Kata Pengantar
Puji syukur atas ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah
Sejarah Fisika yang berjudul “ Perkembangan Astrinomi Modern “
dengan tepat waktu .
Kerangka materi yang tersaji dalam
makalah ini disusun berdasarkan buku-buku referensi, serta website yang
berkaitan dengan mata kuliah Perkembangan Astronomi Modern. Adapun materi yang
disajikan dalam makalah ini secara ringkas adalah Hakekat Asronomi, Sejarah
Perkembangan Astronomi Modern, Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Bidang
Astronomi, Perkembangan Astronomi pada Zaman Modern dan Perkembangan Astronomi
di Indonesia
Akhirnya, penyusun
menyadari kalau makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai referensi untuk
perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Inderalaya,
April 2012
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar...................................................................................................1
Daftar Isi………………………………………………………………………2
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..3
1.2 Tujuan Penulisan Makalah…………………………………………………4
1.3 Rumusan Makalah………………………………………………………….4
Bab 2 Pembahasan
2.1 Hakikat Astronomi
·
2.1.1 Pengertian dasar astronomi………………………………………5
·
2.1.2 Cabang-cabang ilmu astronomi………………………………….6
2.2 Sejarah Perkembangan Astronomi Modern……………………………….8
2.3 Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Bidang
Astronomi…………………..14
2.4 Perkembangan
Astronomi pada Zaman Modern………………………….19
2.5 Perkembangan
ilmu Astronomi di Indonesia……………………………..19
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….23
3.2 Kritik dan Saran…………………………………………………………..24
Daftar Pustaka………………………………………………………………..25
Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Sebagai salah satu ilmu pengetahuan
tertua dalam peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai 'ratu sains'.
Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan
manusia. Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip
bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Fenomena langit
sangatlah menarik rasa ingin tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah
para ilmuan yang mencoba untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut
Awalnya, manusia menganggap fenomena
langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia
pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia
pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai
menabur benih dan panen.
Berbeda dengan zaman sekarang,
perkembangan astronomi pada zaman sekarang begitu pesat seiring dengan temuan
temuan terbaru seperti penemuan akan adanya sebuah kehidupan di planet mars
karena didalamnya terdapat air, pnemuan planet-planet baru dan pengobservasian
fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih.
Mengkaji ilmu astronomi adalah hal
yang sangat menarik, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap
berjalan dan selalu berkembang. Oleh karena itu kami mencoba mengkaji bagaimana
perjalanan atau sejarah perkembangan ilmu astronomi modern
1.2
Tujuan Penulisan Makalah
1. Mahasiswa dapat memahami hakikat
dari astronomi mulai dari pengertian dasar astronomi dan cabang-cabang ilmu
astronomi
2. Mahasiswa dapat mengkaji dan
memahami sejarah perkembangan astronomi modern
3. Mahasiswa dapat mengetahui
kontribusi ilmuwan muslim dalam bidang astronomi
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami perkembangan astronomi pada zaman modern
dan perkembangan astronomi di Indonesia
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka permasalahan pokok yang menjadi fokus dalam
makalah ini antara lain :
1.
A. Jelaskan pengertian dasar dari
astronomi ?
B. Sebutkan dan
jelaskan cabang-cabang ilmu astronomi ?
2. Jelaskan bagaimana sejarah
perkembangan astronomi modern ?
3. Sebutkan dan jelaskan beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi
yang
telah
disumbangkan bagi perkembangan ilmu astronomi ?
4.Jelaskan bagaimana perkembangan
astronomi pada zaman modern?
5. Jelaskan bagaimana perkembangan
astronomi di Indonesia ?
.
Bab 2
Pembahasan
A.
Hakekat
Astronomi
1.
Pengertian Dasar Astronomi
Astronomi, yang secara etimologi
berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu
yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi
dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan
kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses
yang melibatkan mereka.
Selama sebagian abad ke-20,
astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan
astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin
dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian
astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan
institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka,
kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat
penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya
astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu
fisika atau matematika daripada astronomi.
Secara umum baik "astronomi"
maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang sama.
Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku,
"astronomi" bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi
di luar atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi
tersebut"sedang "astrofisika" adalah cabang dari astronomi yang
berurusan dengan "tingkah laku, sifat-sifat fisika, serta proses-proses
dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena langit".Dalam kasus-kasus
tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank Shu,
"astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini,
sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi
fisika. Namun demikian, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan
berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja
kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika. Banyak badan-badan
penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan
departemen-departemen fisika atau tidak. Astronom-astronom profesional sendiri
banyak yang memiliki gelar di bidang fisika. Untuk ilustrasi lebih lanjut,
salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and Astrophysics (Astronomi
dan Astrofisika).
Astronomi adalah salah satu di
antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya
dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan
dikelirukan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia
dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun
memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan
metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
2.
Cabang-Cabang Ilmu Astronomi
Pada
abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi
observasional dan astronomi
teoretis. Yang pertama melibatkan
pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan
dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada
upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat
benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang
ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan
hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional
kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi
teoretis.
Bidang yang dipelajari juga
dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya menurut
daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan
bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai).
Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus,
tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna),
selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang
gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spektrum
Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu astronomi sebagai berikut :
• Astrometri: cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa, meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan revolusinya.. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.
• Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya.
• Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
• Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
• Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka.
• Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya.
• Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
• Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka sebagai bintang sisa.
• Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.
Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu astronomi sebagai berikut :
• Astrometri: cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa, meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan revolusinya.. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita.
• Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya.
• Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
• Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
• Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka.
• Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya.
• Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
• Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka sebagai bintang sisa.
• Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.
B. Sejarah Perkembangan Astronomi Modern
Awal
perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach (1423-1461) di
universitas Wina serta lebih khusus lagi oleh muridnya Yohanes muller
(1436-1476). Johanes Muller pergi ke Italia khusus untuk belajar karya asli
Ptolemeus tentang astronomi bersama temannya Walther (1430-1504).
Walther adalah seorang yang kaya, ia memiliki observatorium pribadi, serta mesin percetakan pribadi. Muller bersama Walther membuat penanggalan berdasarkan benda-benda langit yang banyak dipakai oleh para pelaut Spanyol dan Portugis.
Muller kemudian pergi ke Roma untuk melakukan pembaruan kalender di sana, akan tetapi ia meninggal sebelum dapat melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya, Walther dan Albrecht Durer.
Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543) memulai karyanya, telah terdapat cukup banyak karya hasil pengamatan astronomi.
Walther adalah seorang yang kaya, ia memiliki observatorium pribadi, serta mesin percetakan pribadi. Muller bersama Walther membuat penanggalan berdasarkan benda-benda langit yang banyak dipakai oleh para pelaut Spanyol dan Portugis.
Muller kemudian pergi ke Roma untuk melakukan pembaruan kalender di sana, akan tetapi ia meninggal sebelum dapat melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya, Walther dan Albrecht Durer.
Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543) memulai karyanya, telah terdapat cukup banyak karya hasil pengamatan astronomi.
Sistem
Copernicus yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai pusat
alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis gerakan bumi
itu adalah gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya),
gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya.
Teori Copernicus tersebut ditulis tangan dan diedarkan di antara kawan-kawannya pada tahun 1530.Teori Copernicus menjadi semakin terkenal dan menarik perhatian seorang ahli matematika dari wittenberg bernama George Rheticus (1514-1576). Rheticus kemudian belajar bersama Copernicus dan pada tahun 1540 menerbitkan buku tentang teori Copernicus.Akhirnya Copernicus menerbitkan hasil karyanya sendiri pada tahun 1543 berjudul On the Revolutions Of the Celestial Orbs.
gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya.
Teori Copernicus tersebut ditulis tangan dan diedarkan di antara kawan-kawannya pada tahun 1530.Teori Copernicus menjadi semakin terkenal dan menarik perhatian seorang ahli matematika dari wittenberg bernama George Rheticus (1514-1576). Rheticus kemudian belajar bersama Copernicus dan pada tahun 1540 menerbitkan buku tentang teori Copernicus.Akhirnya Copernicus menerbitkan hasil karyanya sendiri pada tahun 1543 berjudul On the Revolutions Of the Celestial Orbs.
