Saturday 31 October 2015

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN - HAKIKAT MAKNA, ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN



MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
HAKIKAT MAKNA, ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN





Program Studi Pendidikan Fisika
Jurursan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015



HAKIKAT MAKNA, ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

A.      Defenisi Belajar
                        Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam materi pembelajaran, sebaiknya mengetahui lebih dulu tentang hakikat belajar Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa defenisi.
a)    Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan, “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang”.
b)   Gagne(1977)  mengemukakan “ belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebeum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
c)    Morgan (1978) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
d)   Witherington  mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan,sikap,kebiasaan,kepandaian atau suatu pengetian”.
            Dari defenisi-defenisi yang telah dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu :
a)    Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
b)   Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman
c)    Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap
d)   Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

B.               Definisi pembelajaran
                        Menurut pendapat Gagne (1981), pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi lain, pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dalam pengertian lain,pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya. Dalam teori pembelajaran dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis didalam pembelajaran dan bagaimana menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran sehari-hari (Snelbacker, 1974).
       Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas,2003:7). Oleh karena itu, ada lima jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran,yaitu :
1). Interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2). Interaksi antarsesama peserta didik atau antar sejawat
3). Interaksi peserta didik dengan narasumber
4).Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan
5).Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Miarso, 2008: 3)
                        Secara implisit,di dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,menetapkan,dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan cara mengoorganisasikan isi pembelajaran,menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran (Sutikno,2007:50). Sedangkan Lindgren (1976) menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran mencakup tiga aspek,yaitu peserta didik,proses belajar,dan situasi belajar.
                        Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

C.      Komponen-Komponen Pembelajaran
1.    Tujuan
     Secara eksplisit tujuan pembelajaran yang diupayakan adalah instructional effect, biasanya berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimaksudkan untuk mempermudah dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat diharapkan setelah PBM (Proses Belajar Mengajar) akan memeperoleh hasil belajar dan dampak pengiring berupa kesadaran akan sifat, pengetahuan, tenggang rasa, kecermatan dalam bahasa, dsb.
2.    Subyek Belajar
     Merupakan komponen utama, karena berperan sebagai subyek dan obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan PBM. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
3.    Materi pelajaran
     Merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran dalam system pembelajaran disusun dalam silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan buku sumber.
4.    Strategi Pembelajaran
     Adalah pola umum untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diykini efektivitsnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menentukan dalam strategi pemblajaran yang tepat, pendidik harus mempertimbangkan tujuan, karakteristik peserta didik, materi pelajaran supaya berfungsi secara maksimal.
5.    Media Pembelajaran
     Alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajarn untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Berfungsi untuk meningkatkan peranan strategi pembelajran yang merupakan komponen pendukung dalam strategi pembelajran disamping komponen metode.
6.    Penunjang
Berupa fsilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadanya proses pembelajaran

D.      Asas Pembelajaran
                        Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUR 1 No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1). Ada empat belas asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1)   Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak:
       non-diskriminasi,
       kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child),
       hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop),
       hak atas perlindungan (right to protection),
       penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2)   Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3)   Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4)   Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5)   Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6)   Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan:
       yang saya dengar, saya lupa;
       yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat;
       yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami;
       yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan
       yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7)  John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal:
       mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri,
       memberikan contoh,
       mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi,
       melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain,
       menggunakannya dengan beragam cara,
       memprediksikan sejumlah konsekuensinya,
       menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8)   Ada sembilan konteks yang melingkupi siswa dalam belajar
       tujuan,
       isi materi,
       sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan),
       target siswa (siapa yang akan belajar),
       guru,
       strategi pembelajaran,
       hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur),
       kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan),
       lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9)   Kata kunci pembelajaran agar bermakna
       real-world learning,
       mengutamakan pengalaman nyata,
       berpikir tingkat tinggi,
       berpusat pada siswa,
       siswa aktif, kritis, dan kreatif,
       pengetahuan bermakna dalam kehidupan,
       dekat dengan kehidupan nyata,
       perubahan perilaku,
       siswa praktik, bukan menghafal,
       learning, bukan teaching,
       pendidikan bukan pengajaran,
       pembentukan manusia,
       memecahkan masalah,
       siswa acting, guru mengarahkan,
       hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10) Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11) Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12) Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13) Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14) Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.

E.       Prinsip pembelajaran
                        Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.   Perhatian dan motivasi
                             Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
                             Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a)   Motif intrinsik.
     Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b)    Motif ekstrinsik.
     Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
     Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
2.   Keaktifan
                 Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah.Menurut  teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
                 Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.    Keterlibatan langsung/berpengalaman
                             Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4.   Pengulangan
                             Menurut  teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
                             Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5.   Tantangan
                             Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu  dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
                             Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6.   Balikan dan penguatan
                             Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7.   Perbedaan individu
                             Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
     Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
·         Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
·         Penggunaan metode instruksional
·         Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
·         Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
                             Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Dari berbagai prinsip pembelajaran yang telah dijabarkan, masih teradapat beberapa prinsip pembelajaran dari berbagai teori belajar, seperti:

Ø  Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori behaviorisme adalah :
a)      Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku
b)      Menggunakan prinsip penguatan,yaitu untuk mengidentifikasi aspek paling diperlukan dalam pembelajaran dan untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran
c)      Mengidentifikasi karakteristik peserta didik,untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran
d)     Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran
Ø  Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori kognitivisme adalah :
a)      Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
b)      Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
c)      Menekankan pada pembentukan pola pikir peserta didik
d)     Berpusat pada cara peserta didik mengingat,memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
e)      Menekankan pada pengalaman belajar,dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam peserta didik
f)       Menerapkan reward and punishmen
g)      Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
Ø  Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah :
a)      Membangun interpretasi peserta didik berdasarkan pengalaman belajar
b)      Menjadikan pembelajaran sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan tidak hanya sebagai proses komunikasi pengetahuan
c)      Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk pemecahan masalah
d)     Pembelajaran bertujuan pada proses pembelajaran itu sendiri,bukan pada hasil pembelajaran
e)      Pembelajaran berpusat pada peserta didik
f)       Mendorong peserta didik dalam mencapai tingkat berfikir yang lebih tinggi

F.       Tujuan pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri merupakan sumber utama tujuan bagi para peserta didik dan dia harus mempu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur. Suatu tujuan pembelajaran sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi bermain peran.
2.      Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
3.      Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.
 

No comments:

Post a Comment

DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...