LAPORAN PENDAHULUAN
I. Identitas Praktikum :
Nama
: Muhammad Haris
NIM : 09071001022
Fakultas : Ilmu Komputer
Jurusan : Sistem Komputer
Kelompok : V
II. Judul Percobaan : Pesawat Atwood (M3)
III. Tujuan Percobaan :
1. Untuk dapat memahami kebenaran-kebenaran hokum Newton pada system
control.
2. Untuk dapat memahami besaran momen inersia pada
gerak rotasi pada benda tegar.
IV.
Alat dan
Bahan
1. Pesawat Atwood
Berfungsi :
-
Untuk
memperlihatkan peristiwa benda jatuh dan percepatannya pada percobaan.
-
Untuk
memperlihatkan pengaruh-pengaruh gaya yang
terlibat pada hokum Newton.
2. Neraca Analisis
Berfungsi sebagai alat untuk
menimbang berat benda yang digunakan dalam percobaan.
3. Anak Timbangan
Berfungsi sebagai medium dalam
percobaan.
4. Stopwatch
Berfungsi untuk menentukan waktu
yang diperlukan selama benda menempuh jarak tertentu.
V. Dasar Teori
Dalam percobaan pesawat
atwood ini, gerak pada benda yang melibatkan gaya-gaya yang dialami oleh benda
tersebut, pada dasarnya menggunakan perinsip yang dikemukakan oleh Sir Issac
Newton (1942-1727) seorang ilmuan inggris, hokum ini digunakan sebagai asas
hokum tentang gerak.
Yang menjadi pertanyaan
semula sebelum hukum Newton
ini adalah mengapa benda yang mula-mula diam menjadi bergerak, atau sebaliknya,
benda yang mula-mula bergerak dapat
menjadi diam. Apa yang menyebabkan itu semua? Jawabanya tidak lain karena gaya.
Seperti kita ketahui, pengertian gaya adalah gerak dan penyebab perubahan
gerak. Cabang fisika yang mempelajari
gerak dan perubahan gerak suatu benda dengan memperlihatkan sebab-sebab dari
gerak tersebut dinamakan dinamika.
Adapun hukum Newton tersebut
adalah :
1. Hukum Newton I
Bunyi hokum Newton I :
“Jika benda dibiarkan pada keadaan
dirinya sendiri (tidak ada gaya-gaya yang bekerja atau resultan gaya-gay yang
bekerja pada benda itu adalah nol) maka benda tersebut tetap dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan.”
Dengan kata lain pernyataan
di atas dapat pula berbunyi :
“Setiap benda yang berada dalam
keadaan diam akan tetap diam, dan setiap benda yang bergerak akan tetap
bergerak lurus beraturan kecuali ada gaya yang tidak seimbang bekerja pada
benda tersebut.”
Jika resultan yang bekerja
adalah nol, vector kecepatan benda tidak akan berubah. Benda yang berada dalam
keadaan diam, dan benda yang bergerak dengan kecepatan konstan.
Pernyataan-pernyataan di
atas atau hokum Newton I disebut juga hokum kelembaman atau hokum inersia.
Dengan ketentuan makin besar massa benda makin besar kelembaman benda. Lembam
atau inert artinya sifat benda dalam mempertahankan keadaannya. Misalnya pada
saat kita naik mobil dan tiba-tiba mobil direm maka kita akan cenderung
mempertahankan keadaan kita.
|
2. Hukum Newton II
Bunyi hukum Newton II :
“Percepatan yang dihasilkan resultan gaya yang
bekerja pada suatu benda besarnya berbanding lurus dan searah dengan resultan
gaya dan berbanding terbalik dengan masa benda.”
|
|
Keterangan :
F = gaya
yang bekrja pada benda (N atau kgm/s2)
m = massa
benda (kg)
a = percepatan
pada benda (m/s2)
Jika resultan gaya (Σ F)
yang bekerja pada suatu benda bermasa m tidak nol, benda dipercepat searah
dengan gaya yang bekerja. Massa suatu benda berkaitan langsung dengan sifat
benda yang disebut dengan inersia. Sifat lain dari massa ditunjukkan dengan
mengukur massa dua benda, dengan m1
dan m2 adalah massa masing-masing benda, maka massa kedua benda
digabungkan selalu m1 + m2. hal ini menyatakan bahwa massa adalah besaran
yang aditif, dan berhubungan langsung dengan materi.
