Friday 13 February 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 - Elastisitas (M4)



LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
 

I.IDENTITAS PRAKTIKAN

   Nama                                   : Muhammad Haris

   NIM                                     : 09071001022

   Fakultas                               : Ilmu Komputer

   Jurusan                                 : Sistem Komputer
   Kelompok                            : V

II. JUDUL PERCOBAAN     : Elastisitas (M4)

III. TUJUAN PERCOBAAN
1.     Dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai alstisitas pegas dari bahan                                                                                                                    baja.
2.     Dapat menentukan modulus Rigiditas suatu bahan dalam bentuk kawat.

IV. ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSINYA

1.     Mistar
Fungsi: untuk mengukur panjang
2.     Anak timbangan
Fungsi: untukmengukur berat beban
3.     Alat torsi lengkap dengan timbangannya
Fungsi: sebagai alat yang digunakan untuk menimbang atau mengetahui berat dari       massa suatu benda/bahan percobaan
4.     kawat yang diuji
Fungsi: sebagai bahan yang digunakan untuk diuji dalam percobaan
5.     Jangka Sorong
Fungsi: untuk mengukur diameter kawat dan katrol
6.     Mikrometer sekrup
Fungsi: untuk mengukur ketebalan benda.

V. TEORI DASAR
      Apabila pada sebuah pgas diberikan gaya maka .perpanjangan pegas akan sebanding dengan gaya tersebut selama batas elastisitasnya tidak dilampaui.
Menurut Hooke :
        F = k . x
Dimana:
       F : Gaya yang diberikan
       k :  Tetapan pegas
       x : Pertambahan panjang pegas karena gaya F
      Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang x  merupakan gaya lurus. Dengan grafik ini harga k dapat dicari. Hukum Hooke juga berlaku untuk kawat yang dipuntir.
        T = k` . O
Dimana :
       T  : Gaya (berat beban) dikalikan dengan diameter katrol
       O :  Sudut puntir (dalam radian)
Secara teoritis,k` dapat dihitung seperti berikut :
         k` = Gd`
               32L
Dimana :
     G : Modulus Rigitas
     d  : Diameter kawat
      L : Panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puntir

1. REGANGAN(STRAIN)
      Yang  dimaksud dengan regangan adalah perubahan relatif dimensi atau bentukbenda yang mengalami tegangan. Tiap jenis tegangan ada jenis regangannya masing-masing.
Perhatikan gambar berikut:

          lo


                                             l
      
F                                                                 F


 


Gambar diatas menggambarkan sebuah batang yang panjang aslinya lo dan berubah menjadi panjang l apabila diujungnya dilakukan gaya tarik yang sama besar dan berlawanan arah. Regangan akibat tarikan (tensile strain) pada batang itu didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan panjang terhadap panjang awalnya.
Hal ini dapat diubah kebentuk persamaan :
     Tegangan akibat tarikan = l-lo  = l
           lo      lo

Perhatikan gambar berikut:
    Gambar tersebut menggambarkan sifat perubahan bentuk (deformasi) apabila terjadi tegangan tangensial terhadap permukaan sebuah balok. Dalam gambar (a) bagian tangah balok yang bertegangan balok yang bertegangan dan bagian tangah balok yang tidak bertegangan (berimpit). Pada gambar (b) sisi (ad) dan sisi a`d` yang berimpit. Regangan yang terjadi pada benda seperti gambar diatas disebut regangan luncur. Dan didefinisikan sebagai perbandingan perubahan   sudut b terhadap dimensi melintang.
       Regangan luncur  =

2. TEGANGAN(STREES) 
   Perhatikan gambar dibawah ini :
   











 

F       F         F


























 










   Gambar a memperlihatkan sebuah batang yang memiliki penampang lintang uniform dan luas A. Batang ini pada masing-masing ujungnya mengalami gaya tarik F yang sama besarnya dan berlawanan arah. Maka dapat dikatakan bahwa batang tersebut dalam keadaan bertegangan.
    Pada gambar b tampak bahwa tegangan atau ketegangan ditempat irisan itu didefinisikan sebagai perbandingan besar gaya F terhadap luas penampang A.
Tegangan ini dapat dituliskan dengan persamaan :
      Tegangan = F
                         A
     Perhatikan kembali gambar tersebut,gambar c menunjukkan irisan yang arahnya sembarang dan diberi gaya F yang terdistribusu pada bidang A` yang memiliki luas yang lebih besar dan arahnya tidak tegak lurus terhadap bidang. Bila keseluruhan gaya tersebut dinyatakan dengan suatu vektor,maka vektor tersebut dapat diuraikan menjadi komponen-komponen Fn terhadap bidang A`. Perbandingan F1 terhadap bidang A` disebut tegangan tangensial pada irisan.
Pernyataan tersebut dapat diubah kedalam bentuk persamaan :
     Tegangan normal = Fn
                                        A`
     Tegangan tangensial = Ft
                                          A`
Perhatikan gambar berikut :












 
F                                           F






 
   Gambar diatas adalah gambar sebuah batang yang mengalami dorongan pada ujung-ujungnya atau daspat juga dikatakan bahwa batang tersebut sedang berada dalam kompresi. Benda tersebut juga mengalami tegangan,tetapi dalam hal ini tegangan tersebut disebut tegangan kompresi.

3.MODULUS ELASTIK
       Tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan tertentu tergantung pada sifat bahan yang mengalami tegangan tersebut. Perbandingan antara teganagn terhadap regangan,atau regangan persatuan regangan disebut modulus elastik. Semakin besar modulus elastik,maka semakin besar pula tegangan yang diperlukasn untuk menghasilkan suatu regangan tertentu.
        Definisi modulus luncur dapat juga dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
L = d  Ft / A  = h . d Ft

Dx /h       A    dx

Dengan dx adalah pertambahan nilai x apabila gaya luncur bertambah besar d di Ft.

4.KONSTANTA GAYA
       Modulus elastik yang memiliki banyak macam itu masing-masing merupakan besaran yang menyatakan sifat elastik suatu bahan tertentu dan bukan menunjukan langsung seberapa jauh sebuah batang kabel atau pegas yang terbuat dari bahan yang bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh beban.
Apabila persamaan modulus digunakan untuk mencari nilai Fn maka akan diperoleh :
  Fn = YA . l
  lo
dimana :
Fn = Gaya tarik
A  = Luas penampang
Y  = Modulus elastisitas
Lo = Panjang batang semula
     Bila YA/lo diganti dengan suatu konstanta k dan perpanjangan l diganti dengan x maka akan diperoleh persamaan :
           F = k . x
Dimana :
F = Gaya tarik
k = konstanta
x = pertambahan panjang
         Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa besarnya nilai suatu pertambahan panjang sebuah benda yang mengalami tarikan (dihitung dari panjang awalnya) sebanding dengan besar gaya yang merenggangkannya. Pada awal mulanya Hukum Hooke diungkapkan dalam bentuk persamaan tersebut sehingga tidak terdapat dasar pengertian mengenai tegangan dan regangan.
          Apabila sebuah pegas kawat uir diregangkan tegangan yang terdapat dalam kawat tersebut maka akan praktis merupakan tegangan lunsur semata. Pertambahan panjamg pegas itu sebagai keseluruhan berbanding lurus dengan besar gaya yang menariknya. Maksudnya persamaan bentuk (F = k . x) itu dapat berlaku dimana konstanta k bergantung pada modulus luncur kawat itu pada radiusnya,radius ulir,dan jumlah ulurnya,pertambahan panjang awal.
Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan :
     Regangan terhadap tarikan = l – lo = l
                                                          lo        lo
     Percobaan membuktikan bahwa sampai batas proposional tegangan memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama. Tidak peduli apakah tegangan itu akibat regangan /akibat kompresi. Oleh karena itu untuk bahan tertentu untuk bahan tertentu perbandingan tegangan tarik terhadap regangan tarik sama juga dengan perbandingan tegangan kompresi terhadap regangan kompresi.
Perbandingan ini disebut modulus regangan atau modulus young (Y) yang besarnya :
        Y = tegangan tarik = tegangan kompresi
               regangan tarik    reganagn kompresi
            = Fn/A  =  lo . Fn
                  l/lo         A . l
         Jika batas porposional belum terlampaui,perbandingan tegangan terhadap regangan bernilai konstan. Oleh karena itu hukum Hooke sama maknanya dengan suatu ungkapan bahwa dalam batas proposional,menurut elastik suatu bahan adalah tetap atau konstan,serta bergantung pada sifat dan bahannya.
Jika gaya Fn bertambah besar sebesar di Fn,dan sebagai akibatnya batang itu bertambah sebesar modulus regangan didefinisikan sebagai berikut :
Y = d  Fn / A = l  . d Fn
                   Dl / lo       lo    dl
Penafsiran ini setara dengan pendefinisian modulus disetiap titik sebagai kemiringan kurva dalam grafik tegangan regangan.
Modulus luncur l suatu bahan dalam daerah Hukum Hooke didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur dengan regangan luncur yang dihasilkannya.
L = Tegangan luncur = Ft / A = h . Ft

                Regangan luncur     x / h     A  dx



V. PROSEDUR PERCOBAAN

1.     Pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia.
2.      atur jarak kedua skala dan tempatkan jarum pada skala nol.
3.      gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan jarum pada masing-masing skala.
4.      ulangi butir 3 dengan menambahkan beban berikutnya. Setelah semua anak timbangan digantung,kurangi satu persatu,catat penyimpangannya.
5.      ulangi butir 3 dan 4 dengan mengubah posisi puntiran (kiri atau kanan).
6.     ukur jarak antara dua skala.
7.      ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol.
8.      ulangi butir 1 sampai 7 untuk jenis kawat lainnya.


VI. DATA HASIL PERCOBAAN

No
Susunan massa
Kanan S1
Kanan S2
Kiri S1
Kiri S2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
M
m1+m2
m1+m2+m3
m1+m2+m3+m4
m1+m2+m3+m4+m5
m1+m2+m3+m4
m1+m2+m3
m1+m2
m
2
4
6
8
10
8
6
4
2
1
2
3
4
5
4
3
2
1
2
4
6
8
10
8
6
4
2
1
2
3
4
5
4
3
2
1

*katrol                                  *kawat
 k = 40 cm                                panjang (l) = 64,4 cm
k = p . d                                *m1=m2=m3=m4=m5 = 0,5 kg
40 = 3,14 . d                         *jarak antara 2 skala = 21 cm
d = 12,739 cm

*kawat
d = 4 + (5 x 0,05)  + 0,24
   = 4 + 0,25 + 0,24
   = 4,49 mm



VII. PENGOLAHAN DATA

I. Kuningan
  a) diameter katrol (D)
       D = 12,89 cm
     ΔD = ½ x 0,1 cm
           = 0,05 cm
     Nilai terbaik = 12,89 ± 0,05 cm
     Kesalahan absolut = ± 0,05 cm
     Kesalahan relatif = ΔD/D x 100 % = 0,05/12,89 x 100 % = 0,38                                                                                                                                                                   %
  b) diameter kawat tembaga (d)
        d = 4,58 mm
        d = ½  x 0,01 mm
        Nilai terbaik = 4,58 ± 0,005 mm
        Kesalahan absolut = ± 0,005
        Kesalahan relatif  = 0,005  x 100 % = 0,1 %
                                             4,58          
  c) panjang kawat (l)
         l = 64,5 cm
      Dl = ½ x 0,1 = 0,05 cm
         Nilai terbaik = 64,5 ± 0,05
         Kesalahan absolut = ± 0,05 cm
         Kesalahan relatif = 0,07 %
   d) jarak dua skala
        l = 19,7 cm
      Dl = 0,05 cm
        Nilai terbaik = 19,7 ± 0,05
        Kesalahan absolut =  ± 0,05 cm
        Kesalahn relatif = 0,25 %

 e) Skala/sudut puntir
   1. M
     
No
S1
S1-S1
1
2
3
4
3,5
3,5
4
4
0,2
0,2
0,3
0,3
å
15
1
    S1 = 15/4 = 3,7
     S = ¼ = 0,25
Nilai terbaik = 3,75 ± 0,25
Kesalahan absolut = ± 0,25
Kesalahan relatif = 6,7 %
   
  
No
S2
S2-S2
1
2
3
4                                           
1,75
1,75
2
2
0,12
0,12
0,13
0,13
å
7,5
0,5
S2 = 7,5/4 = 1,87
S2-s2 = 0,5/4 = 0,117
Nilai terbaik = 1,87  ±  0,117
Kesalahan absolut =  ± 0,117
Kesalahan relatif = 6,2 %
2. m1+m2
No
S1
s1-s1
1
2
3
4
7,5
7,5
8
8
0,2
0,2
0,3
0,3
å
31
1
S2 = 31/4 = 7,7
S2-s2 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 7,7  ±  0,25
Kesalahan absolut =  ± 0,25
Kesalahan relatif = 3,24 %

No
S2
S2-S2
1
2
3
4
3,75
3,75
4
4
0,12
0,12
0,13
0,13
å
15,5
0,5
S2 = 15,5/4 = 3,87
S2-s2 = 0,5/4 = 0,125
Nilai terbaik = 3,87  ±  0,125
Kesalahan absolut =  ± 0,125
Kesalahan relatif = 3,22 %

3. m1+m2+m3




No
S1
S1-S1
1
2
3
4
11,5
11,5
12
12
0,2
0,2
0,3
0,3
å
47
1
S1 = 7,5/4 = 11,7
S1-s1 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 11,7  ±  0,25
Kesalahan absolut =  ± 0,25
Kesalahan relatif = 1,06 %

No
S2
s2-s2
1
2
3
4
5,75
5,75
6
6
0,12
0,12
0,13
0,13
å
23,5
0,5
S2 = 23,5/4 = 5,87
S2-s2 = 0,5/4 = 0,125
Nilai terbaik = 5,87  ±  0,125
Kesalahan absolut =  ± 0,25
Kesalahan relatif = 2,12 %

4. m1+m2+m3+m4

No
S1
s1-s1
1
2
3
4
15,5
15,5
16
16
0,2
0,2
0,3
0,3
å
63
1
S2 = 63/4 = 15,7
S2-s2 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 15,7  ±  0,25
Kesalahan absolut =  ± 0,25
Kesalahan relatif = 1,59  %

No
S2
S2-S2
1
2
3
4
7,75
7,75
8
8
0
0
0,25
0,25
å
31
0,5
S2 = 7,5/4 = 7,75
S2-s2 = 0,5/4 = 0,125
Nilai terbaik = 7,75  ±  0,125
Kesalahan absolut =  ± 0,125
Kesalahan relatif = 1,62 %

5. m1+m2+m3+m4+m5

No
S1
s1-s1
1
2
19
19,5
0,25
0,25
å
38,5
0,5
S2 = 38,5/2 = 19,25
S2-s2 = 0,5/2 = 0,25
Nilai terbaik = 19,25  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0  %

No
S2
S2-S2
1
2
9,5
9,75
0,38
0,63
å
18,25
1,01
S2 = 18,25/2 = 9,12
S2-s2 = 1,01/2 = 0
Nilai terbaik = 9,12  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %



2. Besi
  a) diameter katrol (D)
       D = 12,73cm
     ΔD = ½ x 0,1 cm
           = 0,05 cm
     Nilai terbaik = 12,73± 0,05 cm
     Kesalahan absolut = ± 0,05 cm
     Kesalahan relatif = ΔD/D x 100 % = 0,05/12,73 x 100 % = 0,39                                                                                                                                                                   %
  b) diameter kawat besi (d)
        d = 4,49 mm
        d = ½  x 0,01 mm
        Nilai terbaik = 4,49 ± 0,005 mm
        Kesalahan absolut = ± 0,005
        Kesalahan relatif  = 0,005  x 100 % = 0,111 %
                                             4,49          
  c) panjang kawat (l)
         l = 64,4 cm
      Dl = ½ x 0,1 = 0,05 cm
         Nilai terbaik = 64,4 ± 0,05
         Kesalahan absolut = ± 0,05 cm
         Kesalahan relatif = 0,07 %
   d) jarak dua skala
        l = 21 cm
      Dl = 0,05 cm
        Nilai terbaik = 21 ± 0,05
        Kesalahan absolut =  ± 0,05 cm
        Kesalahn relatif = 0,23 %

 e) Skala/sudut puntir
   1. M
     
No
S1
S1-S1
1
2
3
4
2
2
2
2
0
0
0
0
å
8
0
    S1 = 8/4 = 2
     S = 0
Nilai terbaik = 2 ± 0
Kesalahan absolut = ± 0
Kesalahan relatif = 0 %
   
  
No
S2
S2-S2
1
2
3
4                                            
1
1
1
1
0
0
0
0
å
4
0
S2 = 4/4 = 1
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 1±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %
2. m1+m2
No
S1
s1-s1
1
2
3
4
4
4
4
4
0
0
0
0
å
16
0
S2 = 16/4 = 4
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 4  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %

No
S2
S2-S2
1
2
3
4
2
2
2
2
0
0
0
0
å
8
0
S2 = 8/4 = 2
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 2 ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %

3. m1+m2+m3

No
S1
S1-S1
1
2
3
4
6
6
6
6
0
0
0
0
å
24
0
S1 = 24/4 = 6
S1-s1 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 6  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif =0 %

No
S2
s2-s2
1
2
3
4
3
3
3
3
0
0
0
0
å
12
0
S2 = 12/4 = 3
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 3 ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %

4. m1+m2+m3+m4

No
S1
s1-s1
1
2
3
4
8
8
8
8
0
0
0
0
å
32
0
S2 = 32/4 = 8
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 8  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0  %

No
S2
S2-S2
1
2
3
4
4
4
4
4
0
0
0
0
å
16
0
S2 = 16/4 = 4
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 4  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %
5. m1+m2+m3+m4+m5

No
S1
s1-s1
1
2
10
10
0
0
å
20
0
S2 = 20/2 = 10
S2-s2 = 0/2 = 0
Nilai terbaik = 10  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0  %

No
S2
S2-S2
1
2
5
5
0
0
å
10
0
S2 = 10/2 = 5
S2-s2 = 0/2 = 0
Nilai terbaik = 5  ±  0
Kesalahan absolut =  ± 0
Kesalahan relatif = 0 %

VIII. PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Gambarkan grafik antara T dan q dan carilah harga dari k` !!

Penyelesaian :
A. Kawat kuningan
*) m1                                   *) m1+m2
 T1 = m1 . g . r                       T1 = (m1+m2) . g . r
       = 0,5 . 9,8 . 0,064                  = 1 . 9,8 . 0,064                
       = 0,313 Nm                           = 0,627 Nm
q1 = arc tan | s1-s2|                  q2 = arc tan |s1-s2|
                         L                                              l
     = arc tan |3,7-1,87|                   = arc tan |7,7-3,87|
                        19,7                                            19,7
 = arc tan 0,295 = 0,092 rad         = arc tan 0,194 = 0,092 rad

*) m1+m2+m3                           *) m1+m2+m3+m4
 T1 = (m1+m2+m3) . g . r              T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
       = 1,5 . 9,8 . 0,064                          = 2 . 9,8 . 0,064                 
       = 0,94 Nm                                     = 1,154 Nm
q1 = arc tan | s1-s2|                         q2 = arc tan |s1-s2|
                         L                                              l
     = arc tan |11,7-5,87|                         = arc tan |15,7-7,75|
                        19,7                                                    19,7
 = arc tan 0,295 = 0,287 rad                  = arc tan 7,95= 1,44 rad

*) m1+m2+m3+m4+m5                          
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r             
       = 2,5 . 9,8 . 0,064                                         
       = 1,568 Nm                                    
q1 = arc tan | s1-s2|                        
                         L                                              
     = arc tan |19,25-9,12|                        
                        19,7                                                   
 = arc tan 0,514= 0,474 rad

Tabel
No
X
y
xy
X2
1
2
3
4
5
0,092
0,191
0,287
1,440
0,474
0,313
0,627
0,940
1,254
1,568
0,028
0,119
0,269
1,805
0,743
0,008
0,036
0,082
2,073
0,224
å
2,484
4,702
2,964
2,423

åx = 2,484/5 = 0,496
åy = 4,702/5 = 0,940
åxy = 2,964/5 = 0,592
åx2 = 2,423/5 = 0,484

A = k` = nåxy - åx . åy
                n(åx2)-( åx)2
           = 5 . 0,592 – 0,496 . 0,94
                 5 . 0,484 – (0,496)2
          = 2,494  = 1,147
              2,174

B = åx2 . åy - åxy . åx
          N (åx2) – (åx)2
  
    = 0,484 . 0,94 – 0,592 . 0,496
          5 . 0,484 – (0,496)2
    = 0,161 = 0,074
        2,174


  Y = Ax + B               k` = 1,147
X = 1 → Y = 1,147 . 1 + 0,074 = 1,221
X = 2 → Y = 1,147 . 2 + 0,074 = 2,368
X = 3 → Y = 1,147 . 3 + 0,074 = 3,515
X = 4 → Y = 1,147 . 4 + 0,074 = 4,662


B. Kawat besi
*) m1                                   *) m1+m2
 T1 = m1 . g . r                       T1 = (m1+m2) . g . r
       = 0,5 . 9,8 . 0,063                  = 1 . 9,8 . 0,063                
       = 0,308 Nm                           = 0,617 Nm
q1 = arc tan | s1-s2|                  q2 = arc tan |s1-s2|
                         L                                              l
     = arc tan |1-2|                           = arc tan |2-4|
                      21                                    21       
 = arc tan 0,04 = 0,039 rad           = arc tan 0,095 = 0,094 rad

*) m1+m2+m3                           *) m1+m2+m3+m4
 T1 = (m1+m2+m3) . g . r              T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
       = 1,5 . 9,8 . 0,063                          = 2 . 9,8 . 0,063                
       = 0,926 Nm                                     = 1,234 Nm
q1 = arc tan | s1-s2|                         q2 = arc tan |s1-s2|
                         L                                              l
     = arc tan |3-6|                                  = arc tan |4-8|
                      21                                                    21
 = arc tan 0,14 = 0,141 rad                  = arc tan 0,19= 0,186 rad

*) m1+m2+m3+m4+m5                          
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r             
       = 2,5 . 9,8 . 0,063                                          
       = 1,543 Nm                                    
q1 = arc tan | s1-s2|                        
                         L                                             
     = arc tan |5-10|                         
                      21
 = arc tan 0,27= 0,123 rad

Tabel
No
X
y
xy
X2
1
2
3
4
5
0,039
0,094
0,141
0,186
0,230
0,308
0,617
0,924
1,234
1,543
0,012
0,057
0,129
0,229
0,354
0,001
0,008
0,019
0,034
0,050
å
0,689
4,628
0,781
0,114

åx = 0,689/5 = 0,137
åy = 4,628/5 = 0,925
åxy = 0,781/5 = 0,156
åx2 = 0,114/5 = 0,022

A = k` = nåxy - åx . åy
                n(åx2)-( åx)2
           = 5 . 0,156 – 0,137 . 0,925
                 5 . 0,022 – (0,02)2
          = 0,654  = 5,96
             0,1096

B = åx2 . åy - åxy . åx
          N (åx2) – (åx)2
  
    = 0,0004 . 0,925 – 0,156 . 0,137
          5 . 0,0004 – (0,137
    = -0,021 = 0,155
        -0,135


  Y = Ax + B               k` = 5,96
X = 1 → Y = 5,96 . 1 + 0,155 = 6,115
X = 2 → Y = 5,96 . 2 + 0,155 = 12,075
X = 3 → Y = 5,96 . 3 + 0,155 = 18,035
X = 4 → Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 23,995
X = 5 → Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 29,995

Tabel dan grafik








2. cari g dan bandingkan dengan yang ada pada handbook !!
   Penyelesaian :
 G = 32 . L . k`              L dan d dalam satuan meter
             D4
Untuk kuningan :
   G = 32 . 6,45 . 5,96
           (4,58 x 10-2)4
      =     1230,14                   = 2,795 x 108 dyne
        440,009x 10-8

Untuk besi :
  G = 32 . 6,44 . 1,147
         (4,49 x 10-2)4
  G =      236,37             = 0,581 x 108
         406,429x10-8

Harga G kuningan pada handbook
     G = 4,9208 x 10 13
Harga G besi pada handbook
     G = 9,7522 x 10 13






IX. ANALISIS PERCOBAAN
       Dari hasil percobaan dapat dianalisis hakl-hal sebagai berikut :
1.     sudut puntir besi lebih kecil daripada kuningan untuk berat beban yang sama.
2.     harga k besi lebih besar daripada kuningan.
3.     harga modulus rigitas (G) besi lebih besar dari kuningan. Harga modulus rigitas (G) yang didapat dari hasil percobaan ini menyimpang dari harga modulus rigitas pada handbook. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor kesalahn seperti tersebut dibawah ini.
4.     kemiringan grafik untuk besi lebih besar daripada kuningan.

Percobaan ini dilakukan mempunyai tujuan agar praktikan

dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai elastisitas pegas dari bahan baja serta dapat menentukan modulus rigiditas suatu bahan dalam bentuk kawat.
        Pada percobaan ini digunakan alat-alat seperti mistar,anak timbangan,alat torsi lengkap dengan timbangannya,kawat yang diuji,jangka sorong dan mikrometer sekrup.
         Mula-mula kita pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia.kemudian atur jarak kedua skala daan tempatkan jarum pada skala nol. Gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan jarumpada masing-masing skala.Ulangi dengan menambahkan beban berikutnya. Setelah anak timbangan digantung,kurangi satu persatu,catat juga penyimpangannya. Ulangi kembali percobaan itudengan mengubah pososi puntiran (kiri atau kanan). Setelah itu ukur jarak antara dua skala dan ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol. Percobaan diatas diulangi kembli untuk jenis kawat yang lainnya.
Percabaan yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa sampai batas proposional tegangan memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama,tidak peduli apakah tegangan itu akibat regangan atau kompresi. Karena itu perbandingan tegangan tarik terhadap regangan tarik,untuk bahan tertentu sama juga dengan perbandingan tegangan kompresi terhadap regangan kompresi. Perbandingan ini disebut Modulus regangan atau Modulus Young (Y).


X. SUMBER KESALAHAN
1.     kekurang telitian si praktikan dalam mengamati percobaan tersebut.
2.     kekurang telitian alat percobaan karena terlalu sering digunakan dalam setiap percobaan.
3.     pembulatan angka desimal yang kurang tepat dalam perhitungan yang telah dilakukan dalam percobaan.
4.     kesalahan praktikan dalam memasangkan beban
5.     kurang tepatnya dalam membaca skala pada jaru alat torsi.


XI. KESIMPULAN
1.     elastisitas adalah ilmu yang mempelajari tentang elastik.
2.     elastis merupakan sifat suatu benda yang dapat kembali kekeadaannya semula.
3.     modulus rigitas adalah perbandingan tegangan dan regangan untuk suatu bahan tertentu.
4.     harga modulus rigitas tidak akan sama pada setiap bahan yang akan digunakan pada setiap praktikum.
5.     makin besar sudut puntir yang didapat,maka akan semakin kecil harga modulus rigitasnya.


XII. DAFTAR PUSTAKA
      
      1. Tim Penyusun . 2005 . Petunjuk Praktiksn Fisika Dasar . Indralaya : Universitas Sriwijaya
        2.  Kertiasa, N . 1994 . Fisika 3 untuk SMU Kelas 3 . Jakarta : Balai Pustaka
        3.  Tipler . 2001 . Fisika untuk Sains dan Teknik (Terjemahan) . Jakarta : Erlangga
        4.  Sutrisno . 1984 . Seri Dasar Fisika Jilid 2 . ITB Bandung.

1 comment:

  1. bolavita, agen judi bola online, Judi bola, agen bola, bandar bola, casino online, agen casino, situs taruhan, judi online, agen bola terpercaya, judi bola online, Situs Judi Bola, taruhan bola, bola online

    bolavita merupakan Situs Judi bola online terpercaya di Indonesia. Bandar Bola resmi dan Agen Bola online dengan pasaran terlengkap dan pelayanan yang ramah selama 24 Jam

    Boss Juga Bisa Kirim Via :
    Wechat : Bolavita
    WA : +6281377055002
    Line : cs_bolavita
    BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

    ReplyDelete

DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...