Buku
copernicus dicetak di Nuremberg, pada awalnya di bawah supervisi Rheticus,
kemudian dilanjutkan di bawah supervisi Andreas Osiander, seorang pastor
Lutheran. Osiander menambahkan kata pengantar untuk karya Copernicus dengan
menyatakan bahwa teori yang baru itu tidak harus benar,
dan dapat dipandang semata-mata sebagai suatu kecocokan metode matematis tentang benda-benda langit.Copernicus sendiri tidak berpendapat begitu. Ia berpendapat bahwa sistem semesta yang dikemukakannya adalah nyata.
dan dapat dipandang semata-mata sebagai suatu kecocokan metode matematis tentang benda-benda langit.Copernicus sendiri tidak berpendapat begitu. Ia berpendapat bahwa sistem semesta yang dikemukakannya adalah nyata.
Copernicus
berpendapat bahwa sistem yang dikemukakan oleh ptolemous ‘tidak cukup tepat,
tidak cukup memuaskan pikiran’, karena ptolemous beranjak langsung dari karya
kelompok Pythagoras. Untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit, ptolemous
menganggap bahwa benda-benda langit itu bergerak melingkar dengan kecepatan
angular yang tidak sama relatif terhadap pusatnya, kecepatan anguler itu hanya
sama terhadap titik di luar pusat lingkaran itu. Menurut copernicus, asumsi itu
merupakan kesalahan pokok dari sistem ptolemous. Akan tetapi hal ini bukan hal
pokok yang dikemukakan oleh copernicus. Kritik utama yang dikemukakan oleh
copernicus kepada para ahli astronomi pendahulunya adalah, dengan menggunakan
aksioma-aksiomanya, mereka telah gagal menjelaskan gerakan benda-benda langit
yang teramati dan juga teori-teori yang mereka kembangkan melibatkan sistem
yang rumit yang tidak perlu. Copernicus menilai para pendahulunya dengan
mengatakan : “di dalam metode yang dikembangkan, mereka telah mengabaikan
hal-hal penting atau menambahkan hal-hal yang tidak perlu”.
Copernicus
memusatkan perhatian pada hal yang terakhir. Ia melihat bahwa para leluhurnya
telah menambahkan tiga gerakan bumi untuk setiap benda langit agar sampai pada
kesimpulan bahwa bumi berada diam di pusat putaran. Ketiga lingkaran tersebut
telah ditambahkan untuk setiap benda langit di dalam sistem geometris bangsa
Yunani untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan bumi sebagai
pusatnya. Copernicus berpendapat bahwa lingkaran-lingkaran tersebut tidak
diperlukan dengan berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbuhnya setiap hari
dan bergerak melintasi orbitnya mengitari matahari setiap tahun. Dengan cara
demikian, Copernicus mengurangi jumlah lingkaran yang diperlukan untuk
menjelaskan gerakan benda-benda langit.
Dengan
sistem yang dikemukakannya itu, Copernicus memberikan jawaban yang paling
sederhana untuk menjawab pertanyaan yang diajukan bangsa Yunani tentang
bagaimana menjelaskan gerakan benda-benda langit dalam suatu gerakan yang
melingkar dan seragam. Tidak ada hal yang baru dalam metode tersebut, hal itu
telah dipergunakan oleh para astronom sejak jaman Pythagoras. Dengan
menggunakan konsepsi yang dipakai oleh Pythagoras, ia mencampakkan sistem yang
dikembangkan oleh bangsa yunani. Akan tetapi, ada satu konsep yang tidak
dipakainya, yaitu bahwa benda-benda langit adalah mulia.
