Friday 13 February 2015

RESUME - KOSMOLOGI BARU



KOSMOLOGI BARU

      I.            tujuan pembelajaran
  1. Untuk mengetahui definiisi kosmologi
  2. Untuk mengetahui pembagian kosmologi
  3. Untuk mempelajari kosmologi ilmiah
  4. Untuk mengetahui kajian filosofi terhadap kosmologi ilmiah
  5. Untuk mempelajari kosmologi filsafat
  6. Untuk mengetahui empat kelompok varian besar pada kosmologi filsafat
  7. Mejelaskan perspektif-perspektif kosmologi metafisis tentang “waktu
  8. Untuk mempelajari kosmologi baru
  9. Untuk mengetahui penemuan Nicolaus Copernicus
  10. Menjelaskan gagasan aristoteles
  11. Untuk mengetahui penemuan Galileo Galilei
  12. Untuk mengetahui tahun berapa Galileo Galilei menemukan teleskop
  13. Menjelaskan bagaimana cara galileo menemukan teleskop
  14. Untuk mengetahui tahun berapa Galileo Galilei mengamati tentang venus
  15. Untuk mengetahui penemuan Johannes Keppler
  16. Untuk mengetahui tahun berapa Johannes Keppler merumuskan orbit planet dan kuadrat jarak
  17. Untuk mengetahui penemuan Isaac Newton
  18. Untuk mengetahui penemuan Edmund Halley
  19. Untuk mengetahui penemuan William Herschel
  20. Untuk mengetahui penemuan Hubble
  21. Untuk mempelajari kosmologi modern
  22. Menjelaskan penemuan apa saja yang ada pada kosmologi modern

   II. 


III.            PEMBAHASAN
3.1.         Definisi Kosmologi
Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “Chaos”, yang berarti “kacau balau” (Bakker, 1995: 39). Sedangkan “logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Dalam sejarah filsafat Barat, tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang yang pertama kali memakai istilah “kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam tradisi Aristotelian, penyelidikan tentang keteraturan alam disebut sebagai “fisika” (bukan dalam pengertian modern), dan filsafat Skolastik memakai nama “filsafat alami” (philosophia naturalis) untuk menyebut hal yang sama (Bakker, 1995: 40). 
Istilah “kosmologi” (cosmology) dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya “Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere” tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari “metafisika” dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, “teologi metafisik”, maupun “psikologi metafisik” (Munitz, dalam Edward, ed., 1976: 237). 
Dengan demikian, sejak “klasifikasi Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan “ontologi” atau “metafisika umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam (Runes, 1975: 68-69).
Namun demikian, walau secara definitif “kosmologi” dibedakan dengan “ontologi” maupun “filsafat alam”, pemilahan yang tegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidang tersebut merupakan suatu usaha yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objek formal yang hampir sama. Selain dipakai dalam khasanah pemikiran filsafat, istilah “kosmologi” juga dipakai dalam lingkup ilmu empiris, yakni dikenali sebagai ilmu yang menggabungkan hasil-hasil pengamatan astronomis dengan teori-teori fisika dalam rangka menyusun hal-hal astronomis atau fisis dari alam semesta dalam suatu kesatuan dengan skala yang besar (Munitz, dalam: Edward, ed, 1976: 238). Kosmologi ilmiah (scientific cosmology) lebih berpijak pada suatu studi empiris tentang gejala-gejala astronomis. Upaya-upaya yang selalu dilakukan adalah membuat model-model “alam semesta” atas dasar penemuan-penemuan observatorial oleh para astronom.
Dengan demikian sangat berbeda dengan “kosmologi filsafat” yang murni konsepsional dan merupakan analisis kategorial yang dilakukan secara “spekulatif” oleh para filsuf. Adapun kajian filosofis terhadap “kosmologi ilmiah” merupakan sub-bagian dari kajian “filsafat ilmu”, dengan fokus telaah pada aspek-aspek metodologis dan epistemologis bangunan “kosmologi ilmiah” sebagai “ilmu”. Kajian yang dilakukan dalam makalah ini adalah kajian kosmologi filsafat, sekalipun unsur-unsur pemikiran yang ditelaah terkait dengan kosmologi ilmiah tentang ruang-waktu, yang bagimana pun terkait pula dengan gejala-gejala fisis dan astronomis.
Dalam tradisi pemikiran Barat (Yunani, Eropa), perkembangan pemikiran kosmologi filsafat berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat Barat. Tonggak perubahan dari perenungan tentang “kosmos” berpindah pada perenungan tentang “manusia”, dimulai oleh kaum Sofis pada Abad ke 5 Sebelum Masehi (Hatta, 1964: 2). Dengan demikian, telah terjadi kembali “pembongkaran dunia” yang fundamental setelah sebelumnya manusia meninggalkan “dunia mitos” masuk ke dalam “dunia kosmos”. Atas dasar interpretasi baru tentang “dunia” tersebut, para “dewa-dewi” yang masih mempunyai peranan dalam “dunia kosmos”, secara fungsional perannya digantikan oleh anasir-anasir dan hukum-hukum kodrat “yang tidak berpribadi” (impersonal). “Dunia” kemudian diyakini sebagai suatu kesatuan unsur-unsur dasar yang memiliki kodrat dan hukum-hukumnya sendiri.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pada awal perkembangannya kosmologi para filsuf alam tidak sepenuhnya dapat melepaskan diri dari pengaruh kosmogoni dan spekulasi eskatologis yang terdapat dalam mitologi Yunani (Burnet, 1953: 1-4), dan kosmologi filsafat jelas bukan suatu mitologi, sekalipun kedua-duanya merupakan “usaha rasional” dari manusia untuk mencari penjelasan tentang berbagai hal mengenai “dunia”.
Dalam tradisi filsafat Barat, mitologi lebih bersifat spekulatif-deduktif, sedangkan kosmologi filsafati cenderung lebih kritis-induktif dalam arti tidak mungkin lagi menutup mata terhadap kosmologi ilmiah maupun temuan-temuan ilmiah yang lain.
1.      Topik utama kosmologi filsafat menurut Hegel adalah tentang “kontingensi” (kemestian yang merujuk pada “hukum”), “kepastian”, “keabadian”, batas-batas dan hukum formal dunia, kebebasan manusia, dan asal mula kejahatan. Namun rata-rata filsuf hanya mempersoalkan hakikat dan hubungan antara ruang dan waktu, dan persoalan tentang hakikat kebebasan dan asal mula kejahatan sebagai materi telaah di luar bidang kosmologi (Runes, ed, 1975: 69). Secara umum bangunan pemikiran kosmologi filsafat menyatakan bahwa kosmologi filsafat memiliki nilai bila dia mampu memberi kerangka pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa alami/kodrati, batas-batas dan “hukum” ruang-waktu “dunia”, dan bagaimana “keterbatasan manusiawi” tersebut mampu “diatasi”. 

2.       Secara historis perkembangan kosmologi filsafat (barat) dimulai dari filsuf-filsuf alam pra Sokratik, yang kemudian persoalan-persoalannya oleh Plato dalam “Timaeus” dan oleh Aristoteles dalam “Physics” disistematisir dan diperluas. Secara umum kosmologi filsafati di Yunani , dengan berbagai varian pemikiran, sepakat bahwa ruang jagad raya ini terbatas dan di bawah pengaruh hukum-hukum yang tidak dapat dirubah, yang memiliki ketentuan dan irama tertentu. Pada Abad Tengah, mulai diperkenalkan konsep-konsep “penciptaan” dan “kiamat”, “keajaiban” dan “pemeliharaan” oleh Tuhan dalam kosmologi. Perkembangan ilmu empiris, kosmologi filsafat jaman modern sebagaimana dikemukakan oleh Descartes, Leibniz, maupun Newton mengalihkan kecenderungan yang muncul pada Abad tengah kepada corak pemikiran yang lebih dekat dengan pemikiran Yunani.
Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan: 
1.      Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat dunia itu “jamak” ataukah “tunggal” (monisme, pluralisme).
2.      Kedudukan manusia dalam kosmis (subjektivistis, objektivistis).
3.      Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yang lain (penonjolan “perbedaan” antara esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yang lain pada: Husserl, Scheler, Hartman, dan Heidegger; pengutamaan pada “kesamaan” antara esensi dan substansi “pengkosmos-pengkosmos” pada: panpsikisme dan Whitehead). 
4.      Pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan kosmologi Pancasila) (Bakker, 1995: 42-52). Klasifikasi yang dilakukan Bakker yang masih searah dengan kecenderungan kosmologi post-Kantian, yakni mengaitkan telaah kosmologi dengan “metafisika”, membawa kajian kosmologi pada pendekatan integratif dengan bidang-bidang pokok filsafat yang lain, baik itu metafisika, epistemologi, aksiologi, maupun filsafat manusia. 
Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisis tentang “waktu”, , secara garis besar dapat dipilah dalam empat kelompok, yakni: 
1.      Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual. Pemikiran yang demikian dianut oleh Parmenides, Zeno, Budhisme, Advaita Vedanta, Descartes, Leibniz, Locke, Hume, Berkeley, Fichte, Scheling, Hegel, Kant, Morris Schlick, Reichenbach, dan Carnap).
2.      Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan realitas absolut yang universal, tidak mempunyai kesatuan yang intrinksik dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni. Kosmologi yang demikian dapat ditemukan pada kosmologi Indonesia/ Jawa, Jaina, Nyanya, Vaiseshika, Gassendi, Newton, Clarke, Whitehead, dan Alexander.
3.      Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata, sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi. Corak kosmologi yang demikian nampak pada pemikiran Aristoteles, Agustinus, Thomas Aquinas, Einstein, dan kosmologi Pancasila. 

4.      Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu yang heterogen sebagaimana dikemukakan oleh Bergson, atau sebagai dimensi historis dari pribadi, sebagaimana diyakini oleh eksistensialisme (Bakker, 1995: 111-116).
Dari “peta kosmologi” di atas, terlihat bahwa tradisi kosmologi timur paling dominan diwarnai oleh subjektivisme dan realisme ekstrem. Dari berbagai varian yang ada itu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat “konsekuensi-konsekuensi logis” dari suatu varian pemikiran kosmologis terhadap pandangan manusia tentang aspek-aspek lain dari kehidupannya.
3.2.         Kosmologi Baru dari Copernicus Menuju ke Galileo dan Kepler.
Dimulai pada abad kedua belas, ilmuwan Arab, ahli Taurat, dan penerjemah secara bertahap memperkenalkan kepada Eropa ilmu astronomi seperti yang dikembangkan dalam peradaban Islam berdasarkan model Helenistik sebelumnya (terutama Ptolemy dan Aristoteles). Tetapi, gereja Katolik memutuskan untuk mengadopsi model kosmologi geosentris Ptolemeus sebagai prinsip teologisnya, ilmuwan yang mengkritik model ini dianggap sebagai pelaku bidah
a)       Nicolaus Copernicus
Ilmuwan Polandia bernama Nicolaus Copernicus (1473-1544) mengemukakan model heliosentrisnya secara anonim Dalam model ini, Copernicus mendalilkan bahwa Matahari sebagai pusat alam semesta dan Bumi beserta planet-planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit lingkaran.
Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.
Namun, kelemahan teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet.
 Untuk menopang teorinya, Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu. Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan dia menghitung jarak relatif antara planet-planet dan Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya menetukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta.
b)     Galileo Galilei 
Pada tahun 1609, Galileo menemukan teleskop dan berdasarkan penyelidikan ilmiahnya, ia menyatakan bahwa model alam semesta geosentris dari Ptolemy benar-benar tidak digunakan para peneliti berpengetahuan dan digantikan model heliosentris (Drake, 1990: 145-163).
Pada 7 Januari 1610 Galileo mengamati dengan teleskop tiga dari empat Jupiter terbesar satelit (bulan). Pengamatannya dari satelit Jupiter menciptakan sebuah revolusi dalam astronomi yang bergema sampai hari ini. Sebuah planet dengan planet-planet lebih kecil yang mengorbit itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Aristotelian Kosmologi , yang beranggapan bahwa semua benda langit harus melingkari b umidan banyak astronom dan filosof awalnya menolak untuk percaya bahwa Galileo bisa menemukan hal seperti itu.
Dari September 1610, Galileo mengamati bahwa Venus menunjukkan set lengkap fase yang sama dengan yang dari Bulan . Para model heliosentris dari tata surya yang dikembangkan oleh Nicolaus Copernicus meramalkan bahwa semua tahap akan terlihat karena orbit Venus mengitari Matahari akan menyebabkan belahan bumi diterangi dalam menghadapi Bumi ketika berada di sisi berlawanan dari Matahari dan wajah jauh dari Bumi ketika berada di sisi Bumi-Matahari.
Secara tradisional orbit Venus ditempatkan sepenuhnya pada sisi dekat Matahari, di mana ia bisa menunjukkan sabit saja dan fase baru. Meskipun demikian, juga memungkinkan untuk menempatkannya sepenuhnya pada sisi yang jauh dari Matahari, di mana itu bisa hanya menunjukkan fase bungkuk dan penuh. Setelah pengamatan teleskopik Galileo dari sabit, fase bungkuk dan penuh Venus, oleh karena itu, model Ptolemeus menjadi tidak dapat dipertahankan.
Jadi di awal abad 17 sebagai hasil dari penemuan sebagian besar astronom dikonversi ke salah satu geo-heliosentris berbagai model planet, seperti Tychonic, Capellan dan Capellan Perluasan model,  masing-masing baik dengan atau tanpa bumi berputar setiap hari. Jadi Galileo mengklaim bahwa ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab sedang mendiskusikan berbagai jenis "gerakan" dari bumi, dan tidak rotasi. 
c)      Johannes Keppler
Ilmuwan Johannes Kepler merumuskan tiga pernyataan matematis yang secara akurat menggambarkan revolusi planet-planet di sekitar Matahari. Kepler melihatnya sebagai teori kosmologi yang memberikan bukti untuk teori Copernican. Sebelum presentasi sendiri teorinya, dia memberikan argumen untuk menentukan hal masuk akal dari teori Copernican itu sendiri. Kepler menegaskan bahwa dibandingkan dengan teori geocentric yang lebih jelas dalam daya. Misalnya, Copernican teori yang dapat menjelaskan mengapa Venus dan Mercury tidak pernah terlihat sangat jauh dari Matahari (mereka terletak antara Bumi dan Matahari) sedangkan dalam teori geocentric tidak ada penjelasan dari fakta ini. 
  Johannes Kepler pada awal 1609 merumuskan Bahwa orbit planet tidak melingkar, tapi elips, matahari menduduki salah satu fokus dari elips. Kemudian kecepatan gerak planet bervariasi di berbagai bagian orbit sedemikian rupa bahwa garis imajiner ditarik dari matahari ke planet ini, artinya, vektor radius orbit planet selalu menyapusama daerah dalam waktu tertentu.
Pada tahun 1618, ia juga mampu merumuskan bahwa Kuadrat jarak dari berbagai planet dari matahari adalah sebanding dengan kubus dari mereka periode revolusi tentang matahari.
d)     Isaac Newton
Pada tahun 1687, dalam karya utamanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, Isaac Newton mengemukakan teori gravitasi yang mendukung model Copernicus dan menjelaskan bagaimana benda secara umum bergerak dalam ruang dan waktu (Hall, 1992:202). Kemudian Newton menyatakan hukum gerak Newton yang memungkinkan banyak kemajuan dalam revolusi Industri yang kemudian terjadi. Dia menggunakan kata Latin gravitas (berat) untuk efek yang kemudian dinamakan sebagai gravitasi, dan mendefinisikan hukum gravitasi universal.
Dalam karya yang sama, Newton mempresentasikan metode analisis geometri yang mirip dengan kalkulus, dengan 'nisbah pertama dan terakhir', dan menentukan analisis untuk menentukan (berdasarkan hukum Boyle) laju bunyi di udara, menentukan kepepatan bentuk sferoid Bumi, memperhitungkan presesi ekuinoks akibat tarikan gravitasi bulan pada kepepatan Bumi, memulai studi gravitasi ketidakteraturan gerak Bulan, memberikan teori penentuan orbit komet, dan masih banyak lagi.
Newton memperjelas pandangan heliosentrisnya tentang tata surya, yang dikembangkan dalam bentuk lebih modern, karena pada pertengahan 1680-an dia sudah mengakui Matahari tidak tepat berada di pusat gravitasi tata surya. Bagi Newton, titik pusat Matahari atau benda langit lainnya tidak dapat dianggap diam, namun seharusnya "titik pusat gravitasi bersama Bumi, Matahari dan Planet-planetlah yang harus disebut sebagai Pusat Dunia", dan pusat gravitasi ini "diam atau bergerak beraturan dalam garis lurus".(Newton mengadopsi pandangan alternatif "tidak bergerak" dengan memperhatikan pandangan umum bahwa pusatnya, di manapun itu, tidak bergerak. 
Mekanika Newton cukup baik bila digunakan pada tata surya, tetapi teori kosmologis pada waktu itu berpandangan lain. Menurut Aristoteles, bintang-bintang memiliki posisi yang tetap dan alam semesta di luar tata surya bersifat statis. Meskipun alam semesta yang dinamis dengan mudah dapat diprediksi teori gravitas Newton, tetapi keyakinan bahwa alam semesta statis menurut Aristoteles begitu kuat sehingga bertahan selama tiga abad setelah Newton (Benih, 1990:86-107).“Kalaulah memang aku berhasil melihat lebih jauh. Itu karena aku berdiri di atas pundak para raksasa”, Isaac Newton.
Pada tahun 1718, Edmund Halley membandingkan posisi bintang-bintang berdasarkan temuan klasik masa Babilonia dan astronom kuno lainnya dengan pengamatan terbaru, dan diketahui bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap dari posisi ribuan tahun sebelumnya. Kenyataannya posisi bintang-bintang mengalami pergeseran meski dalam jarak yang relatif kecil. Keadaan ini disebut ‘gerak’ nyata bintang (tegak lurus terhadap garis pandang) berkaitan dengan latar belakang bintang yang sangat jauh.
Pada tahun 1783, William Herschel menemukan gerak surya, yaitu gerak matahari relatif terhadap bintang-bintang di lingkungan galaksi tersebut. Herschel juga menunjukkan bahwa Matahari dan bintang lainnya tersusun seperti “butiran kasar dalam gerinda” (Ferguson, 1999:162-165) yang sekarang disebut galaksi Bima Sakti.
pada tahun 1924, Hubble mampu mengukur jarak antar bintang (berdasarkan ‘pergeseran merah’) dan ia menunjukkan bahwa beberapa titik-titik terang yang kita lihat di langit sebenarnya galaksi lain seperti galaksi kita, mesipun mereka terlihat begitu kecil karena jaraknya sangat jauh (Hartmann, 1990:373-375).
Teori Aristoteles tentang alam semesta statis berakhir setelah penemuan Hubble tentang pergeseran merah dari cahaya bintang yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta sebenarnya bergerak; Ibn Arabi sudah menyatakan demikian berabad-abad sebelumnya.
Pada tahun 1980, Stephen Hawking mengatakan: Ketika Einstein merumuskan teori umum relativitas pada tahun 1915, ia begitu yakin bahwa alam semesta statis; ia memodifikasi teorinya supaya hipotesisnya menjadi mungkin dengan memperkenalkan sebuah konstanta kosmologis dalam persamaannya (Hawking, 1998:42).
Pandangan Geosentris menganggap Bumi berada di pusat alam semesta, sementara Heliosentris menganggap Matahari sebagai pusatnya. Kosmologi modern menegaskan bahwa alam semesta merupakan arena ruang-waktu yang tertutup, tidak memiliki pusat; titik di mana pun dapat dianggap sebagai pusat, seperti titik pada permukaan bumi dapat dianggap pusat (dengan memperhatikan permukaan, bukan volumenya). Jadi, apakah Bumi atau Matahari yang menjadi pusat alam semesta adalah perdebatan pada masa perkembangan kosmologi awal, tetapi tidak berlaku setelah ditemukannya galaksi dan jarak antar bintang yang berjauhan. Perlu disebutkan bahwa Ibn Arabi jelas menegaskan alam semesta tidak memiliki pusat (Futuhat al-Makiyya, Vol. II, hal: 677).
IV.     PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.      Tolong kemukaan teori heliosentris yang dikemukkan oleh Nicolaus Copernicus?
Jawab :
Mengemukakan model heliosentrisnya secara anonim dengan berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium (On the Revolutions of the Heavenly Orbs),buku tersebut tidak dipublikasikan sampai tahun 1543, hanya satu tahun sebelum kematiannya. Dalam model ini, Copernicus mendalilkan bahwa Matahari sebagai pusat alam semesta dan Bumi beserta planet-planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit lingkaran.
2.      Apa itu kosmologi?
Jawab :
Kosmologi adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta yang dipakai dalam lingkup ilmu empiris, yakni dikenali sebagai ilmu yang menggabungkan hasil-hasil pengamatan astronomis dengan teori-teori fisika dalam rangka menyusun hal-hal astronomis atau fisis dari alam semesta dalam suatu kesatuan dengan skala yang besar (Munitz, dalam: Edward, ed, 1976: 238)
3.      Siapa saja tokoh yang ada dalam perkembangan zaman renainnse atau zaman  kebangkitan?
Jawab :
-          Nicolaus Copernicus
-           Galileo Galilei
-          Johannes Kepler
-          Isaac Newton
-          Edmund Halley
4.      Apa perbedaan kosmologi ilmiah dan kosmologi filsafat?

Jawab :

a.        Kosmologi Filsafat
            Kosmologi filsafat  murni konsepsional dan merupakan analisis kategorial yang dilakukan secara “spekulatif” oleh para filsuf. Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan (Bakker, 1995: 42-52) : 
            (1) Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat dunia itu “jamak”
                 ataukah “tunggal”
            (2) Kedudukan manusia dalam kosmis.
            (3) Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan subtansi dunia yang
                  lain
            (4) Pendekatan sintesis.

b.      Kosmologi Ilmiah
            Kosmologi ilmiah (scientific cosmology) lebih berpijak pada suatu studi empiris tentang gejala-gejala astronomis. Upaya-upaya yang selalu dilakukan adalah membuat model-model “alam semesta” atas dasar penemuan-penemuan observatorial oleh para astronom. Adapun kajian filosofis terhadap kosmologi ilmiah merupakan sub-bagian dari kajian “filsafat ilmu”, dengan fokus telaah pada aspek-aspek metodologis dan epistemologis bangunan kosmologi ilmiah sebagai “ilmu”.

5.      Secara garis besar dapat dipilah dalam empat kelompok dalam kosmologi metafisis tentang waktu. Tolong Anda jelaskan apa saja empat kelompok tersebut ? 
Jawab :
(1) Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual
(2) Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan realitas absolut yang universal, tidak mempunyai kesatuan yang intrinksik dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni.
(3) Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata, sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi.
(4) Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu yang heterogen sebagaimana dikemukakan oleh Bergson, atau sebagai dimensi historis dari pribadi, sebagaimana diyakini oleh eksistensialisme.
V.      DAFTAR PUSTAKA
1.             http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus Jamilludin.2008. Kosmologi dan      Waktu. http://www.teofos.com/?p=1523(diakses 6 April 2013)
2.             Magge, Bryan. The Story of Philosophy. http://books.google.co.id/    (diakses 6 April           2013)
3.             Smith Williams , Henry. 2002. A History of Science, V2. http://www.blackmask.com/
7.             Isyadiaries28.blogspot.com/2012/.../sejarah-fisika-kosmologi-baru.html
9.             http://id.wikipedia.org/wiki/Kosmologi
18.         http://pucihandayani.blogspot.com/2013/04/galileo-dan-fisika-baru.html
19.         http://blog-aos.blogspot.com/.../isaac-newton-ilmuwan-terbesar-dunia.html
21.         http://alyaamaranggana.blogspot.com/.../tokoh-fisika-paling-inspiratif.html
22.         http://ari-software.blogspot.com/.../5-tokoh-fisika-beserta-penemuannya.html







1 comment:

  1. bolavita, agen judi bola online, Judi bola, agen bola, bandar bola, casino online, agen casino, situs taruhan, judi online, agen bola terpercaya, judi bola online, Situs Judi Bola, taruhan bola, bola online

    bolavita merupakan Situs Judi bola online terpercaya di Indonesia. Bandar Bola resmi dan Agen Bola online dengan pasaran terlengkap dan pelayanan yang ramah selama 24 Jam

    Boss Juga Bisa Kirim Via :
    Wechat : Bolavita
    WA : +6281377055002
    Line : cs_bolavita
    BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

    ReplyDelete

DOWNLOAD 14 BUKU SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013 TERBARU

Hallo Sobat semua…. Selamat datang di Blog Abang . Kali ini postingan Abang adalah membagikan Buku Kurikulum 2013 Untuk SMA Kelas 12 y...