Dimana konsep massa adalah
salah satu cara untuk mengungkapkan “kuantitas materi” dalam arti yang tepat.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemakaian hokum Newton adalah pengertian F, dimana didefinisikan sebagai
resultan gaya yang bekerja pada suatu benda atau suatu system.
Dari rumus di atas dapat
kita ketahui bahwa :
-
arah dari
sebuah percepatan benda adalah sama arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.
-
besarnya
percepatan benda adalah sebanding dengan gaya yang bekerja padanya.
-
jika gaya
tersebut konstan, maka akan didapat percepatan yang konstan seperti yang
terdapat pada persamaan
|
Berdasarkan persamaan hokum
Newton II, gaya yang dapat didefenisikan sebagai penyebab perubahan kecepatan
suatu benda.
Dalam hal ini, satuan gaya
adalah Newton, yaitu satuan gaya yang diturunkan dalam SI, didefenisikan
sebagai berikut :
“Gaya 1 Newton adalah gaya yang bekerja pada massa 1
kilogram, hingga menimbulkan percepatan 1 meter per sekon kuadrat.”
Kadang-kadang dalam
pengukuran kita masih menggunakan system satuan cgs. Jika massa benda 1 gram,
percepatan ditimbulkan 1 cm/s2 maka besarnya dinyatakan dengan 1
dyne (1 dn).
|
|
Karena 1 N = 1 kg m/s2 =
103 g . 102 cm/s2 = 105 g cm/s2
maka :
|
3. Hukum Newton III
Bunyi hukum Newton III :
“Apabila sebuah benda (benda pertama) mengerjakan
gaya pada benda lain (benda kedua) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pula
pada benda pertama, sama besar tetapi berlawanan arah dengan gaya pada benda
yang pertama.”
Hukum Newton III dengan
“interaksi” dua benda. Interaksi artinya saling “tidak”. Dua benda tersebut
berinteraksi jiak tindakan benda yang satu terhadap yang lain disertai tindakan
benda yang lain terhadap yang satu (yang
disebut pertama). Hokum Newton III ini kurang
lebih sebagai berikut :
“Jika dua benda
berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda satu kepada yang lain sama besarnya
dan berlawanan arah.”
Sekarang kita meninjau suatu
benda yang ada dalam keseimbangan statis, yaitu benda yang ada dalam keadaan
tidak bergerak, misalnya buku yang terletak di meja (lihat gambar di atas). Buku
di atas meja meja mempunyai berat w karena gaya tarik bumi sebesar w’. dlam hal
ini, buku menekan meja dengan gaya F, sebaliknya meja memberikan gaya
perlawanan sebesar N (gaya normal). N dengan F, serta w dengan w’ merupakan
pasangan gaya aksi dan reaksi. Akan tetapi, N dengan w bukan merupakan pasangan
aksi dan reaksi, sebab keduanya bekerja pada suatu benda yang sama yaitu buku,
meskipun dalam keadaan tersebut besar w dan N sama.
Hokum Newton III dapat dirumuskan sebagai berikut :
|
Keterangan :
F = Gaya
tekan (N) (gaya aksi)
N = Gaya
normal (N) (gaya reaksi)
Jadi, pada dasarnya untuk
setiap aksi terhadap reaksi yang sama besarnya
tetapi berlawanan arahnya atau :
|
Hokum Newton III ini disebut
juga sebagai hokum aksi reaksi. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian
hokum Newton III ini adalah
-
pasangan
aksi reaksi selalu melibatkan dua benda dan bekerja pada dua benda yang
berlainan.
-
Besar
gaya aksi adalah sama besarnya dengan gaya reaksi. Namun yang membedakan disini
adalah hanya arahnya saja yang berlawanan.
Pemahaman hokum Newton III
pada gerak dua benda yang dihubungkan dengan katrol yang licin memiliki
percepatan, dimanan dapat dirumuskan sebagai berikut :
|
Keterangan :
a = percepatan
tiap-tiap balok
m1
= massa
balok yang terletak pada bidang datar licin
m2
= massa
balok yang tergantung pada tali
g = gravitasi
T = tegangan
tali
Untuk tegangan tali benda
yang teretak pada bidang datar licin dan tegangan tali benda yang tergantung
apabila dihubungkan dengan katrol maka nilainya adalah sama.
