LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
NAMA : RANDO FIRMANSYAH
NIM :08031181320024
JURUSAN : KIMIA
KELOMPOK II
PERCOBAAN :
PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAPORAN
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
DASAR I
I. NOMOR
PERCOBAAN : V
II. NAMA PERCOBAAN : PENETAPAN MASSA MOLAR
BERDASARKAN
PENURUNAN TITIK BEKU
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menetapkan titik beku cairan murni dan
larutan
2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang
tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku
IV. DASAR
TEORI
Apabila
suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari
sifat pelarut murni. Contohnya, larutan gula yang berbeda sifat dengan air
murni biasa. Sifat-sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan
kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh
jenis zat yang terlarut kecil sekali sejauh zat yang terlarut itu tergolong
nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan sifat-sifat yang tiak
bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada konsentrasi
partikelnya disebut dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan.
Larutan
akan terjadi apabila terjadinya kesetimbangan antara pelarut dan zat yang
terlarut. Pelarut merupakan zat yang mendispersikan zat terlarut dan mempunyai
massa relative yang lebih banyak atau lebig besar dari zat lain atau zat yang
dicampurkan. Zat terlarut merupakan zat yang terdispersi (tersebar secara
merata di dalam pelarut). Adapun yang termasuk ke dalam sifat-sifat koligatif
suatu larutan adalah : penurunan titik beku ΔTf, kenaikan titik didih ΔTb,
penurunan tekana uap Δp dan tekanan osmose larutan π = mRT.
Secara eksak seperti yang telah diuraikan dalam
sifat-sifat koligatif suatu larutan merupakan suatu larutan yang ideal. Tetapi
sebagian besar larutan akan semak
in mendekati perilaku ideal hanya bila larutan
tersebut m keadaan encer.
Poenya ,Lanova.2010
Sifat
koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Dengan
mempelajari sifat koligatif larutan, akan menambah pengatahuan kita tentang
gejala-gejala di alam, dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan, misalnya
mencairkan salju di jalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse,
mendapatkan air murni dari laut, menentukan massa molekul relative zat terlarut
dalam laruan, dan masih banyak lagi.
Kita
perlu mengetahu beberapa hal berikut : Molar yaitu jumlah mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan (mol/L). Molal yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg
larutan (mol/Kg). Fraksi mol yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah
mol total larutan (mol zat pelarut + mol zat terlarut)
Xterlarut = n terlarut/n pelarut + n terlarut
Xpelarut = n pelarut/n terlarut + n pelarut (L)
PENURUNAN TEKANAN UAP
Penurunan
tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri
dair molekul-molekul cairan disekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan
dimasukan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain
penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini diselidiki
oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut :
P
= Po.XB
Keterangan :
P =
tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB= fraksi mol pelarut
Karena XA+XA = 1, maka persamaan di atas dapat
diperluas menjadi :
P
= Po (1 - XA)
P
= Po – Po.XA
Po – P = Po.XA
Sehingga :
ΔP = Po.XA
Keterangan :
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Po
= tekanan uap pelarut murni
XA=
fraksi mol zat terlaut
KENAIKAN TITIK DIDIH
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan
titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan
non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC
jika pelarutnya bukan air,maka titik didih larutan menyesuaikan diri dengan titik didih pelarut yang digunakan.Adanya kenaikan titik didih dapat dihitung dengan:
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC
jika pelarutnya bukan air,maka titik didih larutan menyesuaikan diri dengan titik didih pelarut yang digunakan.Adanya kenaikan titik didih dapat dihitung dengan:
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
PENURUNAN TITIK BEKU
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan
sebagai:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O – ΔTf)oC
TEKANAN OSMOSIS
Osmosa adalah proses
merembesnya pelarut kedalam larutan melewati membran semi permeable.osmosa juga
bisa diartikan merembesnya larutan yang berkonsentrasi kecil kedalam larutan
yang berkonsentrasi besar melalui membran.Tekanan osmosis adalah tekanan yang
diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul
pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis)
seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum
gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :
π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
Tekanan osmosis dibagi tiga : Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :
π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
Tekanan osmosis dibagi tiga : Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Suhendar, aang. 2009
Larutan
akan memperlihatkan perilaku pendinginan yang berbeda-beda dengan cairan murni.
Temperatur larutan akan turun lebih rendah tetapi larutan itu sendiri belum
membeku. Kemudian temperatur tersebut akan turun lagi secara perlahan-lahan
disaat pembekuan itu sedang berlangsung (gambar b) pada saat itu akan terjadi
lewat dingin. Lewat dingin artinya temperatur turun di bawah titik beku lalu
setelah itu akan naik lagi. Untuk memperoleh titik beku yang terbaik, tariklah
dua garis masing-masing untuk bagian atas dan bagian bawah kurva hingga
berpotongan. Titik potong tersebut menunjukkan titik beku.
Adapun
titik beku dari suatu cairan adalah suhu yang terjadi pada saat tekanan ua
suatu larutan itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Apabila tekanan
uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut maka larutan tersebut
belum membeku pada saat suhu 0o C. Apabila suhu telah diturunkan
terus menerus tetapi ternyata pelarut padat murni mengalami penurunan tekanan
uap yang lebih cepat daripada larutan sehingga pada suatu suhu di bawah titik
beku pelarut, tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut padat.
(Rivai Bakti : penuntun praktikum kimia
dasar I. Hal 25-26)
Ketika
larutan membeku yang membeku sebenarnya adalah pelarutnya, sedangkan zat
terlarut tidak akan pernah membeku. Sebagai contoh es yang terbentuk di
permukaaan air laut, yang sebenarnya membeku merupakan pelarut. Ikan dan
makhluk lainnya yang terdapat di bawah permukaan es tidak akan membeku. Larutan
akan makin pekat dan juga titik bekunya akan makin rendah. Jadi suatu larutan
itu tidak akan membeku pada suhu yang sama, selalu berubah-ubah tergantung pada
tekanan uapnya. Yang dimaksud dengan titik beku itu sendiri adalah suhu yang
tercapai pada saat suatu larutan itu sudah mulai membeku. Selisih antara titik
beku pelarut dengan titik beku larutan disebut dengan penurunan titik beku (ΔTf
= freezing point depression)
ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan
Apabila suatu larutan menggunakan zat pelarut yang
berupa air, maka titik beku normalnya adalah tekanan pada tekanan 1 atm yaitu
pada suhu 0o C.
Beberapa
percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kenaikan titik didih maupun
penurunan titik beku tidaklah bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya
dipengaruhi pada jumlah atau konsentrasi pada partikel yang terdapat dalam
larutan. Oleh karena itulah penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut :
Tf
=K.m
Dimana :
Tf
= titik beku larutan
Kf
= tetapan penurunan titik beku
m = kemolalan larutan
= (W2 / Mr W2) x (1000/W1)
Keterangan
W2 = massa zat terlarut
W1 = massa pelarut
Mr = massa molekul relative zat terlarut
Pada
larutan elektrolit, nilai koligatifnya lebih besar dari zat non elektrolit, hal
ini dikarenakan zat elektrolit mengalami disosiasi atau ionisasi membentuk
ion-ionnya, sehingga ada faktor koreksi vanhoof (i).
ΔTf = Kf.m.i
Dimana :
i
= 1 + (n-1)α
n
= jumlah ion = derajat ionisasi
α
= mol terurai
mol mula-mula
Penurunan
titik beku molal (Kf) adalah tetapan penurunan titik beku jika larutan
konsentrasi larutan sebesar suatu molal yang tergantung pada jenis pelarut.
Berikut ini adalah tetapan penurunan titik beku (Kf) dari beberapa pelarut :
Pelarut
|
Titik beku(o
C)
|
Kf
|
Air
|
0
|
1,86
|
Asam asetat
|
16,6
|
3,57
|
Benzena
|
5,45
|
5,07
|
Sikloheksana
|
6,5
|
20
|
Kamfer
|
178,4
|
37,7
|
Untuk perubahan dalam titik beku, hukum sifat
koligatif berlaku baik untuk zat terlarut atrisi (menguap) maupun tak atrisi. Pada temperatur rendah tekanan uap pelarut
maupun zat terlarut rendah, dan pengaruh tekanan uap zat terlarut sangat
kecil.
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit
pada konsentrasi yang sama. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan
(kemampuan) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Untuk larutan elektrolit
kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1 sedangkan untuk larutan elektrolit
lemah harga derajat ionisasinya berada diantara 0 dan 1 (0>α>1). Adanya
zat terlarut di dalam pelarut menyebabkan larutan yang terbentuk semakin seukar
membeku.
Banyaknya
partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat koligatif itu sendiri. Jumlah partikel dalam
larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah larutan non elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama.
Larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak
terurai menjadi ion-ionnya, dengan demikian sifat elektrolit suatu larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif
larutan elektrolit.
Untuk
sebuah contoh, dimisalkan sebuah larutan 0,5 molal glukosa dibandingkan dengan
larutan 0,5 molal garam dapur. Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel
(konsentrasinya) tetap, yaitu 0,5 molal sedangkan untuk larutan garam dapur
NaCl karena terurai menjadi 2 ion Na+ dan Cl- maka konsenntrasi ionnya menjadi
2 kali semula, sama dengan 1,0 molal.
V. ALAT DAN BAHAN
- Tabung reaksi besar
- Gabus penyumbat
- Termometer
- Statif dan klem
- Kawat pengaduk
- Es
- Air
- Garam
- Gula
- Gelas Piala
- Stopwatch
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
- Penetapan titik beku pelarut murni
Rakitlah alat (tabung reaksi besar, gabus, sumbat dua lubang, termometer,
statif dan klem, kawat kasa, kawat pengaduk dan gelas piala)
|
Pasang
termometer dan kawat pendingin yang terdiri dari es, air dan garam
|
Tambahkan 5 ml air,
pasang sumbat
|
Aduk p-Xylena
dengan kawat pengaduk, bila temperature mencapai 18o C catat
temperature setiap 15detik hingga p-Xylena beku
|
Angkat tabung, biarkan mencair kembali
|
- Penetapan massa senyawa yang tak diketahui
Ambil 1 – 2,5 g senyawa, timbang
|
Pindahkan ke dalam tabung
hingga semua zat larut
|
Tetapkan titik beku larutan p-Xylena
catat temperatur setiap 15detik
|
VII. TUGAS PENDAHULUAN
- Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa dan sejumlah urea, bila titik beku larutan -0,93 o C. Tentukan berat urea yang ditimbangkan ?
Jawab :
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0 – (- 0,93)
ΔTf = 0,93 oC
Tf = m. Kf
= massa
glukosa + massa urea . 1000 . Kf
Mr glukosa Mr
Urea P
0,93 = 9 + massa
urea . 1000 . 1,86
180 60 40
0,93 = 9 + 3g urea . 1000 . 1,86
180 60 40
0,93 . 180 = 9 + 3g urea
4,65
36 = 9 + 3g urea
g urea = 36 - 9
3
g urea = 9 gram
- Sebanyak 1,2 g senyawa dengan rumus C8H8O dilarutkan dalam 15 ml sikloheksana (ρ = 0,799g/ml). Hitunglah molalitas larutan ini ?
Jawab :
m = g . 1000
Mr V
= 1,2 . 1000
120
1,5
m = 0,6061 molal
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
Waktu
(s)
|
Air
T (oC)
|
Gula
(oC)
|
p-xylena
(oC)
|
0
|
31
|
31
|
32
|
15
|
28
|
25
|
26
|
30
|
25
|
21
|
18
|
45
|
23
|
19
|
13
|
60
|
22
|
16
|
9
|
75
|
21
|
14
|
6
|
90
|
18
|
12
|
5
|
105
|
16
|
10
|
4
|
120
|
14
|
9
|
2
|
135
|
12
|
8
|
1
|
150
|
11
|
7
|
1
|
165
|
10
|
6
|
|
180
|
9
|
5
|
0
|
195
|
8
|
4
|
|
210
|
7
|
3
|
|
225
|
6
|
2
|
|
240
|
5
|
1
|
|
255
|
4
|
0
|
|
270
|
3
|
-1
|
|
285
|
2
|
-1
|
|
300
|
1
|
-1
|
|
315
|
0
|
|
|
330
|
0
|
|
|
345
|
0
|
|
|
Grafik
Penurunan Titik Beku Pelarut Air
Grafik Penurunan Titik Beku
Glukosa
Grafik Penurunan Titik Beku
p-xylena
IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
Vair = 5 ml
Massa glukosa = 1 gram
ρ = 0,996 g/ml
ΔTf = T pelarut – T terlarut
= 0 – (- 1)
= 1 oC
Massa air = ρ air . v air
= 0,996 g/ml .
5 ml
Massa air = 4,98 g
ΔTf = m. Kf
ΔTf = m gula . 1000. Kf
Mr ρ
Mr = 1 g . 1000 . 1,86
1 oC 4,98
Mr = 373
Rumus molekul
(CH2O)n = Mr
(12 + 2 + 16 ) n =
Mr
30n
= 373
n = 12
Rumus molekulnya
adalah C12H24O12 atau (CH2O)12
X. PEMBAHASAN
Pada percobaan mengenai
penetuan masa molar berdasarkan penurunan tiitk beku, dapat diketahui bahwa
sifat koligatif suatu larutan hanya bergantung pada jumlah paritkel zat
tersebut bukan berdasarkan jenis zat dalam larutan. Larutan sendiri merupakan
campuran yang bersifat homogen , jadi tidak dapat dipisahkan lagi antara zat
pelarut dan zat terlarut. Larutan gula merupakan contoh dari larutan yang
homogen.
Larutan akan
terjadi apabila ada kesetimbangan antara zat pelarut dengan zat terlarut. Pelarut atau solven dalam larutan memiliki
massa yang lebih banyak dari zat terlarut atau solut. Adapun yang dimaksud
dengan kelarutan diartikan sebagai jumlah maksimal zat yang larut dalam suatu
pelarut. Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya tekanan,
temperatur, dan luas penampang. Semakain tinggi tekanan dan temperatur maka
semakin cepat suatu larutan untuk bereaksi. Sebaliknya, semakin kecil luas
permukaan zat terlarut, maka semakin cepat bereaksi. Pada percobaan kali ini
yang dimaksud dengan pelarut itu air suling atau aquades, sedangkan glukosa
pada percobaan tersebut sebagai zat terlarut.
Sifat-sifat
dari koligatif larutan antara lain penurunan tekanana uap, kenaiakan titik
didih , penurunan titik beku dan tekanan osmotik. Pada penggunaan alat dan
bahan diutamakan untuk berhati-hati. Ketika termometer dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, usahakan agar termometer tidak menyetuh dinding tabung karena
akan membuat termometer jadi tidak stabil sehingga mempengaruhi temperatur
penurunan titik beku larutan yang di uji. Dan sebelum penghitungan suhu,
termometer harus dalam temperatur yang stabil.
Es,
garam ,gula dan p-xylena merupakan bahan yang digunakan pada percobaan mengenai
penentuan massa molar melalui penururnan titik beku ini. Garam dapur yang
digunakkan tersebut sebagai campuran es yang dimaksudkan untuk menghambat
proses pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan
penganalisisan terhadap titik beku laruatan yang di uji tersebut.
Dalam penggunaan
garam dapur, massa garam yang digunakakn jangan terlalu banyak dan juga jangan
terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil
yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yag digunakaan
terlalu sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat, dan pada
larutan gula yang di uji , pembentukkan kristal yang terjaadi tidak sempurna.
Oleh karena itu para pratikum di tuntut ketelitian dan keterampulannya dalalam
melakukan percobaan tersebut.
Perubahan titik beku pada larutan
dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi perubahan suhu baik dari sisitem
ataupun dari lingkuangan. Dari data hasil pengamtan yang telah didapat,
masing-masing ada tiga larutan yang di uji memiliki titik beku konstant yang
berbeda-beda. Untuk larutan belum jenuh di mana konsentrasi hasil kali
kelarutannya lebih besar dari hasil kali ion-ionnya ,maka larutan tersebut
lebih cepat untuk membeku. Sedangkan untuk larutan tepat jenuh dan lewat jenuh,
di. mana telah terbentuk endapan pada larutan tersebut akan lebih sulit untuk
membeku. Pada dasarnya yang membeku itu hanya zat pelarutnya saja.
Adapun analisis
yang dipakai berupa analisis kualitatif yang didasarkan pada perubahan fisis
seperti bentuk, warna dan bau , serta analisis
kuantitatif yang didasarkan pada perhitungan.
XI.
KESIMPULAN
1.
Sifat
koligatif larutan didasarkan pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak
bergantung pada jenis dan sifat partikel zat terlarut tersebut.
2.
Penurunan
titik beku terjadi apabila titik beku larutan lebih besar dari pada tititk beku
pelarut.
3.
Berdasarkan
penurunan titik beku suatu zat, dapat ditentukan besarnya konsentrasi zat
tersebut di dalam larutan.
4.
Raksi
yang terjadi merupakan reaksi eksoterm di mana perubahan suhu terjadi dari
sistem ke lingkunagan
5. Garam
dapur berfungsi sebagai stabilisator suhu es dikarenakan garam dapur dapat menghambat
proses pencairan es.
DAFTAR PUSTAKA
Poenya ,Lanova. sifat
koligatif. http://herispa.wordpress.com/sifat-koligatf-larut
anpe nuru nan-titik-beku-2/. di akses pada 21 oktober 2010 09:07
Suhendar, aang. 2009. Penurunan
titik beku. http://kimia.upi.edu/utama/
bahanajar/ kuliahweb/2008/aang%20suhendar_060928_/penurunan%20titik%20beku.html.
di akses pada 21 oktober 2010 08:57
Tim kimia. 2010. Penuntun Praktikum
Kimia Dasar I. Indaralaya : Universitas Sriwijaya.
Termometer
*MSDS BAHAN *
NAMA SENYAWA
|
P.XILENA
|
AIR[H2O]
|
GARAM
|
Nama kimia
|
Benzena
|
Aqua
|
Natrium klorida
|
Rumus kimia
|
C8h10
|
H2o
|
Nacl
|
Wujud senyawa
|
Liquid
|
Cair
|
Padat
|
Titik didih
|
138,35 c
|
100 c
|
1465 c
|
Titik lelelh
|
13,2 c
|
O c
|
801 c
|
Massa molar
|
106,17 gr/mol
|
10,0153 gr/mol
|
58,44 gr/mol
|
Massa jenis
|
0,861 gr/mol
|
0,99987 gr/mol
|
2,16 gr/mol
|
Bau
|
-
|
Tidak
|
Tidak
|
Rasa
|
-
|
tidak
|
Asin
|
Warna
|
tidak/pucat
|
Tidak
|
Tidak
|
Kelarutan dalam air
|
Tidak larut
|
-
|
Larut
|
Kelarutan dalam etanol
|
Sangat larut
|
-
|
Larut
|
Kelarutan dalam titik eter
|
Sangat larut
|
-
|
-
|
Tekanan
|
8,7 hps
|
100 kpa
|
Tegak
|
Suhu
|
343,05 c/kritis
|
O c
|
Tegak
|
elektronegatifitas
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Titik beku
|
13,263 c
|
O c
|
< o c
|
Ikatatn kimia
|
-
|
Ikatan hidrogen
|
Ikatan ion
|
Ph
|
3-9
|
5,5-7,5
|
Netral
|
No comments:
Post a Comment