LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)
MATA PELAJARAN FISIKA SMA
DISUSUN
OLEH :
MAHASISWA
PENDIDIKAN FISIKA ANGKATAN 2014
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
FISIKA
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
TAHUN
AJARAN 2016
LANDASAN TEORI PESAWAT
ATWOOD
Dalam gerak
translasi murni, sifat benda tegar mempertahankan keadaan geraknya disebut
sebagai sifat kelembaman atau inersial. Sifat kelembaman atau inersial itu
dinyatakan oleh massa kelembaman atau massa inersial yang biasa disebut secara
singkat sebagai massa. Dalam gerak rotasi murni, peran massa kelembaman benda
tegar digantikan oleh momen kelembaman benda tegar atau momen inersia benda
tegar. Momen inersia benda tegar adalah sifat benda tegar mempertahankan
keadaan geraknya atau berarti sama dengan kemalasan benda tegar untuk mengubah
keadaan geraknya. Momen inersia sebuah benda tegar bergantung kepada bentuk
geometris, distribusi massa dan letak sumbu rotasinya. Dalam kegiatan belajar
ini anda dapat mempelajari momen inersia dari sebuah katrol. Momen inersia
sebuah katrol merupakan ukuran kelembaman sebuah katrol untuk berotasi atau
berubah keadaan gerak rotasinya bila ada resultan momen gaya yang bekerja
padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan pertama dengan menggunakan
pendekatan konsep dan matematis melalui penjabaran dengan menggunakan teknik
differensial dan integral, dan kedua adalah dengan pendekatan empiris melalui
percobaan.
1. Hukum I Newton
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda
jatuh bebas. Ia menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa
bendabenda berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga
puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang
dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat
benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan
udara.
Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi
pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan
hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai
orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan
Aristoteles yang menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain
akan sampai ke tanah sepersepuluh
waktu
dari waktu benda yang lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton
menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai
Hukum I Newton
Hukum
I Newton menyatakan:
“Sebuah benda akan berada dalam keadaan
diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol”.
Secara
matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:
Hukum
di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda selamanya
akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya
luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan
bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa
yang dijelaskan oleh Hukum Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat
benda yang cenderung mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat
kemalasan benda untuk mengubah keadaannya. Sifat ini kita ini kita sebut kelembaman
atau inersia. Oleh karena itu, Hukum I Newton disebut juga Hukum
Kelembaman.
2. Hukum
II Newton
“Setiap
benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang besarnya berbanding
lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa benda.”
Keterangan
: a = percepatan benda (ms-2)
m = massa benda (kg)
F = Gaya (N)
Kesimpulan
dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang
bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Jadi
bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada
benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila
kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya
yang menyebabkannya. Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
Jika
sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak
linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang
ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I)
suatu benda pada poros tertentu
harganya
sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.
I
~ m
I
~ r2
Dimana
harga tersebut adalah harga yang tetap
3. Hukum
III Newton
Hukum III Newton menyatakan bahwa:
“Apabila
benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua
akan mengerjakan gaya pada benda pertama sama besar dan berlawanan arah
dengan
gaya pada benda pertama (reaksi).”
Secara matematis dinyatakan
dengan persamaan : Faksi = -Freaksi
Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut
:
1. sama besar
2. berlawanan arah
3. bekerja pada satu
garis kerja gaya yang sama
4. tidak saling
meniadakan
5. bekerja pada benda
yang berbeda
1. Gerak translasi
Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang
lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai
suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan
yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus
beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan
tidaknya percepatan.
1.
Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu
obyek, dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan,
sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali
waktu.
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
v =
kecepatan (m/s)
t =
waktu (s)
2.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak
lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan
yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi
linier melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari
keadaan diam atau mulai dengan kecepatan
awal
akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a =
+) atau perlambatan (a = −). Pada umumnya GLBB
didasari oleh Hukum Newton II
Keterangan: V0= kecepatan awal (m⁄s)
Vt= kecepatan akhir (m⁄s)
a =
percepatan (m⁄ s2)
t = waktu (s)
s0
=
jarak ditempuh awal (m)
st= jarak tempuh akhir (m)
GLBB
dibagi menjadi 2 macam :
a.
GLBB dipercepat
GLBB dipercepat adalah GLBB yang kecepatannya makin
lama makin cepat, contoh GLBB dipercepat adalah gerak buah dari pohonnya.
Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB dipercepat adalah:
Sedangkan
Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB dipercepat adalah:
b.
GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin
lama makin kecil (lambat). Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar
keatas. Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB diperlambat
Grafik
hubungan antara s terhadap t pada GLBB diperlambat
Persamaan
yang digunakan dalam GLBB sebagai berikut :
Untuk
menentukan kecepatan akhir
Untuk
menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah
sebagai
berikut:
Yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat GLBB
dipercepat tanda yang digunakan adalah (+) . Untuk GLBB diperlambat tanda yang
digunakan adalah (-) , catatan penting disini adalah nilai percepatan
(a) yang dimasukkan pada GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya
sudah menggunakan tanda negatif.
2. Gerak
Rotasi
Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak
melingkar suatu benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah
benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan
berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier. Momen
inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang bergerak
rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar
dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan sudutnya
ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder
yang terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar daripada
silinder kayu. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi
kita untuk memutar silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder kayu.
Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak
translasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan momen
gaya pada gerak translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya
percepatan
pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang menyebabkan timbulnya
percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah roda atau membuka
daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada benda-benda
tersebut. Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi
Hukum II Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk
persamaan
Hukum II Newton adalah:
Dengan
menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen inersia, dan
percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari Hukum
II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:
Keterangan:
=
momen gaya (Nm)
I= momen inersia (kgm2)
= percepatan sudut (rad⁄s2)
Untuk
memudahkan pemahaman mengenai besaran-besaran pada gerak rotasi, kita bisa
menganalogikannya dengan besaran-besaran pada gerak lurus. Berikut merupakan
analogi antara besaran-besaran pada gerak translasi dan besaran-besaran pada
gerak rotasi.
Gerak
melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu benda pada porosnya
pada suatu lintasan melingakar. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melaui
porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen
denagn persamaan gerak linier. Gerak melingkar ini ada yang disebut gerak
melingkar beraturan dengan pengertian gerak suatu benda yang menempuh lintasan
berbentuk lingkaran dengan laju liner (besaran kecepatan linier) tetap. Sebagai
contoh, bila roda sepeda diangkat sehingga rodanya tidak bersentuhan dengan
bidang datar (tanah atau lantai), kemudian pedalnya dikayuh, maka roda akan
tetap berputar. Bila pedal dikayuh dengan kelajuan tetap maka laju putaran roda
juga
tetap. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada
gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak
linier, dimana :
Kedudukan x = besar
sudut tempuh θ
Kecepatan v = kecepatan
sudut w
Percepatan a =
percepatan sudut α
Massa m = momen inersia
I
Gaya F = momen gaya τ
Momentum p = momentum
sudut L
Hukum
II Newton untuk gerak rotasi bisa dinyatakan dengan :
A. Sebuah
Katrol dengan Beban
Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada
gambar dibawah, maka berlaku persamaan seperti berikut,
Bila
dianggap M1 = M2 = M
Pada saat M1 berada diklem S maka gerak dipercepat
dengan persamaan (5). Pada saat melalui lubang A, benda m akan tertinggal dan
M2 lolos melalui lubang A dan menuju titik B dengan kecepatan konstan. Karena
M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C, jika M1 dilepas dari klem maka M2 + m
akan turun dari titik C ke B melewati titik A dengan gerak dipercepat.
Download File PDF nya di sini:
No comments:
Post a Comment