Gaya-gaya yang bekerja pada
suatu benda yang tidak melalui pusat poros benda itu menyebabkan benda
melakukan gerak rotasi atau gerak putar. Dalam hal ini dipengaruhi apa yang
dikatakan sebagai keseimbangan benda tegar. Dimana benda tegar merupakan benda
benda yang dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Jika pada sebuah benda
tegar bekerja beberapa gaya atau sebuah gaya maka akibat yang mungkin dapat
terjadi pada benda itu adalah :
-
benda
dapat mengalami perubahan bentuk atau volume bahan keduanya.
-
Benda
dapat mengalami translasi atau rotasi bahkan keduanya.
Penyebab gerak translasi
suatu benda adalah gaya, sedangkan gerak rotasi disebabkan oleh momen gaya.
Kecenderungan suatu gaya menyebabkan putaran tergantung pada garis serta besar
gaya tersebut.
Dari gambar di atas, lengan
momen gaya dapat didefenisikan sebagai panjang garis yang ditarik dari titik
poros sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya. Dari pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa penyebab gerak gerak rotasi (berputar) adalah hasil dari
cross product atau silang antara vector lengan yang disebut dengan vector momen
gaya (∂).
|
keterangan
:
∂ = torsi
, momen gaya (Nm)
I = lengan
gaya (m)
F = gaya
(N)
Apabila garis kerja gaya
melalui sumbu putar (poros) besar lengan momen gaya adalah nol, sehingga besar
momen gaya juga nol. Jadi, gaya-gaya yang garis kerjanya melalui poros benda
tidak menimbulkan efek rotasi (putaran).
Momen gaya merupakan
besaran vector dan bukan salah satu
bentuk energi sehingga satuannya tidak boleh dalam joule ataupun erg.
Momen gaya yang searah gerak
jarum jam diberi tanda positif (+), sedangkan momen gaya yang berlawanan gerak
jarum jam diberi tanda negative (-).
Hasil kali antara salah satu
gaya dengan jarak pisah antara gaya tersebut disebut momen kopel. Kopel adalah
pasangan gaya-gaya sejajar dan sama berlawanan arah, menyebabkan benda
berotasi.
Persamaan :
|
Keterangan
:
M = momen
kopel (Nm atau dn.cm)
F = gaya
(N)
d = jarak antara kedua gaya (m)
Jumlah momen gaya-gaya yang
bereaksi pada benda dihitung terhadap suatu sumbu, haruslah nol. Dimana pada
benda tegar mencapai keseimbangan rotasi bila memenuhi persamaan F = 0. Dengan
demikian, sebuah benda tegar dikatakan seimbang apabila :
|
Meskipun pemilihan terhadap
sumbu adalah sembarang, tentu saja harus dipergunakan sumbu yang sama untuk
semua momen. Bila gaya-gaya dinyatakan dalam komponen-komponennya, momen gaya
tersebut terhadap suatu sumbu dapat diperoleh dengan menghitung momen dari
komponen terpisah, masing-masing dengan lengan momen yang bersangkutan dengan
menjumlahkan hasilnya. Sifat-sifat momen kopel adalah :
-
sebuah
kopel dapat dipindahkan baik pada bidang asalnya ataupun pada bidang yang lain
yang sejajar dengan bidang asalnya, dengan arah dan besar putaran tetap.
-
Resultan
sebuah kopel M dan sebuah gaya F yang sebidang, berupa gaya yang besar dan
arahnya sama dengan F, namun garis kerjanya bejarak dari gaya semula.
Dengan :
|
-
Resultan
beberapa kopel yang terletak sebidang yang masing-masing momen kopelnya M1,
M2, M3, …, Mn adalah sebuah kopel yang besar
momen kopelnya sama dengan jumlah aljabar momen-momen kopel tersebut.
|
Atau
|
Dalam percobaan ini, diterapkan adanya
pemakaian perumusan momen inersia, karena dalam hal ini pesawat atwood
menggunakan katrol yang dimana pada katrol tersebut terdapat silinder.
Adapun perumusan momen
inersia yaitu :
|
Keterangan
:
I = momen
inersia (kg m2)
M = massa
partikel (kg)
R = jari-jari
lintasan (m)
Momen inersia digunakan
untuk mencari ataupun menyatakan besarnya kecenderungan mempertahankan posisi
atau keadaan dimana benda dalam keadaan bergerak rotasi.
Adapun momen inersia
memperhatikan media tertentu yang mempengaruhi perumusan terhadap momen inersia
itu. Dalam hal ini perhitungkan percobaan menggunakan momen inersia dengan media
silinder, sehingga untuk mencari momen inersia pada media silinder pejal
menggunakan perumusan sebagai berikut :
|
VI.
Prosedur
Percobaan
1. Pasang beban m di atas M dan tentukan kedudukannya
di A.
2. Bila penahan S di lepas, system akan bergerak dari A
ke C. Catat waktu yang diperlukan (M + m) untuk menempuh jarak AB dan waktu
yang diperlukan M untuk menempuh jarak BC.
Jarak AB
dibuat tetap dan rubahlah kedudukkan C sehingga jarak BC menjadi k, l, m, n, o.
Jarak BC
dibuat tetap dan ubahlah kedudukan A sehingga jarak AB menjadi p, q, r, s, t.
Lakukan
beberapa kali.
3. Ulangi butir 2.1 dan 2.2 di atas masing-masing
menggunakan yang berbeda.
Perhatikan gambar
VII.
Data
Hasil Pengamatan
m2 = 8,46 gram
No
|
SAB
|
SBC
|
tAB
|
tBT
|
∑ tAB
|
∑ tBC
|
||||
t1
|
t2
|
t3
|
t1
|
t2
|
t3
|
|||||
I
|
30
|
30
35
40
|
0.94
1.04
1.00
|
1.22
0.97
1.66
|
0.85
1.16
1.12
|
0.53
0.62
0.78
|
0.31
0.59
0.84
|
0.43
0.59
0.79
|
1.00
1.05
1.09
|
0.42
0.60
0.80
|
II
|
30
25
20
|
30
|
1.15
0.94
0.90
|
1.12
0.97
0.75
|
1.16
1.04
0.93
|
0.63
0.65
0.63
|
0.44
0.59
0.81
|
0.43
0.74
0.79
|
1.14
0.98
0.86
|
0.50
0.66
0.74
|
m1 = 3,67 gram
No
|
SAB
|
SBC
|
tAB
|
tBT
|
∑ tAB
|
∑ tBC
|
||||
T1
|
t2
|
t3
|
t1
|
t2
|
t3
|
|||||
I
|
30
|
30
35
40
|
1.66
1.53
1.81
|
1.66
1.88
1.90
|
1.66
1.97
1.94
|
1.00
1.15
1.41
|
1.00
1.12
1.44
|
1.00
1.09
1.50
|
1.66
1.79
1.88
|
1.00
1.72
1.45
|
II
|
30
25
20
|
30
|
1.82
1.72
1.35
|
1.69
1.78
1.12
|
1.34
1.56
1.34
|
1.18
1.31
1.47
|
1.43
1.19
1.54
|
1.29
1.35
1.63
|
1.61
1.68
1.27
|
1.30
1.28
1.54
|
VIII. Penggolahan Data
m1 = 3,67 gram
I.
a. AB
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.66
1.66
1.66
|
0
0
0
|
∑
|
1.66
|
AB = ∑ /n = 1.66 / 3 = 0,55
∆ t =
NT = ± ∆ t = 1.66 ± 0
KA = ± ∆
t = ± 0
KR = 0/1.66
x 100 % = 0
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.53
1.88
1.97
|
0.26
0.09
0.18
|
∑
|
1.79
|
0.17
|
AB = ∑ /n = 1.79 / 3 = 0,59
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.59 ± 0.05
KA = ±
0.05
KR = 0.05/0.59
x 100 % = 8.471
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.81
1.90
1.94
|
0.07
0.02
0.06
|
∑
|
1.88
|
0.05
|
AB = ∑ /n = 1.88 / 3 = 0,62
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.62 ± 0.01
KA = ±
0.01
KR = 0.01/0.62
x 100 % = 1.61 %
b. BC
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.00
1.00
1.00
|
0
0
0
|
∑
|
1.00
|
0
|
BC = ∑ /n = 1.00 / 3 = 0,33
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.33 ± 0
KA = ± 0
KR = 0/0.33
x 100 % = 0 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.15
1.12
1.09
|
0.78
0.75
0.72
|
∑
|
0.37
|
0.75
|
BC = ∑ /n = 0.37 / 3 = 0,12
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.12 ± 0.25
KA = ±
0.25
KR = 0.25/0.12
x 100 % = 2.08 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.41
1.44
1.50
|
0.04
0.01
0.05
|
∑
|
1.45
|
0.03
|
AB = ∑ /n = 1.45 / 3 = 0,48
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.48 ± 0.01
KA = ±
0.01
KR = 0.01/0.48
x 100 % = 2.08 %
II.
