MODUL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
HAKIKAT MAKNA, ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN
PEMBELAJARAN
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurursan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014/2015
HAKIKAT MAKNA, ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN
PEMBELAJARAN
A.
Defenisi
Belajar
Sebelum melangkah
lebih jauh ke dalam materi pembelajaran, sebaiknya mengetahui lebih dulu
tentang hakikat belajar Sebagai landasan
penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa defenisi.
a) Hilgard
dan Bower (1975) mengemukakan, “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang”.
b) Gagne(1977) mengemukakan “ belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebeum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
c) Morgan
(1978) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”.
d) Witherington mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan
di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada
reaksi yang berupa kecakapan,sikap,kebiasaan,kepandaian atau suatu pengetian”.
Dari defenisi-defenisi yang telah
dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar yaitu :
a) Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
b) Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman
c) Untuk
dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap
d) Tingkah
laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis.
B.
Definisi pembelajaran
Menurut
pendapat Gagne (1981), pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal
peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa
belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi lain, pembelajaran
adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan
upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dalam pengertian
lain,pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.
Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan
belajar pada para peserta didiknya. Dalam teori pembelajaran dibicarakan
tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk memecahkan masalah-masalah praktis
didalam pembelajaran dan bagaimana menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat
dalam pembelajaran sehari-hari (Snelbacker, 1974).
Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas,2003:7).
Oleh karena itu, ada lima jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam proses
belajar dan pembelajaran,yaitu :
1).
Interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2).
Interaksi antarsesama peserta didik atau antar sejawat
3).
Interaksi peserta didik dengan narasumber
4).Interaksi
peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan
5).Interaksi
peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Miarso, 2008:
3)
Secara
implisit,di dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,menetapkan,dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan
berkaitan dengan cara mengoorganisasikan isi pembelajaran,menyampaikan isi pembelajaran
dan mengelola pembelajaran (Sutikno,2007:50). Sedangkan Lindgren (1976)
menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran mencakup tiga aspek,yaitu peserta
didik,proses belajar,dan situasi belajar.
Pembelajaran
yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas
pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar
yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
C.
Komponen-Komponen
Pembelajaran
1. Tujuan
Secara eksplisit tujuan pembelajaran yang
diupayakan adalah instructional effect, biasanya berupa kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimaksudkan untuk mempermudah dalam menentukan kegiatan
pembelajaran yang tepat diharapkan setelah PBM (Proses Belajar Mengajar) akan
memeperoleh hasil belajar dan dampak pengiring berupa kesadaran akan sifat,
pengetahuan, tenggang rasa, kecermatan dalam bahasa, dsb.
2. Subyek
Belajar
Merupakan komponen utama, karena berperan
sebagai subyek dan obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu
yang melakukan PBM. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
3. Materi
pelajaran
Merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran, karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari
kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran dalam system pembelajaran disusun dalam
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan buku sumber.
4. Strategi
Pembelajaran
Adalah pola umum untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang diykini efektivitsnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk menentukan dalam strategi pemblajaran yang tepat, pendidik harus
mempertimbangkan tujuan, karakteristik peserta didik, materi pelajaran supaya
berfungsi secara maksimal.
5. Media
Pembelajaran
Alat/wahana yang digunakan pendidik dalam
proses pembelajarn untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Berfungsi
untuk meningkatkan peranan strategi pembelajran yang merupakan komponen
pendukung dalam strategi pembelajran disamping komponen metode.
6. Penunjang
Berupa fsilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadanya proses pembelajaran
Berupa fsilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadanya proses pembelajaran
D. Asas Pembelajaran
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUR 1 No. 2
Tahun 1989, Bab I, Pasal 1). Ada empat belas asas pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif.
Keempat belas asas tersebut adalah:
1) Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak
anak:
•
non-diskriminasi,
•
kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child),
•
hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to
develop),
•
hak atas perlindungan (right to protection),
•
penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2) Belajar bukanlah konsekuensi otomatis
dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3) Belajar memerlukan keterlibatan mental
dan kerja siswa sendiri.
4) Yang bisa membuahkan hasil belajar yang
langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5) Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan
baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya
dengan orang lain.
6) Aktivitas pembelajaran pada diri siswa
bercirikan:
•
yang saya dengar, saya lupa;
•
yang saya dengar dan lihat, saya
sedikit ingat;
•
yang saya dengar, lihat, dan
pertanyakan atau diskusikan dengan
orang lain, saya mulai pahami;
•
yang saya dengar, lihat, bahas, dan
terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan
•
yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7) John Holt (1967) proses belajar akan meningkat
jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal:
•
mengemukakan kembali informasi
dengan kata-kata sendiri,
•
memberikan contoh,
•
mengenalinya dalam bermacam bentuk
dan situasi,
•
melihat kaitan antara informasi itu
dengan fakta atau gagasan lain,
•
menggunakannya dengan beragam cara,
•
memprediksikan sejumlah
konsekuensinya,
•
menyebuitkan lawan atau
kebalikannya.
8) Ada sembilan konteks yang melingkupi
siswa dalam belajar
•
tujuan,
•
isi materi,
•
sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan),
•
target siswa (siapa yang akan
belajar),
•
guru,
•
strategi pembelajaran,
•
hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur),
•
kematangan (apakah siswa telah siap
dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan),
•
lingkungan (dalam lingkungan yang
bagaimana siswa belajar).
9) Kata kunci pembelajaran agar bermakna
•
real-world
learning,
•
mengutamakan pengalaman nyata,
•
berpikir tingkat tinggi,
•
berpusat pada siswa,
•
siswa aktif, kritis, dan kreatif,
•
pengetahuan bermakna dalam
kehidupan,
•
dekat dengan kehidupan nyata,
•
perubahan perilaku,
•
siswa praktik, bukan menghafal,
•
learning,
bukan teaching,
•
pendidikan bukan pengajaran,
•
pembentukan manusia,
•
memecahkan masalah,
•
siswa acting, guru mengarahkan,
•
hasil belajar diukur dengan berbagai
cara bukan hanya dengan tes.
10) Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori
dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11) Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga
mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan
pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12) Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang
diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita
berpikir.
13) Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe
belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14) Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk
merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa
dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
E. Prinsip pembelajaran
Prinsip-prinsip belajar yang
relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi
adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we
describe the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi
erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut
mengubah tingkah laku dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya
datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari
orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a) Motif intrinsik.
Motif intrinsik
adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai
contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b) Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi
menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik
dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”.
Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi
seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan
hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar
tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya
sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang
sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah.Menurut teori kognitif,
belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi,
tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori
ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam
setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan
masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata,
tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut
teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,
Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar.
Pada
teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke
kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan
pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang
berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan
seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai
untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan
metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun
negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa
merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama,
demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa
cara, misalnya:
·
Penggunaan metode atau strategi
belajar-mengajar yang bervariasi
·
Penggunaan metode instruksional
·
Memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi
anak-anak yang kurang
·
Dalam memberikan tugas, hendaknya
disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Dari berbagai prinsip
pembelajaran yang telah dijabarkan, masih teradapat beberapa prinsip
pembelajaran dari berbagai teori belajar, seperti:
Ø
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran
menurut teori behaviorisme adalah :
a)
Menekankan pada pengaruh lingkungan
terhadap perubahan perilaku
b)
Menggunakan prinsip penguatan,yaitu
untuk mengidentifikasi aspek paling diperlukan dalam pembelajaran dan untuk
mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai peningkatan yang
diharapkan dalam tujuan pembelajaran
c)
Mengidentifikasi karakteristik
peserta didik,untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran
d)
Lebih menekankan pada hasil belajar
daripada proses pembelajaran
Ø
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran
menurut teori kognitivisme adalah :
a)
Pembelajaran merupakan suatu
perubahan status pengetahuan
b)
Peserta didik merupakan peserta
aktif didalam proses pembelajaran
c)
Menekankan pada pembentukan pola
pikir peserta didik
d)
Berpusat pada cara peserta didik
mengingat,memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
e)
Menekankan pada pengalaman
belajar,dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam peserta
didik
f)
Menerapkan reward and punishmen
g)
Hasil pembelajaran tidak hanya
tergantung pada informasi yang disampaikan guru,tetapi juga pada cara peserta
didik memproses informasi tersebut.
Ø
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran
menurut teori konstruktivisme adalah :
a)
Membangun interpretasi peserta didik
berdasarkan pengalaman belajar
b)
Menjadikan pembelajaran sebagai
proses aktif dalam membangun pengetahuan tidak hanya sebagai proses komunikasi
pengetahuan
c)
Kegiatan pembelajaran bertujuan
untuk pemecahan masalah
d)
Pembelajaran bertujuan pada proses
pembelajaran itu sendiri,bukan pada hasil pembelajaran
e)
Pembelajaran berpusat pada peserta
didik
f)
Mendorong peserta didik dalam
mencapai tingkat berfikir yang lebih tinggi
F. Tujuan pembelajaran
Yang
menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan
siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat
ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.
berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri merupakan sumber utama
tujuan bagi para peserta didik dan dia harus mempu menulis dan memilih tujuan
pendidikan yang bermakna dan dapat diukur. Suatu tujuan pembelajaran sebaiknya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Tujuan itu menyediakan situasi atau
kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi bermain peran.
2.
Tujuan mendefinisikan tingkah laku
siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
3.
Tujuan menyatakan tingkat minimal
perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai
dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.
No comments:
Post a Comment