Di
dalam sistem Copernicus, bumi berputar mengitari matahari, seperti
planet-planet lainnya. Bumi menjalani gerakan yang seragam dan melingkar
sebagai benda langit, suatu gerakan yang sejak lama diyakini sebagai gerakan
yang sempurna. Lebih jauh, copernicus menekankan kesamaan antara bumi dengan
benda-benda langit lainnya bahwa semuanya memiliki gravitasi. Gravitasi ini tidak
berada di langit, melainkan bekerja pada materi, seperti bumi dan benda-benda
langit memiliki gaya ikat dan mempertahankannya dalam suatu lingkaran yang
sempurna. Untuk hal ini penjelasan copernicus agak berbau teologis : “menurut
saya gravitasi tidak lain daripada suatu kekuatan alam yang diciptakan oleh
pencipta agar supaya semuanya berada dalam kesatuan dan keutuhan. Kekuatan
seperti itu mungkin juga dimiliki oleh matahari, bulan dan planet-planet agar
semuanya tetap bundar”
Sistem
copernicus lebih bagus dan lebih sederhana daripada sistem ptolomeus. Di dalam
sistem lama, benda-benda langit memiliki baik gerakan timur-barat maupun rotasi
pada arah yang berlawanan. Dalam sistem copernicus, bumi dan semua planet
bergerak mengitari matahari dengan arah yang sama dan laju yang berkurang
semakin jauh dari matahari. Sementara itu, matahari yang berada di pusat dan
bintang-bintang yang berada di luar tatasurya berada pada tempatnya yang tetap.
Sekarang dapat dijelaskan mengapa planet-planet kelihatan mendekati dan
menjahui bumi. Planet-planet itu pada suatu saat berada pada satu sisi yang
sama dengan bumi, tetapi pada saat yang lain berada pada sisi yang
berseberangan
Dengan
sistem Copernicus, perhitungan astronomi dibuat menjadi lebih mudah, karena
melibatkan jumlah lingkaran yang lebih sedikit. Tetapi prakiraan posisi
planet-planet dan perhitungan lainnya tidak lebih tepat daripada dihitung
dengan menggunakan sistem ptolemous, keduanya masih memiliki kesalahan sekitar
satu persen. Selanjutnya terdapat keberatan-keberatan terhadap sistem
Copernicus. Pertama, dan mungkin tidak terlalu serius ketika itu, adalah
kenyataan bahwa pusat tata surya tidak tepat berada pada matahari. Copernicus
menempatkan pusat tatasurya pada pusat orbit bumi, yang tidak persis berada pada
matahari, untuk menjelaskan perbedaan panjang musim-musim. Beberapa filsuf
berpendapat bahwa pusat tata surya haruslah berada pada suatu obyek nyata,
meskipun banyak juga yang menerima bahwa titik geometris dapat dipakai sebagai
pusat tatasurya. Selanjutnya, para pendukung aristoteles berpendapat bahwa
gravitasi bekerja ke arah titik geometris tersebut, sebagai pusat tatasurya,
yang tidak harus sama dengan pusat bumi.
Keberatan
kedua, yang lebih serius, menyatakan bahwa bila bumi berputar, maka udara cenderung
tertinggal di belakang, hal ini akan menimbulkan angin yang arahnya ke timur.
Copernicus memberikan dua jawaban untuk keberatan timur. Pertama, yang
merupakan suatu jenis penjelasan abad pertengahan, yaitu udara berputar
bersama-sama dengan bumi karena udara berisi partikel-partikel bumi yang
memiliki sifat-sifat yang sama dengan bumi. Maka bumi menarik udara berputar
bersama-sama dengan bumi karena udara bersisi partikel-partikel bumi. Maka bumi
menarik udara berputar dengan bumi. Jawaban kedua yang bersifat modern, udara
berputar tanpa hambatan karena udara berdampingan dengan bumi yang terus
menerus berputar. Keberatan yang sama adalah apabila sebuah batu dilemparkan ke
atas maka batu itu akan tertinggal oleh bumi yang berputar, sehingga kalau batu
itu jatuh akan berada di sebelah barat proyeksi batu itu. Untuk keberatan ini,
copernicus menjawab ‘karena benda-benda yang ditarik ke tanah oleh beratnya
adalah terbuat dari tanah, maka tidak diragukan bahwa benda-benda itu memiliki
sifat yang sama dengan bumi secara keseluruhan, sehingga berputar bersama-sama
dengan bumi’
Keberatan
lebih jauh terhadap sistem copernicus adalah bila bumi berputar, maka bumi akan
hancur berkeping-keping oleh gaya sentrifugal. Copernicus menjawab bahwa bila
bumi tidak berputar maka bola yang lebih besar yang ditempati oleh
bintang-bintang pasti bergerak dengan kecepatan yang sangat besar dan lebih
rentan oleh pengaruh gaya sentrifugal.
Nampaknya
copernicus tidak menerima teori aristoteles juga tidak menerima teori adanya
gaya dorong. Copernicus berpendapat bahwa spin dan gerakan dalam suatu
lingkaran adalah gerakan-gerakan yang spontan, merupakan sifat alami dari suatu
bentuk bola dimana bumi dan benda-benda langit ada. Oleh karena itu, copernicus
tidak menggunakan hirarki para malaikat untuk menggerakan benda-benda langit,
yaitu malaikat yang lebih berkuasa menggerakan benda yang lebih tinggi
hirarkinya. Menurut copernicus benda-benda langit bergerak secara spontan.
Maka
bersama copernicus muncul suatu sistem cosmos yang betul-betul baru. Penggerak
alam semesta tidak lagi penting. Matahari sebagai pusat tatasurya menjadi
pengatur alam semesta.Terdapat figur perantara di antara pendukung aristoteles
yang mendukung adanya penggerak alam semesta dan copernicus yang menyatakan
matahari sebagai pusat tatasurya yaitu nicolas Cusa.
Kiranya
dapat dikatakan bahwa copernicus berusaha mempromosikan suatu nilai baru dengan
sistem yang dikemukakannya. Karena apabila ia sekedar ingin mengembangkan suatu
sistem yang lebih sederhana, terdapat suatu sistem yang dipakai oleh tycho
brahe (1546-1601). Di dalam sistem itu planet-planet berputar mengelilingi
matahari, sementara itu matahari bersama-sama dengan planet-planet yang
mengelilinginya sebagai satu kesatuan, berputar mengelilingi bumi yang diam
yang berada pada pusat semesta. Sistem itu secara matematis ekuivalen dengan
sistem copernicus, dan juga sistem itu tidak menimbulkan persoalan fisis.
Tetapi sistem itu tetap mempertahankan nilai-nilai lama dalam sistem cosmos
yaitu bumi sebagai pusat alam semesta. Itulah mungkin sebabnya copernicus
mengajukan suatu sistem baru, heliosentris.
Dalam
seluruh hidupnya, Copenicus menganut pandangan bangsa yunani bahwa gerakan
benda-benda langit adalah melingkar dengan kecepatan tetap, maka meskipun
sistem yang dibuat copernicus lebih sederhana dibandingkan dengan sistem
ptolomeus, tetapi tetap rumit dibandingkan dengan sistem Kepler (1571-1630).
Copernicus menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan menggunakan tiga puluh
empat lingkaran, sementara itu kepler hanya menggunakan tujuh elips. Seperti
dikatakan oleh kepler, copernicus tidak menyadari akan adanya suatu bangunan
yang sangat baik yang ada dalam genggamannya. Copernicus mengetahui bahwa
gabungan beberapa lingkaran dapat menghasilkan elips, akan tetapi ia tidak
pernah menggunakan elips untuk menggambarkan benda-benda langit. Lagipula, pada
tahap-tahap awal, copernicus sangat menghargai hasil observasi bangsa kuno.
Copernicus menentang werner yang menyatakan bahwa hasil-hasil pengamatan
terakhir lebih cocok dengan sistem ptolemous daripada dengan sistem copernicus.
Kenyataannya memang tiga kali lebih tepat.
Pengamatan
paling penting dalam bidang astronomi modern adalah yang dilakukan oleh Ticho
Brahe. Hasil pengamatan Ticho Brahe limapuluh kali lebih tepat dari hasil
muller, hasil terbaik yang dapat dilakukan dengan mata telanjang. Tycho Brahe
adalah orang Denmark terhormat. Raja Frederick II dari Denmark memberi tempat
tinggal dan pulau Hveen untuk melakukan kegiatan astronominya. Di pulau itu
Tycho Brahe membangun kastil, bengkel, percetakan pribadi, dan observatorium.
Ia bekerja di pulau itu dari tahun 1576 sampai 1597. Ia berpendapat bahwa
adalah tidak mungkin melakukan pengamatan tanpa panduan suatu teori. Ia
menganut pendangan geosentris.
Ketika
raja Frederick II wafat, fasilitas yang diterima Tycho Brahe tidak
diperpanjang, kemudian Ticho Brahe pergi ke Praha pada tahun 1599, di mana ia
mendapat tunjangan dari raja Rudolph II. Tahun-tahun berikutnya ia bergabung
dengan astronom jerman, Johann Kepler, seorang matematikawan. Kepler adalah
anak seorang tentara wurtemburg. Ia mempelajari sistem copernicus di Tubingen.
Kerja sama antara Kepler dengan Ticho Brahe tidak berlangsung lama karena Ticho
Brahe meninggal dunia. Setelah Ticho Brahe meninggal, Kepler tetap tinggal di
Praha.
Karya
pertama Kepler dalam bidang astronomi berjudul The Mysteri of the Universe yang
diterbitkan pada tahun 1596. Di dalam buku itu, ia berusaha mencari suatu
keselarasan antara orbit-orbit planet menurut copernicus dengan hasil
pengamatan Ticho Brahe. Akan tetapi Kepler tidak berhasil menemukan keselarasan
antara sistem-sistem yang dikembangkan oleh Copernicus maupun Ptolemous dengan
hasil pengamatan Tycho Brahe. Oleh karena itu ia meninggalkan sistem ptolemous
dan Copernicus lalu berusaha mencari sistem baru. Pada tahun 1609, Kepler
menemukan ternyata elips sangat cocok dengan hasil pengamatan Ticho Brahe.
Kepler tidak lagi menggunakan lingkaran sebagai lintasan benda-benda langit
melainkan elips.
C.Kontribusi
Ilmuwan Musim Dalam Bidang Astronomi
Seperti
yang dijelaskan pada materi sejarah perkembangan astronomi modern dapat
diketahui bahwa Copernicus sebagai penemu ilmu astronomi modern. Selain itu,
tokoh-tokoh astronomi Eropa lainnya seperti Regiomantanus, Kepler dan Peubach
tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani ( salah satu Ilmuwan
Astronomi Islam )
Astronomi
Islam Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan,
maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi
berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 - 15 M). Karya-karya
astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para
ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus. Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains' itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip. Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.
Geliat
perkembangan astronomi di dunia Islam diawali dengan penerjemahan secara
besar-besaran karya-karya astronomi dari Yunani serta India ke dalam bahasa
Arab. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur,
Almagest. Berpusat di Baghdad, budaya keilmuan di dunia Islam pun tumbuh
pesat.
Sejumlah,
ahli astronomi Islam pun bermunculan, Nasiruddin at-Tusi berhasil
memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip
mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu,
ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk
digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari,
bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana. Ahli astronomi lainnya, seperti
Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan
planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan
dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi,
perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5
jam, 46 menit dan 24 detik.
Astronom
Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan
teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya
itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi
satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah
ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.
Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku 'De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum' itu kini masih disimpan di Vatikan. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya 'De Revoltionibus Orbium Clestium' mengaku berutang budi pada Al-Battani. Dunia astronomi juga tak bisa lepas dari bidang optik. Melalui bukunya Mizan Al-Hikmah, Al Haitham mengupas kerapatan atmofser. Ia mengembangkan teori mengenai hubungan antara kerapatan atmofser dan ketinggiannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan ketinggian atmosfir akan homogen di ketinggian lima puluh mil.
Teori
yang dikemukakan Ibn Al-Syatir tentang bumi mengelilingi matahari telah
menginspirasi Copernicus. Akibatnya, Copernicus dimusuhi gereja dan dianggap
pengikut setan. Demikian juga Galileo, yang merupakan pengikut Copernicus,
secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun
dia menolak.
Menurut
para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang dipelajarinya
menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks
karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani Kuno, dan Persia
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama abad kesembilan. Proses ini
dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayang,
dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.
Ilmuwan
Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi.
Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu
diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi
Islam dan kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan `ratu
sains' itu.
1. Al-Battani (858-929). Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.
2.
Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3.
Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.
4.
Ibnu Yunus (1009 M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.
5.
Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.
6.
Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
7.
Jabir Ibn Aflah (1145 M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah. |
D. Perkembangan Ilmu Astronomi Pada Zaman
Modern
Perkembangan
astronomi pada zaman modern sudah sangat pesat sekali. Ssebagai bukti
pesatnya perkambangan astronomi adalah banyaknya penemuan-penemuan
benda-benda luar angkasa seperti halnya planet-planet baru dan
galaksi-galaksi baru. Dengan adanya peralatan yang canggih yang telah
diciptakan para ilmuan khususunya ilmuan barat sangat mendukung perkembangan
ilmu astronomi. Seperti halnya satelit-satelit NASA yang diterbangkan ke luar
angkasa sangatlah mendukung untuk pengamatan fenomena luar angkasa.
Para pakar astronomi pada zaman sekarang sudah mulai meneliti keadaan planet-planet luar angkasa dengan menerbangkan beberapa astronot untuk melakukan obserfasi ke planet-planet sebagai salah satu contohnya adalah planet mars. Planet merah (Mars) merupakan planet yang mendapatkan konsentrasi penuh dari para astronom. Bahkan mereka sampai membuat sebuah robot yang mampu menelusuri dataran Mars. Nasa Phoenix berhasil mendarat di Mars pada bulan Mei lalu. Dari sinilah diketahui bahwa planet Mars mampu dihidupi oleh manusia karena terdapat sumber air di dalamnya. |
E.
Perkembangan Ilmu Astronomi Di
Indonesia
Sejarah
telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada
sejak beberapa abad silam. Penanggalan kalender jawa, penentuan musim hujan,
kemarau, panen, dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak
benda langit sebagai acuan. Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku
seorang pelaut”, mereka pun mahir menggunakan rasi-rasi bintang sebagai
penunjuk arah.
Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat, dimana Matahari terbenam. Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan bintang polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa
Mulai
abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih
empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak Bumi-Matahari.
Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari,
membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum
Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan
1769. Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah
Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda
kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga
melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil pengamatan
diperoleh gambaran transit Venus yang kemudian dipublikasikan dalam
Philosophical Transaction.
Tahun
1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan
Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf
Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan
ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk
mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara
Kota Bandung itu. Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan,
hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”.
Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian
kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss
mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan setelah instalasi teleskop,
K.A.R. Bosscha meninggal, dan observatorium itu dinamai Observatorium
Bosscha.
Kini,
observatorium bersejarah itu sudah berusia hampir 80 tahun. Di usianya yang
mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian.
Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50%
ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan
pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930,
dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas
Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu
pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959.
Minat
masyarakat terhadap ilmu yang menjadi “anak tiri” di Indonesia ini telah
meningkat selama beberapa tahun terakhir. Melihat antusiasnya masyarakat dan
media ketika terjadi fenomena langit yang jarang terjadi seperti saat
melintasnya komet Halley (1986), oposisi Mars (2003), transit Venus (2004),
dan lainnya. Juga dengan terbentuknya perkumpulan-perkumpulan pecinta
Astronomi yang mulai marak. Dan beberapa media di dunia maya mulai dari
millis, website, forum diskusi dan banyak blog yang berisikan info-info
Astronomi.
Secara
Internasional, astronomi di Indonesia pun sudah ‘cukup dipandang’. Terbukti
dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM, ajang berkumpulnya
para astronom dunia, pada tahun 2005 silam, juga sebagai tuan rumah olimpiade
Astronomi Internasional tahun 2008 mendatang. Belum lagi banyaknya siswa yang
membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam
Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.
Kini,
setelah melihat perkembangan ilmu Astronomi yang cukup pesat, akankah
pemerintah lebih memperhatikan perkembangan ilmu alam ini? Seperti sudah
menjadi hal umum jika ilmu alam kurang diperhatikan di negara tercinta ini.
Padahal, sangatlah penting untuk membuka kesadaran sains di mata masyarakat
Indonesia. Agar menjadi masyarakat yang cinta ilmu, yang bisa banyak membaca
dari alam sekitarnya, dari tingginya langit hingga dalamnya lautan.
Kita
bisa mencotoh negara-negara maju seperti Badan Antariksa Nasional Amerika
Serikat (NASA) ataupun Badan Antariksa Eropa (ESA), yang menyiapkan divisi
khusus untuk pelayanan informasi Astronomi bagi publik. Mulai dari informasi
informal hingga terprogram seperti pelatihan guru sekolah dan bantuan
implementasi kurikulum ilmu pengetahuan alam. Memasukkan astronomi dalam
kurikulum pelajaran siswa sekolah, mengapa tidak?
Indonesia,
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke hanya memiliki sedikit sekali
fasilitas astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di
Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta. Ide pembuatan observatorium di
daerah-daerah terpencil sudah ada sejak dulu. Yang sudah mulai berjalan
seperti Planetarium di Palembang dan Tenggarong, Kalimantan. Juga adanya
rencana menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran satelit. Para pecinta
Astronomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki mimpi agar dapat
dibangun lagi observatorium-observatroium di daerah-daerah ataupun
pulau-pulau terpencil lainnya. Selain belum banyak terjamah manusia, hingga
tingkat polusinya kecil dan memungkinkan untuk melihat langit sangat cerah,
pembangunan fasilitas astronomi itu juga menjadi sebuah ajang penyebaran
pendidikan sains yang tentunya dapat mengurangi tingkat kebodohan masyarakat
Indonesia.
Pemerintah
Indonesia dan para pecinta Astronomi dapat bekerja sama dalam menyebarkan
ilmu astronomi. Dengan tersedianya fasilitas media yang cukup banyak,
keinginan adanya majalah atau tabloid astronomi tentunya mimpi yang harus
diwujudkan. Kesediaan pemerintah untuk menyokong dana riset ataupun kegiatan
keilmuan ini juga sangatlah diharapkan.
|
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami
tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi sangat menarik perhatian manusia
yang didasari atas rasa ingin tahu akan fenomena alam . Sehingga manusia selalu
mengembangkan ilmu pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan teknelogi untuk
mengungkap fenomena alam tersebut.
Dalam sejarah perkembangan astronomi modern, pendapat dan teori yang berkembang di
Eropa sangat dipengaruhi oleh adanya pendapat yang telah dikemukakan dan
penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim. Buah pikir dan hasil kerja keras
para sarjana Islam di era tamadun diadopsi serta dikagumi para saintis Barat
seperti Copernicus sebagai penemu ilmu astronomi modern dan tokoh-tokoh astronomi Eropa lainnya seperti
Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa
Al-Batani ( salah satu Ilmuwan Astronomi Islam )
Pada mulanya, manusia menganggap
fenomena langit sebagai sesuatu yang magis . Seiring berputarnya waktu dan
zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di
angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Bahkan pada zaman
sekarang manusia sudah mulai meneliti akan adanya kehidupan diplanet selain
bumi.
Dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan teknologi manusia mampu menciptakan alat-alat teknologi canggih
yang dipakai untuk mengobservasi fenomena alam sehingga ilmu astronomi semakin
berkembang dengan temuan–temuan terbarunya dari zaman ke zaman.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian makalah
yang dapat kami buat. Tentunya dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari kesempuranaan baik dalam penyusunan kalimat,
isi, maupun sistematika penulisan karena itu saran, kritik, dan masukan sangat
diharapakan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan
yang positif dalam perkembangan khazanah ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
·
http://nurmaatus.blogdetik.com/2009/09/21/sejarah-panjang-ilmu-astronomi-modern/.
Diakses pada tanggal 16 april 2012 pukul 20.00 WIB
·
http://apipblog.wordpress.com/2010/11/28/ilmuwan-muslim-dalam-bidang-astronomi/. Diakses
pada tanggal 17 April 2012 pukul 20.00 WIB
·
Muhyiddin Khazin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Buana Pustaka.
No comments:
Post a Comment