a. AB
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.82
1.69
1.34
|
0.21
0.08
0.27
|
∑
|
1.61
|
0.18
|
AB = ∑ /n = 1.61 / 3 = 0,53
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.53 ± 0.06
KA = ± ∆
t = ± 0.06
KR = 0.06/0.53
x 100 % = 11.32 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.72
1.78
1.56
|
0.04
0.10
0.12
|
∑
|
1.68
|
0.08
|
AB = ∑ /n = 1.68 / 3 = 0,56
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.56 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02/0.56
x 100 % = 3.57 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.35
1.12
1.34
|
0.08
0.15
0.07
|
∑
|
1.88
|
0.1
|
AB = ∑ /n = 1.27/ 3 = 0,42
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.62 ± 0.01
KA = ±
0.03
KR = 0.03/0.42
x 100 % = 7.14 %
b. BC
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.18
1.43
1.29
|
0.12
0.13
0.01
|
∑
|
1.30
|
0.08
|
BC = ∑ /n = 1.3 / 3 = 0,43
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.43 ± 0.02
KA = ± ∆
t = ± 0.02
KR = 0.02/0.43
x 100 % = 4.65 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.31
1.19
1.35
|
0.03
0.09
0.07
|
∑
|
1.28
|
0.06
|
AB = ∑ /n = 1.28 / 3 = 0,42
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.43 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02/0.42
x 100 % = 4.76 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.47
1.54
1.63
|
0.07
0
0.09
|
∑
|
1.54
|
0.05
|
BC = ∑ /n = 1.54/ 3 = 0,51
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.51 ± 0.01
KA = ±
0.01
KR = 0.01/0.51
x 100 % = 1.96 %
m2 = 8,46 gram
I.
a. AB
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.94
1.22
0.85
|
0.06
0.22
0.15
|
∑
|
1.00
|
0.14
|
AB = ∑ /n = 1.00 / 3 = 0,33
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.33 ± 0.04
KA = ± ∆
t = ± 0.04
KR = 0.04/0.33
x 100 % = 12.12 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.04
0.97
1.16
|
0.01
0.08
0.11
|
∑
|
1.05
|
0.66
|
AB = ∑ /n = 1.05 / 3 = 0,35
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.35 ± 0.22
KA = ±
0.22
KR = 0.22/0.35
x 100 % = 5.71 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.00
1.16
1.12
|
0.09
0.07
0.03
|
∑
|
1.09
|
0.06
|
AB = ∑ /n = 1.09 / 3 = 0,36
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.36 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02/0.36
x 100 % = 5.55 %
b. BC
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.53
0.31
0.43
|
0.11
0.11
0.11
|
∑
|
0.42
|
0.77
|
BC = ∑ /n = 0.42 / 3 = 0,14
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.14 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02
/ 0.14 x 100 % = 14.28 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.62
0.59
0.59
|
0.02
0.01
0.01
|
∑
|
0.6
|
0.01
|
BC = ∑ /n = 0.6 / 3 = 0,2
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.2 ± 0.003
KA = ±
0.003
KR = 0.003/0.2
x 100 % = 1.5 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.78
0.84
0.79
|
0.02
0.04
0.01
|
∑
|
0.80
|
0.02
|
AB = ∑ /n = 0.80 / 3 = 0,26
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.26 ± 0.006
KA = ±
0.006
KR = 0.006/0.26
x 100 % = 2.30 %
II.
a. AB
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
1.15
1.12
1.16
|
0.01
0.02
0.04
|
∑
|
1.14
|
0.02
|
AB = ∑ /n = 1.14 / 3 = 0,38
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.38 ± 0.006
KA = ± ∆
t = ± 0.006
KR = 0.006/0.38
x 100 % = 15.78 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.94
0.97
1.04
|
0.04
0.01
0.06
|
∑
|
0.94
|
0.03
|
BC = ∑ /n = 1.98 / 3 = 0,32
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.32 ± 0.01
KA = ±
0.01
KR = 0.01/0.32
x 100 % = 3.12 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.90
075
093
|
0.04
0.11
0.07
|
∑
|
0.86
|
0.07
|
BC = ∑ /n = 0.86/ 3 = 0,28
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.28 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02/0.28
x 100 % = 7.14 %
b. BC
untuk t1
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.63
0.44
0.43
|
0.51
0.7
0.71
|
∑
|
1.14
|
0.64
|
BC = ∑ /n = 1.14 / 3 = 0,38
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.38 ± 0.21
KA = ± ∆
t = ± 0.21
KR = 0.21/0.38
x 100 % = 55.26 %
untuk t2
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.65
0.59
0.74
|
0.01
0.07
0.08
|
∑
|
0.66
|
0.05
|
AB = ∑ /n = 0.66 / 3 = 0,22
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.22 ± 0.016
KA = ±
0.016
KR = 0.016/0.22
x 100 % = 7.27 %
untuk t3
No
|
T
|
│ t - │
|
1
2
3
|
0.63
0.81
0.79
|
0.11
0.07
0.05
|
∑
|
0.74
|
0.07
|
BC = ∑ /n = 0.74/ 3 = 0,24
∆ t =
NT = ± ∆ t = 0.24 ± 0.02
KA = ±
0.02
KR = 0.02/0.24
x 100 % = 8.33 %
IX.
Pertanyaan
dan Jawaban
Pertanyaan dan jawaban
1. Dengan mengabaikan gesekkan katrol dan vat benda
maka percepatannya dapat dihitung sebagai berikut :
(Buktikan rumus di
samping)
Jawab :
Berdasarkan hokum Newton
F = m . a
m . g = m . a
dengan menghubungkan rumus di atas,
maka :
m . g – I = m . a atau
m . g =
sehingga → a = atau a =
dengan memasukkan nilai 1 = ½ m R2
didapat :
2.
X.
Analisa
Percobaan
Pada percobaan kali ini,
kami membahas tentang pesawat atwood. Pada percobaan pesawat atwood ini
dilakukan agar kita dapat memahami kebenaran hokum-hukum Newton dan dapat
memahami besaran momen inersia pada gerak rotasi benda tegar.
Sebelum kita melakukan
percobaan, pesawat atwood yang kita gunakan kita atur dahulu jarak antara A ke
B dan B ke C agar tidak ada kesalahan waktu dalam perhitungan. Setelah itu
letakkan massa benda yang ditentukan dan kita letakkan di atas penahan yang
pertama. Agar hasilnya tepat maka apbila ada kipas angina disekitar daerah
tersebut, maka dimatikan. Karena berpengaruh terhadap hasilnya. Setelah kita
letakkan di atas penahan pertama kita atur posisi penahan tersebut agar
posisinya tepat, lalu kita tarik penahan kedua agar penahan pertama tertarik ke
atas. Setelah itu kita lepaskan penahan kedua, kemudian hitung waktu yang
diperlukan untuk beban tersebut sampai ke kedudukan B dan sampai ke C dan catat
hasilnya. Disarankan setiap mengubah jarak menggunakan mistar agar jarak tepat.
XI.
Kesimpulan
·
System di
suatu lingkungan akan berubah sesuai dengan lingkungan tersebut. Apbila benda
tersebut diam dan dia akan cenderung diam, apabila benda tersebut bergerak akan
cenderung bergerak.
·
Kecepatan
perubahan suatu gerak sama dengan resultan yang bergerak pada gerak tersebut.
XII.
Sumber
Kesalahan
1. Kurang telitinya praktikan dalam menggunakan dan
membaca waktu pada stopwatch.
2. Pemasangan massa benda pada pesawat atwood yang
tidak sempurna yang mengakibatkan terganggunya perhitungan waktu yang tepat.
3. Kesatnya tali pada pesawat atwood yang tidak
sempurna yang mengakibatkan kesalahan perbedaan waktu.
4. Kesalahan praktikan karena lupa mengulangi percobaan
tersebut pada jarak yang berbeda pula.
XIII. Daftar Pustaka
1. Paul A. Tippler. 2001. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jilid I. Jakarta : Erlangga.
2. Resnik, Maliday. 1995. Fisika Edisi I Jilid 3.
Jakarta : Erlangga.
3. Leanginan, Marten. 2004. Fisika. Jakarta : Erlangga.
laporan praktikum momen inersia ada gk kk.bg? bagi dong
ReplyDeleteWah, kalau laporan yg itu abang belum ada. Nanti abg coba bikin dulu modul dan laporannya.
Deletebolavita, agen judi bola online, Judi bola, agen bola, bandar bola, casino online, agen casino, situs taruhan, judi online, agen bola terpercaya, judi bola online, Situs Judi Bola, taruhan bola, bola online
ReplyDeletebolavita merupakan Situs Judi bola online terpercaya di Indonesia. Bandar Bola resmi dan Agen Bola online dengan pasaran terlengkap dan pelayanan yang ramah selama 24 Jam
Boss Juga Bisa Kirim Via :
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )