SUPERVISI PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
adalah melalui proses pembelajran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus
di bina dan di kembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru di laksanakan
melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-service
education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga
pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well training and well qualified) (Jacobson 1954). Potensi sumber
daya guru itu terus-menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melaksanakn
fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat
mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Peningkatan ini akan berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan
usaha sendiri. Itulah sebabnya mengapa pengetahuan tentang supervise pendidikan
itu diperlukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan
melaksanakna peningkatan professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang
tersedia. Uraian berikut ini merupakan jawaban mengapa guru-guru memerlukan pelayanan
supervise pendidikan. Pertanyaan pokok itu meliputi:
A. Pentingnya
pengembangan sumber daya manusia
B. Perlunya
supervise pengembangan pendidikan
C. Apa
yang harus di tingkatkan dan di kembangkan
A. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Yang menjadi fokus
bahasan dalam uraian ini adalah sumber daya manusia, khusus ketenagaan
pendidikan, yaitu guru. Berbagai usaha perbaikan dan peningkatan kualitas guru
baik melalui lembaga pendidikan maupun melalui penataran pendidikan dan
latihan. Semua itu mengarah pada pengadaan tenaga guru yang professional. Guru
yang professional memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
(1) Memiliki
kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.
(2) Memiliki
rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya.
(3) Memiliki
rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta
menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.
Ada dua metafora untuk
menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru
diumpamakn dengan sumber air. Sumber air itu terus-menerus bertambah, agar
sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu
akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang
baru, tidak menambah ilmu pengetahuan yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Kedua , jabatan guru
diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah
lebat, bila akar induk pohon itu tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna
bagi pertumbuhan pohon itu. Pohon itu tidak akan berbuah dan menghasilkan buah
yang lebat dan bermutu tinggi. Begitu juga
dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik
pertumbuhan pribadi (personal growth)
maupun pertumbuhan profesi (prosefesional
growth). Setiap guru perlu menyadari pertumbuhan dan pengembangan
profesi adalah suatu condition sine qua non. Itulah sebabnya
setiap guru harus belajar terus-menerus, membaca informasi yang paling baru,
dan mengembangkan ide-ide kreatif. Bila tidak, guru itu tidak mungkin mengajar
dengan penuh gairah dan penuh kebugaran. Itulah sebabnya diperlukan usaha
mengembangkan sumber daya pendidikan, khusus sumber daya manusia, salah satunya
ialah tenaga guru.
B. Perlunya Supervisi Pengembangan
Sumber Daya Guru
Seperti yang telah
dijelakan sebelumnya bahwa sumber daya guru perlu untuk terus tumbuh dan
dikembangkan, maka berikut ini akan dijelaskan mengapa guru sebagai salah satu
komponen sumber daya pendidikan memerlukan bantuan supervise. Berbagai kajain
teoritis menunjukkan latar belakang perlunya supervisi itu. Dalam bukunya supervision of Intruction – Foundation and
Dimension (1961).
Sewaringan
mengungkapkan latar belakang perlunya supervise terletak berakar mendalam dalam
kebutuhan rill masyarakat. Ia menyebutkan sejumlah latar belakang berikut ini:
(1) Latar
belakang kultural
(2) Latar
belakang filosofis
(3) Latar
belakang psikologis
(4) Latar
belakang social
(5) Latar
belakang sosiologis
(6) Latar
belakang pertumbuhan jabatan
1.
Latar
Belakang Kultural
Pendidikan adalah bagian integral dari
kebudayaan. Kebudayaan harus diartikan sebagai:
a. Suatu
kompleks gagasan, ide, norma, dan peraturan yang berlaku.
b. Suatu
pola tingkah laku yang berakar mendalam dalam masyarkat.
c. Wujud
benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1989).
Kebudayaan diciptakan
oleh akal budi manusia. Sekolah sebagai salah satu pusat kebudayaan bertugas
untuk menyeleksi pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pribadi peserta
didik. Secara positif sekolah bertugas untuk menghasilkan karya nyata, baik
berupa gagasan, ide, pola tingkah laku, kebiasaan, berbudaya yang baik maupun
berbagai benda budaya. Sejak dini pengalaman belajar maupun kegiatan belajar
harus di angkat dari isi keudayaan yang hidup dalam masyarakat itu. Sekolah
bertugas untuk mengkoordinasi semua sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang di cita-citakan. Sekolah bertugas mengkaji kreasi dalam
menciptakan kebudayaan yang bersumber dari bangsa kita sendiri. Contoh:
cerita-cerita lama dari tiap suku bangsa dapat digunakan di sekolah untuk
menyampaikan pesan-pesan moral dan dapat di permodern dengan perkembangan
zaman. Disinilah letak perlunya supervise bagi yang bertugas:
1) Mengembangkan
potensi kreativitas para peserta didik.
2) Mengkoordinasikan
segala usaha dalam rangka mengembangkan kebudayaan sekolah.
Sekolah bukanlah
bertumpu untuk mengisi pengetahuan saja, tetapi sekolah harus berfungsi sebagai
laboratorium sosiologis dan pusat kebudayaan dimana ide, karya, serta potensi
peserta didik dapat dikembangkan.
2.
Latar
Belakang Filsafat
Suatu sistem pendidikan
yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai
yang ada dalam pandangan hidup suatu bangsa. Di Indonesia sistem Among seperti yang dipelopori oleh Ki
Hajar Dewantara melalui Taman Siswa yang mendasarkan pendidikannya pada
filsafat dan budaya nasional (pada saat itu Jawa). Ia mendasarkan pendidikan
pada asas:
(a) Kodrat
alam,
(b) Kebebasan,
(c) Kemanusiaan,
(d) Kebudayaan,
(e) Kebangsaan.
Suatu sistem pendidikan
harus berakar pada sistem filsafat dan nilai-nilai yang di junjung tinggi oleh
bangsa itu. Yang menjadi masalah ialah bagaimana menterjemahkan filsafat dan
sistem nilai yang hidup ke dalam bahasa program pendidikan. Bila kita mampu
menterjemahkan dengan tepat pemikiran filsafat itu ke dalam bahasa kita
pendidikan, maka kita tidak menempuh kekeliruan dalam tindakan mendidik.
3.
Latar
Belakang Psikologis
Secara psikologis
supervise itu terletak berakar mendalam pada pengalaman manusia. Pengalaman
diartikan sebagai kegiatan atau usaha mengembangkan arti dari peristiwa atau
situasi, sehingga orang dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik
sekarang maupun yang akan datang. Pengalaman merupakan tindakan yang
selanjutnya. Pengalaman harus dipelajari dan dialami sendiri. Pengalaman yang
luas memungkinkan kita memperoleh pengertian yang mendalam tentang suatu
masalah, sehingga memperbesar kemampuan untuk mencipta. Sifat dasar manusia
ialah kemampuan untuk mencipta. Pendidikan bertugas untuk memberi dorongan
untuk mencipta dan membina kreativitas. Kondisi kreativitas itu tidak
datang dengan sendirinya, tapi harus
dilatih dan diajarkan. Aristoteles mengatakan, to play the fluit you must play the fluit. Disekolah dikemukakan
bahwa kebanyakan kondisi yang mendorong dan menghambat kreativitas, bersumber
pada kegiatan jiwa seperti pengalamatan, persepsi, petimbangan, dan perasaan.
Contoh: secara negative perasaan takut, kecewa, sikap keras, kurang percaya
diri, akan menghambat kreativitas seseorang. Secara positif saling percaya,
harga menghargai, saling mempehatikan, mendengarkan orang lain dengan penuh
perhatian dapat mendorong kreativitas. Jelaslah bahwa penciptaan perhatian
dapat mendorong kreativitas seseorang. Jelaslan bahwa penciptaan suasana
psikologis dapat mendorong kreativitas seseorang. Tugas supervise ialah
menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat
menjadi dirinya sendiri dan disilah letak perlunya supervise pendidikan.
4.
Latar
Belakang Sosial
Dua pertanyaan pokok yang dikemukakan
1. Apakah
sekolah harus bercermin pada satu kekuatan sosial politik suatu negara, atau
sekolah harus mencermati kekuatan sosial politik yang berkuasa dalam negara
itu.
2. Mungkinkah
sekolah dapat menerapkan cara beritndak dan bersikap demokratis ditengah-tengah
masyarakat yang strata masyarakatnya feodal dan sistem pemerintahan yang
otokrasi atau masyarakat yang strata masyarakatnya mengalami pseoda demokratis.
Jawaban
atas kedua pertanyaan itu bergantung pada pemahaman kita tentang arti dari
demokratis itu sendiri. Unsur-unsur demokratis menampakkan diri dalam tata
kehidupan sebagai berikut:
(1) Menghargai
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang patut untuk di hargai dan di cintai.
(2) Menghargai
martabat sebagai makhluk yang memiliki keunikan pribadi, bahwa setiap manusi berbeda
satu dengan yang lainnya.
(3) Tiap
individu harus menghargai indivu yang lain. Dengan demikian aspek sosialitas
manusia diakui dan di junjung tinggi mengakui kebersamaan bukan berarti harus
merebut dalam kebersamaan . Epiktetos (ahli filsafat Yunani) pernah
mengatakan:. Epiktetos (ahli filsafat Yunani) pernah mengatakan:hati-hatilah
dengan kebersamaan itu.
(4) Menghargai
cara berfikir orang lain, walaupun bertentangan dengan pendapat diri sendiri.
(5) Pengakuan
kebebasan individu berarti menyadari bahwa di luar diri sendiri ada juga orang
lain.
Dalam
kaitan ini setiap tugas pemimpin sebagai supervisor berfungsi membantu,
mendorong, menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama sejalan dengan jalan
berpikir yang dikemukakan di muka, Mackenzie (dalam Swearingan 1961: 360
mengemukakan 6 fungsi kepemimpinan sebagai supervisor sebagai berikut:
(1) Setiap
pemikiran yang di berikan oleh anggota kelompok harus di lihat sebagai
sumbangan bagi kelompok dan perlu di terima dengan sikap terbuka dan positif.
(2) Pemimpin
harus memiliki pemikiran yang mantap.
(3) Pemikiran
membantu dalam mengembangkan keterampilan dan memperlengkapi stafnya.
(4) Pemimpin
bertugas menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri dan menumbuhkan rasa aman
pada diri orang lain.
(5) Pemimpin
bertugas menentukan batas kebebasan (autonomy)
dan saling berinteraksi.
(6) Pemimpin
harus berani menggunakan cara pendekatan yang bersifat mencoba.
Maksudnya
mampu menanggung resiko dari setiap langkah yang ditempuhnya. Seorang
supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya, ia harus mampu mengembangkan
potensi kreativitas dari orang lain yang di bina melalui cara mengikutsertakan
orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervise harus bersumber pada kondidi
masyarakat. Sebenarmya sekolah harus mampu mengubah masyarakat agar menjadi
masyarakat yang demokratis. Dalam masyarakat demokratis setiap orang
berkesempatan dan berkemampuan untuk menstimulasi usaha-usaha kreativitas untuk
beriubah menuju yang lebih baik. Berkerja dengan komitmen yang tinggi terhadap
usaha bersama. Disinilah letaknya fungsi supervise pendidikan.
5.
Latar
Belakang Sosilogis
Mayarakat
ini selalu beubah. Setiap perubahan punya pengaruh terhadap tindakan dan pola
tingkah laku seseorang. Dalam era globalisasi telah terjadi pergeseran tata
nilai. Salah satu nilai yang berpengaruh terhadap pendidikan masa kini adalah
nilai jual. Dulu orang mengukur nilai suatu pendidikan dari nilai moral, akhlak
mulia, dan berbudi luhur. Tetapi dalam era globalisasi, yang di tandai dengan
persaingan bebas, alat ukur adalah nilai ekonomis, yaitu uang. Kualitas
seseorang diukur dengan uang. Pengaruh perubahan masyarakat membawa akibat pada
proses pendidikan dan hasil pendidikan itu sendiri. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi komunikasi serta sistem informasi telah membawa
masyarakat kita serba mekanis dan bersifat individualitas. Bukan lagi bersifat
kreatif dan produktif tapi bersifat pasif dan konsumtif. Menghadapi perubahan
seperti ini guru-guru memerlukan supervisor untuk mengadakan tugas mengukur ide
dan pengalaman tentang mana yang tervaik dalam menghadapi perubahan tata nilai
yang serba meragukan. Disinilah letak perlunya supervise pendidikan.
6.
Latar
Belakang Pertumbuhan Jabatan
Guru
adalah pencerahan zaman (Langeveld, 1950). Guru seharusnya punya visi masa
depan. Ketajaman visi mendoring guru-gury untuk mampu mengembangkan misinya.
Untuk dapat mewujudkan misinya, guru harus belajar terus menjadi guru yang
professional. Guru yang prifesional memiliki kualifikasi sebagai berikut:
(a) Ia
ahli (expert) dalam bidang diajarkan.
(b) Memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi.
(c) Memiliki
rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya sebagai suatu karier
hidup.
C. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
1.
Apakah
Supervsis itu?
Ada bermacam-macam
konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang
tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari
kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku
supervisi tradisional ini disebut snooper
vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti
ini menyebabakan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan baik karena
takut dipersalahkan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah:
(1)
Sistematis, artinya dilaksanakan secara
teratur, terencana dan kontinu.
(2)
Objektif dalam pengertian ada data yang
di dapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
(3)
Menggunakan latar pencatat yang dapat
memberikan informasi sebagai umpan balik
untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran dikelas.
Berikut ini berbagai
pendapat para ahli dalam mendefiisikan supervisi itu. Dalam bukunya: Basic of Education of Supervision, Adams
dan Dickey (1959: 2) mendefinisikan supervisi adalah program yang berencana
untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah perbaikan hal
belajar dan mengajar. (Sahertian, 2000: 17). Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya
dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujauan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Semua defisini yang
diuraikan diatas bersifat umum. Perkembangan konsep supervisi yang selanjutnya
sudah menuju kepada sasaran yang khusus. Dalam buknya Supervision For Today’s Schools, Peterf F. Oliva menitikberatkan
pada supervisi pengajaran (1984:9), mengemukakan beberapa pandangan seperti
berikut ini. Menurut Harris (dalam Oliva 1984), supervisi pengajaran ialah
segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah
apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses
belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Alfono
R.J et al (1981); dalam Oliva (1984): supervisi pengajaran adalah tindak lanjut
pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap
perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk
mencapai tujuan yang dilakukan oleh lembaga itu. Sehingga dapat dirumuskan
supervisi tidak lain dari usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara
individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata
kunci dari pemberi supervise pada akhirnya
ialah memberi layanan dan bantuan. (Sahertian, 2000:19)
2.
Tujuan
Supervisi Pendidikan
Seperti yang telah
dijelakan di atas, menurut Sahertian (2000:19). Kata kunci dari supervisi ialah memberi layanan dan bantuan kepada
guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan
demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan
untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar guru di kelas yang pada gilirannya
untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar tapi juga potensi kualitas gutu. Pendapat ini sesuai dengan apa yang
di kemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah:
(1)
Mengembangkan kurikulum yang sedanng
dilaksanakan di sekolah
(2)
Meningkatkan proses belajar-mengajar di
sekolah.
(3)
Mengembangkan kemampuan seluruh staf di
sekolah.
3.
Prinsip
Supervisi Pendidikan
Menurut Baharuddin
Harahap (1983: 8), prinsip supervisi adalah:
a. Supervisi
merupakan bagian dari supervisi pendidikan sebagai salah satu kesatuan
b. Pada
dasarnya guru dan kepala sekolah memerlukan supervisi dan mereka terlibat dalam
supervise itu. Oleh sebab itu, supervisi harus dilaksanakan seefektif mungkin.
c. Supervisi
hendaknya membantu menjelaskan tujuan dan sasaran pendidikan.
d. Supervisi
membantu menciptakan hubungan manusiawi antarstaf sekolah (guru, kepala
sekolah, pengawas lain) sebab menjalankan supervsisi terhadap pelaksana suatu
kegiatan, yang dengan sendirinya menampakkan hubungan anatara manusia.
e. Tanggung
jawab program supervisi terletak pada guru, kepala sekolah pemilik/pengawas.
f. Supervisi
akan efektif jika biaya supervisi di sediakan.
g. Sepervisi
harus memperhatikan dan mampu menerangkan hasil penemuan /riset).
Sedangkan menurut Sahertian (2000:20), prinsip
supervisi yang dilaksanakan adalah sebagian berikut:
a. Prinsip Ilmiah (scientific)
Kegiatan supervisi di
laksanakan berdasarkan data objektif yang di peroleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk memperoleh data perlu diterapkan
alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan
seterusnya.
b. Prinsip Demokratis
Layanan dan bantuan
yang diberikan kepada guru didasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan
hangat, sehingga guru-guru merasa aman dalam menjalankan tugasnya.
c. Prinsip Kerja Sama
Mengembangkan usaha
bersama atau menurut istilah asingnya supervise
sharing of idea, sharing of
experience, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka
merasa tumbuh bersama.
d. Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan merasa
termotivasi dalam mengembangkan pitebsi dan kreativitasnya jika supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Bahkan melalui cara-cara yang
menakutkan.
D. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi utama supervisi
pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Baik
Franseth Jane, maupun Ayer (dalam Encycloedia
of Education Research; Chester Harris, 1958 : 1442), mengemukakan bahwa
fungsi utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan. Fungsi utama sepervisi modern ialah
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
peserta didik (Burton & Brucker 1995 ;3). Adapun menurut Sahertian
(2000;21), bahwa fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Fungsi-fungsi tersebut meliputi
kegitatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi
semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi
kepemimpinan sekolah
c. Memperluas
pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi
usaha-usaha sekolah yang kreatif
e. Memberikan
fasilitas dan penelitian terus-menerus
f. Menganalisis
situasi belajar mengajar
g. Memperlengkapi
staf dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru
h. Memadukan
dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-kemampuan
E. Model Supervisi Pendidikan
Model
berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah
konsep, ataupun pola. Harjanto ( 2006 ) mengartikan model sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga artikan sebagai barang atau benda
tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya “globe” merupakan bentuk dari bumi.
Dalam uraian selanjutnya istilah “ model” digunakan untuk menunjukkan
pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan “model dasar”
dipakai untuk menunjukkan model yang “genetik” yang berarti umum dan mendasar
yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam artian lebih rumit
dan dalam artian lebih baru. Raulerson ( dalam Harjanto, 2006 ) mengartikan
model diartikan sebagai “ asetofparts united by some form of interaction”
(artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh
beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. Contohnya sistem tata surya,
sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus dalam bahasan ini adalah model
yang berkaitan supervisi, penulis lebih tepat menggunakan istilah acuan yang di
pakai dalam melaksanakan supervisi. Sehertian (2000) membagi model supervsi
menjadi empat bentuk:
a)
Model konvensional (tradisional),
b)
Model ilmiah,
c)
Model klinis, dan
d)
Model artistic.
a)
Model
konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain
dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuaaan yang
otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan
korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku
supervisilah mengadakan inpeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan
kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini di sebut
snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervsisi yang korektif. Memang
sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi
“untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik.
Pekerjaan seorang supervisior yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan
adalah suatu permulaan yang tidak berhasil. Mencari-cari kesalahan dalam
membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.
Akibatnya guru-guru merasa tudak puas dan ada sikap yang tampak dalam kinerja guru:
(1) Acuh
tak acuh (membodohkan), dan
(2) Menantang
(agresif).
Praktek mencari
kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para pengawas
datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan
seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti itu adalah cara memberi
supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan
kesalahan. Masalahnya ialah bagaiamana cara kita mengkonsumsikan apa yang
dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan.
Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus
diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain,
memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b)
Model
Supervisi Ilmiah
Supervise yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu;
(2) Sistematis
dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu;
(3) Menggunakan
instrument pengumpulan data;
(4) Ada
data yang objektif yang diperoleh dari keadaan rill.
Dengan menggunakan
meritrating, skala penilainan atau checklist lalu para siswa atau mahasiswa
melalui proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian
di berikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru
pada catu atau semester yang lalu. Dan ini tidak berbicara kepada guru dan guru
yang mengadakan perbaikan. Penggunaann alat perekam data ini berhubungan erat
dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum
merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih mansiawi.
c)
Model
Supervisi Klinis
Supervise klinis adalah
bentuk yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melaui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intensif dan
cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu
guru-guru memperkecil kesenjangan anatar tingkah laku mengajar yang nyata
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Lebih lengkap tentang super klinis
dalam uraian tersendiri.
d)
Model
Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu
pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tapi mengjar
juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai
kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervsisi adalah suatu pengetahuan,
suatu keterampilan, dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk
orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (working with
the others), bekerja melalui orang lain (working hrough the others). Dalam hubungan
bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur
utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang
lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur
kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling
mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui
pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.
F. Peranan
Supervsi Pendidikan
Dalam
bukunya tentang supervisi pendidikan, Sahertian (2000:25) mengemukakan bahwa
“supervisi berfungsi membantu (assisting)
memberi support (supporting) dan
mengajak mengikutsertakan (sharing)
dalam Kimball Wiels, 1955. Dilihat dari fungsinya, tampak dalam kinerja
supervior yang melaksanakan tugasnya. Mengenai peranan supervisi dapat
dikemukakan pendapat berbagai para ahli. Seorang supervisor dapat berperan
sebagai:
1.
Coordinator
2.
Konsultan
3.
Pemimpin kelompok
4.
Evaluator
(Peter
F. Olivia, 1976: 19-20)
G. Sasaran
supervisi pendidikan
a.
Secara umum
Secara Umum sasarannya adalah proses pembelajaran
peserta didik dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Karena itu supervisi pendidikan menaruh perhatian utama pada upaya-upaya
peningkatan provesionalitas guru sehingga memiliki kemampuan:
1) Merencanakan
kegiatan pembelajaran,
2) Melaksanakan
pembelajaran,
3) Menilai
proses dan hasil pembelajaran,
4) Memanfaatkan
hasil penilaian
5) Memberikan
umpan balik,
6) Melayani
peserta didik yang mengalami kesulitan,
7) Menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan,
8) Mengembangkan
dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,
9) Memanfaatkan
sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,
10) Mengembangkan
interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),
11) Melakukan
penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.
b.
Secara
khusus
Secara Khusus dapat diklasifikasikan:
1) Sasaran
administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran
2) Sasaran
edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran.
H. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan
yang diguakan dalam menerapkan supervisi modern di dasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi,
sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan
Glickman untuk memilih-milih guru dalam empat
pprototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan
dasar, yaitu cara berpikir abstark dan komitmen seta kepeduliaan. Berdasarkan
paradigma itulah maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku
supervisi berdasar data yang sebenarnya yang perlu layanan supervisi. Berikut
ini akan di sajikan beberapa pendekatan, perilaku supervisor.
(1)
Pendekatan langsung
(2)
Pendekatan tidak langsung
(3)
Pendekatan kolaboratif
(1) Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis
behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari
reflex, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oeh karena guru memiliki
kekurangan, maka perlu di berikan rangsang agar ia bisa bereaksi lebih baik.
Supervisior dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman
(punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakuakn dengan perilaku supervisor
seperti berikut ini:
1) Menjelaskan,
2) Menyajikan,
3) Mengarahkan,
4) Memberi
contoh,
5) Menerapkan
tolok ukur, dan
6) Menguatkan.
(2) Pendekatan tidak langsung
Yang dimaksud dengan
pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap
permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, taori ia terlebih dulu mendengarkan secara
aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan
non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistic. Psikologi
humanistic sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru
yang dibina begitu di hormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan
yang di hadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba
mendengarkan, dan memahami apa yang di alami. Perilaku supervisor dalam
pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan,
2) Memberi
penguatan,
3) Menjelaskan,
4) Menyajikan,
dan
5) Memecahakn
masalah.
(3) Pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif
adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif
menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun
guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria
dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang di hadapi guru. Pendekatan
ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa
belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada
gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian, pendekatan daam supervisi berhubungan pada dua arah, dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas. Perialku supervisor dalam pendekatan ini adalah
sebagai berikut:
1) Menyajikan,
2) Menjelaskan,
3) Mendengarkan,
4) Memecahkan
masalah,dan
5) Negosiasi.
Ketiga macam pendekatan ini dilakuakn
dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervsisi sebagai berikut:
1) Percakapan
awal (pre-conference)
2) Observasi
3) Analisi/interpretasi
4) Percakapan
akhir (pascaconference)
5) Analisiakhir
6) Diskusi.
I. Teknik-teknik supervisi
pendidikan
a. Kunjungan
kelas,
b. Pertemuan
pribadi
c. Rapat
dewan guru,
d. Kunjungan
antar kelas,
e. Kunjungan
sekolah,
f. Kunjungan
antar sekolah
g. Penerbitan
buletin, dan
h. Penataran
atau pendidikan dan pelatihan.
Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi
Teknik supervisi
Pendidikan adalah atat
yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang
pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai
supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik
dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam
membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok
maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara
tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).
Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik
supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 :
86).
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain :
(Sagala 2010 : 210 – 227)
a. Pertemuan
Orientasi bagi guru baru.
Pertmuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan
supervisee (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki
suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan
Sahertian (2008 : 86). Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat
menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal – hal sebagai berikut
(Sahertian 2008 : 86) :
§
Sistem kerja yang berlaku di
sekolah itu.
§
Proses dan mekanisme
administrasi dan organisasi sekolah.
§
Biasanya diiringi dengan tanya
jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
§
Sering juga pertemuan orientasi
ini juga diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
§
Ada juga melalui perkunjungan
ke tempat – tempat tertentu yang berkaitan atau berhubungan dengan sumber
belajar.
§
Salah satu ciri yang sangat
berkesan bagi pembinaan segi sosial dalam orientasi ini adalah makan bersama.
§
Aspek lain yang membantu terciptanya
suasana kerja ialah bahwa guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa
diterima dalam kelompok guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru
yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71). Tujuan teknik supervisi rapat
guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 212) dan Pidarta (2009 : 171)
adalah sebagai berikut :
§
Menyatukan pandangan –
pandangan guru tentang masalah – masalah dalam mencapai makna dan tujuan
pendidikan.
§
Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan
melaksanakan tugas – tugasnya dengan baik serta dapat mengembangkan diri dan
jabatan mereka secara maksimal.
§
Menyampaikan informasi baru
seputar belajar dan pembelajaran, kesulitan – kesulitan
mengajar, dan cara mengatasi kesulitan mengajar secara bersama dengan semua
guru disekolah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat
guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 211), antara lain :
1.
Tujuan – tujuan yang hendak
dicapai harus jelas dan konkrit.
2.
Masalah – masalah yang akan
menjadi bahan rapat harus merupakan masalah yang timbul dari guru – guru yang
dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
3.
Masalah pribadi yang menyangkut
guru di lembaga pendidikan tersebut perlu mendapat perhatian.
4.
Pengalaman – pengalaman baru
yang diperoleh dalam rapat tersebut harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran terhadap siswa.
5.
Partisipasi guru pada
pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan dengan sebaik – baiknya.
6.
Persoalan kondisi setempa,
waktu, dan tempat rapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan rapat
guru.
c.
Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan
dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya
dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan
disepakati terlebih dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah
sebagai berikut :
§
Meningkatkan kualitas
penguasaan materi dan kualitas dalam memberi layanan belajar.
§
Memberi kemudahan bagi guru –
guru untuk mendapatkan bantuan pemechan masalah pada materi pengajaran.
§
Bertukar pikiran dan berbicara
dengan sesama guru pada satu bidang studi atau bidang – bidang studi yang
serumpun.
d.
Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu
percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai
masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan
yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara
bersama – sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut
(Sagala 2010 : 213). Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk
memecahkan masalah – masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari –
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Hal – hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin diskusi sehingga setiap anggota
mau berpartisipasi selama diskusi berlangsung supervisor harus mampu :
§
Menentukan tema perbincangan
yang lebih spesifik ;
§
Melihat bahwa setiap anggota
diskusi senang dengan keadaan dan topik yang dibahas dalam diskusi.
§
Melihat bahwa masalah yang
dibahas dapat dimengerti oleh semua anggota dan dapat memecahkan masalah dalam
pengajaran.
§
Melihat bahwa kelompok merasa
diperlukan dan diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama.
§
Mengakui pentingnya peranan
setiap anggota yang dipimpinnya.
e.
Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan
workshop antara lain :
1.
Masalah yang dibahas bersifat
“Life cntred” dan muncul dari guru tersebut,
2.
Selalu menggunakan secara
maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan
profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.
f.
Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik
perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar
terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima
tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain. Langkah – langkah
melakukang sharing antara lain :
§
Menentukan tujuan yang akan
dicapai.
§
Menentukan pokok masalah yang
akan dibahas.
§
Memberikan kesempatan pada
setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat pendapat mereka
§
Merumuskan kesimpulan.
2.
Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala
(2010 : 216) adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor
kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah.
Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas.
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang
dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan
tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan
dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai
kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian
melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan – kesulitan yang
dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara,
yatiu :
§
Kunjungan kelas tanpa
diberitahu,
§
Kunjungan kelas dengan
pemberitahuan,
§
Kunjungan kelas atas undangan
guru,
§
Saling mengunjungi kelas.
b.
Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar.
Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar
bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Tentang
waktu supervisor mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak
diberi tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu
proses belajar mengajar. Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan
dengan teliti, dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang
diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.
c.
Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan
supervisornya, yang membahas tentang keluhan – keluhan atau kekurangan yang
dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat
memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha
menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. mendorong agar yang sudah
baik lebih di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan
untuk memperbaikinya.
d.
Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju
dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang
ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah
diambil sampai seekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik
supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing – masing. Sehingga masing – masing
guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi layanan belajar kepada peserta
didiknya.
e.
Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek
belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus
mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk
mengajar. Adapun cara untuk mengikuti perkembangan keguruan kita,
ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan
profesional, dengan mengadakan “profesional reading “. Ini digunakan untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Hal ini
menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber materi untuk mengajar
memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik beratkan kepada kemampuan
Supervisor dalam menyeleksi buku – buku yang dimiliki oleh guru pada saat
mengajar yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
f.
Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini
dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang
akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang
baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena
suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.
Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri,
antara lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada
murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru di muka kelas.
Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup maupun terbuka, tanpa perlu
menyebutkan nama siswa.
3.
Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari bermacam
sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang telah ditetapkan. Mereka
akan melihat suatu masalah itu sesuai dengan pandangan ilmu dan pengalaman
masing-masing sehingga guru dapat masukan yang sangat
lengkap dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan
ini adalah lahirnya sifat cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut
pandang ahli.
4.
Seminar
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu
kelompok untuk mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan suatu masalah yang
berhubungan dengan topik. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi, dalam
seminar ini dapat dibahas seperti bagaimana menyusun silabus sesuai standar
isi, bagaimana mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah,
bagaimana mengatasi anak – anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll.
Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan atau ide – ide
menyangkut permasalahan pendidikan dari salah seorang anggotanya.
5. Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk membahas
masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidato-pidato pendek yang meninjau
suatu topik dari aspek-aspek yang berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai pengikut diharapkan
dapat mengambil bekal dengan mendengarkan pidato-pidato tersebut.
6. Demonstrasi mengajar
Usaha peningkatan belajar mengajar dengan cara
mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan gurudalam mengenalkan berbagai
aspek dalam mengajar di kelas oleh supervisor.
7. Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati
peristiwaperistiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara mengajar,tingkah
laku siswa,dan sebagainnuya.Diharapkan ini dapat membantu guruuntuk menjadi lebih baik.
J. Kelemahan Dan Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan
Supervisi
1. Kelemahan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan
Supervisi
§
Perlu biaya yang banyak, waktu
yang tepat, sekolah jadi kurang efektif.
§
Perlu penyediaan waktu yang
tepat
§
Tidak mencerminkan keadaan
sehari-hari
§
Kurang demokratis
§
Mengganggu kelas lain dalam
KBM, kelas sendiri ditinggalkan
§
Agak sulit menentukan dan cukup
menyita waktu
§
Agak sulit menemukan waktu
§
Guru merasa canggung dan kurang
bebas
2. Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan
Supervisi
§
Dapat mengetahui kelebihan yang
dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran
sesuai dengan kebutuhan
§
Hal-hal yang baik dapat
dijadikan contoh, hal yang kurang dapat didiskusikan
§
Dapat memberikan bimbingan
aktual
§
Guru dapat menunjukan hasil
usahanya
§
Dapat melayani kebutuhan khusus
setempat
§
Dapat mengetahui kelebihan yang
dapat dikembangkan, mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran
sesuai dengan kebutuhan.
K.
Undang-Undang
Supervisi Pendidikan
Pada UU Sisdiknas 2003 mengenai
pengawasan mempunyai bab khusus yaitu Bab XIX Pasal 66. Adapun pada bab itu
isinya:
1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan
komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan
pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masin-masing.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
3. Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Sayangnya sampai saat ini belum dikeluarkan Peraturan
Pemerintah yang baru untuk mengatur pengawasan (supervisi) dalam pendidikan
sesuai amanat UU Sisdiknas 2003 kecuali Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Pelaksanaan Supervisi dilaksanakan
oleh orang yang sudah profesional, sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No.
38 Tahun 1992 Pasal 20 Ayat 3 “untuk menjadi pengawas perlu adanya pendidikan
khusus” .
Tugas seorang supervisor bukanlah
untuk mengadili tetapi untuk membantu, mendorong dan memberikan keyakinan
kepada guru bahwa proses belajar mengajar dapat dan harus diperbaiki.
Pengembangan berbagai pengalaman pengetahuan, sikap dan keterampilan guru harus
dibantu secara profesional sehingga dapat berkembang dalam pekerjaannya.
Kegiatan supervisi dilaksanakan
melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan
demikian, ciri utama supervisi adalah perubahan, dalam pengertian peningkatan
ke arah efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus.
Perubahan dapat dilakukan baik karena tuntutan dari dalam kegiatan proses
belajar mengajar itu sendiri maupun karean adanya tuntutan lingkungan yang
selalu berubah pula. Ada dua jenis supervisi dilihat dari peranannya dalam
perubahan itu, yaitu:
a. Supervisi Traktif, artinya
supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahan kecil karena menjaga
kontinuitas. Supervisi traktif ini misalnya dapat dilihat dari kegiatan rutin
seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan
kecil, memberikan informasi tentang prosedur yang telah disepakati dan memberikan
arahan dalam prosedur standar operasi (PSO) dalam suatu kegiatan.
b. Supervisi dinamik, yaitu
supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktek-praktek
pengajaran tertentu. Tekanan perubahan ini diletakan kepada diskontinuitas,
gangguan terhadap praktek yang ada sekarang untuk diganti dengan yang baru.
Hubungan
UU RI Nomor 20 tahun 2003 dengan Supervisi Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan pada
bagian pertama pembahasan bahwa pengertian supervisi mencakup arti yang terkandung
dalam beberapa istilah seperti Inspeksi, penilikan atau pengawasan, dan
evaluasi. Dan bila disangkut-pautkan dengan UU No 20 tahun 2003 maka jelas
istilah-istilah tersebut sangat berhubungan, diantaranya terdapat pada :
1. Pasal 1 ayat 21 : “evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan”.
2. Pasal 39 ayat 1 : “Tenaga Kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.
3. Pasal 66 tentang pengawasan.
Supervisi pendidikan ini juga sangat
berhubungan dengan UU RI No 20 tahun 2003 terutama pada pasal 1 ayat 21 tentang
evaluasi, pasal 39 ayat 1 tentang tenaga kependidikan dan pada pasal 66 tentang
pengawasan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetjipto, Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta ; Rineka
Cipta.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung, Citra Umbara.
Wiyono, Ketang. 2015. Profesi Kependidikan. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
Darmaningtyas. 2007. Pendidikan Rusak-rusakan. Yogyakarta:
LKis
Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sahertian, Piet A dan Frans
Mataheru. 1981. Prinsip dan Teknik
Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional,