan
penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga
harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip prinsip
sebgai berikut:
1.
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan
diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku
secara simbolik kemudian melakukannya.
2.
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru
jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru
jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai
nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi,
teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar
sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana
memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi
dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara
massal.
Karateristik Teori Belajar Behaviorisme
1.
Mengutamakan unsur-unsur/ bagian-bagian kecil
2.
Bersifat mekanistis
3.
Menekankan peranan lingkungan
4.
Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5.
Mementingkan pentingnya latihan
6.
Pemecahan masalah dengan trial and error
Teori Koneksionisme mendasari behaviorisme (Thorndike)
1.
Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah hubungan antara
perangsang dan jawaban
2. Belajar adalah pembentukan stimulus
respon sebanyak-banyaknya.
3. Pembentukan stimulus respons melalui
latihan
4. Herbartisme (psikologi daya)
Artinya
bahwa teori belajar behaviorisme yang pada dasarnya adalah suatu proses belajar
dengan stimulus dan respon lebih mengutamakan suatu unsur-unsur kecil, yang
bersifat umum, bersifat mekanistis, peran lingkungan dapat memengaruhi suatu
proses belajar. Dengan adanya stimulus respon, maka stimulus dan respon
tersebut perlu dilakukan secara berulang-ulang atau dengan kata lain disebut
dengan latihan serta pemecahan masalah dengan trial and error memilki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada berbagai respons terhadap
situasi
3. Ada eliminasi respons-respons
terhadap situasi
4. Ada kemajuan rekasi-reaksi mencapai
tujuan dari penelitiannya
Dalam hal ini berarti bahwa teori
belajar behaviorisme yang menguunakan pemecahan masalah dengan trial
and error tersebut adalah suatu cara pemecahan masalah dengan
menggunakan konsep respon yang berhubungan juga dengan lingkungan, dengan kata
lain, lingkungan sangat berperan dalam hal ini.
Aplikasi Teori Behaviorisme dalam
Pembelajaran
Aliran
psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
prakek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau
perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement,
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa
diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami
oleh murid.
Aplikasi
teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a . Aplikasi
Teori Pavlov
Contohnya
yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap
murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang
ditunjukkan gurunya.
b. Aplikasi Teori Thorndike
1. Sebelum guru dalam
kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu.
Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
2. Guru mengadakan
ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
3. Guru memberikan
bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga
memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru
mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan
dinilai sesegera mungkin.
Selain
itu, penerapan teori behavioristik adalah dengan pemberian bahan pembelajaran
dalam bentuk utuh kepada peserta didik, hasil belajar segera disampaikan kepada
peserta didik, proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar, dan
materi pelajaran digunakan sistem modul.
Tujuan Pembelajaran Teori
Behaviorisme
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada buku/teks/ buku wajib dengan penekanan pada
keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/ buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test.
Evaluasi hasil belajar menuntu satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa
menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugasnya belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan siswa secara individual.
Adapun tujuan pembelajaran teori
behaviorisme antara lain:
1.
Berkomunikasi atau
transfer perilaku adalah penggambar pengetahuan dan kecakapan peserta didik,
tidak mempertimbagka proses mental.
2.
Pengajaran adalah
untuk memeproleh keinginan respon dari peserta didik yang dimunculkan dari
stimulus,
3.
Peserta didik harus
mengenali bagaimana mendapatka respon sebaik mungkin pada kondisi respon
diciptakan.
4.
Peserta didik
memperoleh kecakapan berbeda.
Desain
Pembelajaran Dalam Teori Behaviorisme
Desain-desainnya:
1.
Siswa harus
diberitahu secara eksplisit tujua belajar sehingga mereka dapat merencanakan
dan menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan dari pembelajaran.
2.
Peserta didik harus
diuji apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran atau tidak. Tes
dilakukan untuk mengecek tingkat pencapaian pembelajaran dan untuk memberi
umpan balik yang tepat.
3.
Materi belajar
harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatka belajar. Urutan dapat dimulai
dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang
tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.
4.
Pembelajar harus
diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana melakukan
tindakan koreksi jika diperlukan.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Secara
umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam
merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1.
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran.
2.
Menganalisis lingkungan
kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal (entry behavior)
siswa.
3.
Menentukan materi
pelajaran.
4.
Memecah materi
pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok
bahasan, topik, dsb.
5.
Menyajikan materi
pelajaran.
6.
Memberikan stimulus,
dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau
tugas-tugas.
7.
Mengamati dan mengkaji
respons yang diberikan siswa.
8.
Memberikan
penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif),
ataupun hukuman.
9.
Memberikan stimulus
baru.
10.
Mengamati dan mengkaji
respons yang diberikan siswa.
11.
Memberikan penguatan
lanjutan atau hukuman.
12.
Demikian seterusnya.
13.
Evaluasi hasil belajar.
Penerapan Teori Behaviorisme dalam
Pembelajaran Fisika
Berikut
ini adalah kajian teori behavioristik dan kemudian mengidentifikasi beberapa
prinsip behavioristik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika.
a) Conditioning (Pengkondisian)
Penerapan konsep
pengkondisian pada proses pembelajaran fisika. Sebagai contoh:
1. Quiz
di akhir pertemuan sebagai stimulus terkondisi adalah proses belajar mengajar
selama satu kali pertemuan dan tanggapan siswa adalah persiapan untuk quiz. Hal
ini tentunya sangat membantu proses dan hasil belajar siswa, sebab siswa
tentunya pada proses belajar mengajar serius memperhatikan materi ajar sebagai
persiapan quiz.
2. Ujian
harian perbab (satu pokok bahasan materi) stimulus terkondisi: proses belajar
mulai dari awal pokok bahasan satu materi ajar. Tanggapan siswa: persiapan
mengikuti ujian harian perbab, melalui proses belajar mengajar selama satu
pokok bahasan.
b) Koneksionisme
Penerapan konsep koneksionisme pada proses pembelajaran fisika sebagai
contoh Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengerjakan soal dipapan tulis,
jika salah maka ada kesempatan berikutnya , jika benar maka siswa tersebut
memperoleh nilai dari guru.
c) Operant Conditioning
B.F. Skinner, mengajukan satu tingkat perilaku yang dikontrol oleh
stimulus yang dengan segera diikuti oleh tindakan. Skinner menamai hal
tersebut sebagai perilaku operant karena
stimulus tersebut beroperasi pada lingkungan untuk mendapatkan penguatan.
Menurut Skinner dan pakar behavioristik lainnya, perilaku operant harus
dbedakan dari perilaku tanggapan, perilaku tanggapan melibatkan otot dan
kelenjar, termasuk refleksi semacam keluarnya air liur, penskresian makanan
dalam lambung dan peningkatan otot yang dikendalikan secara
sadar dan pemecahan masalah.
Kekurangan dan Kelebihan Teori
Behaviorisme
Kekurangan:
Siswa menjadi terbiasa diberikan stimulus. Dalam hal ini,
jika stimulus ditiadakan, atau guru tidak memberikan stimulus, maka tidak akan ada respons, suatu proses
pembelajaran tidak berlangsung dengan baik. Dengan adanya stimulus, menjadikan
siswanya ketergantungan untuk diberikan stimulus oleh gurunya. Karena dalam hal ini, pembelajaran
siswa terpusat pada guru. Hingga akhirnya, hanya berorientasi pada hasil
yang bisa diukur saja.
Kelebihan:
Dengan adanya stimulus respon sebanyak-banyaknya dalam suatu
proses pembelajaran, maka suatu proses pembelajaran tersebut menjadikan
siswanya aktif dalam kegiatan belajar. Siswanya menjadi termotivasi untuk
mengerjakan suatu tugas yang diberikan oleh guru jika dalam pemberian
stimulusnya, siswa diberikan suatu reward. Dalam hal ini juga, dengan adanya
stimulus, dapat melatih kecepatan, kelenturan atau fleksibilitas, spontanitas,
refleks, dan daya tahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Patimah. 2013. Resume Teori Belajar dan Pembelajaran.
Online, tersedia: http://patimahahmad.blogspot.com/2013/11/resume-teori-belajar-behaviorisme.html
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Juniarso, Triman. 2008. Teori Belajar Behaviorisme.
Online, tersedia:https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/teori-belajar-behavioristik.doc
Pendidikan Fisika 2013. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran.
Indralaya.
Wikipedia. 2014. Teori Belajar Behaviorisme.
Online,tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
No comments:
Post a Comment